04/02/11

Sedetik Dua Jam

Rumputan di Bibir Sungai

Pada gilirannya, masing-masing dari kita akan mengerti dengan benar, apa itu rasa bahagia yang sesungguhnya. Ya, masing-masing dari kita. Dan dengan sendirinya. Tinggal menunggu waktunya saja. Sebagaimana giliran kita untuk mati, akan datang juga menghampiri kita. Tak ada yang bisa menghindar.

Aku mengatakannya karena aku percaya. Aku mengatakannya justru pada saat aku berada di radius terjauh dari titik sentral perasaan yang indah itu. Tetapi aku meyakininya, bahagia itu ada, dan akan sampai di sini juga, di dalam hatiku, meski aku juga tidak tahu akan seberapa lama perasaaan itu menginap di dalam hatiku. Cuma sedetik, dua jam, tiga minggu, empat tahun atau selamanya? Tapi yakinlah, akan datang dengan indah pada saatnya. Sebagaimana aku menyakininya saat ini.

Kamu perlu memiliki keyakinan itu. Sebagai seorang lelaki yang masih belia, kau memang masih memiliki banyak peluang, untuk sampai pada keputusan akhir nantinya, dan pilihanmu itulah yang nantinya akan menentukan letak kebahagiaanmu. Aku sudah seringkali mengalami kepahitan, dimusuhi orang, merasa selalu dikalahkan, dan banyak peristiwa legam yang membuat wajahku penuh bercak hitam. Punggungku yang kini mulai bengkok menanggung banyak beban, juga mataku yang sudah mulai kabur beberapat tahun belakangan ini karena telah kumanjakan mataku menyaksikan ketimpangan-ketakadilan manusia atas manusia lain. Kutegaskan, aku mengalaminya sendiri. Itu pun belum sampai pada fase manis bernama bahagia. Tetapi kau harus mendapatkannya kelak.

Enggaklah. Kamu tak perlu cemas bahwa apa yang pernah aku alami akan menurun kepadamu. Memangnya nasib itu penyakit turunan? Tidak anakku. Kau harus jauh lebih perkasa. Harus jauh lebih hebat dari apa yang pernah aku rasakan.

Angin bersemilir menggoyangkan daun-daun rumput yang segerombol di bibir sungai. Entahlah, ia menarik perhatianku. Segerombol rumput yang terpisah dari kawanannnya. Dikitari bebatuan batu padas yang curam ke arah sungai. Tapi aku tidak melihat adanya rasa takut. Mereka hijau dan segar.

(bersambung)

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...