19/09/12

TBT SKT Kembali Bergulir

Team Building Training atau sering dikenal sebagai TBT yang diikuti rekan-rekan karyawan Harian SKT PT. Djarum kembali bergulir. Setelah jeda selama beberapa bulan karena memasuki Bulan Ramadhan dan juga pemenuhan order produksi, satu angkatan TBT telah kembali digelar pada 14 – 16 September 2012 dengan lokasi di Amanda Hills, Ambarawa.

Pada salah satu sesi game, masing-masing peserta diberi satu amplop besar. Masing-masing amplop berisi potongan-potongan dari sebuah bangun bujur sangkar bersisi 20 cm. Akan tetapi, pada setiap amplop, potongan-potongan itu telah diacak, sehingga apabila mengandalkan potongan-potongan yang ada di dalam satu amplop, niscaya tidak akan berhasil membentuk satu buah bujur sangkar utuh.

Oleh karena itu, masing-masing peserta harus mencari bagian yang kurang tersebut. Atau bahkan memberikannya kepada rekan lain apabila dirasa tidak ia butuhkan. Dengan demikian, antar rekan satu dengan yang lain dalam satu kelompok harus saling bertukar potongan bujur sangkar, kecuali ada beberapa potongan yang bertanda khusus, mutlak menjadi milik dan tidak boleh diberikan kepada orang lain.

Permainan tersebut bernama Tangrams, dan akan dimulai ketika semua peserta paham terhadap aturan main. Termasuk di dalamnya adalah tidak boleh meminta potongan kepada rekan lain. Dia boleh memberi, dan tidak boleh menolak ketika diberi. Nah, permainan ini juga melarang adanya komunikasi dalam bentuk apapun pada saat game berlangsung.

Hening dan sunyi. Udara segar pegunungan langsung merayap terasa mengusap kulit. Tetapi entah bagi para peserta, saat itu mereka sibuk menguras pikiran untuk menyusun, mengacak, dan menyusun kembali bangun bujur sangkar yang tak jua terbentuk. Empat belas orang pada setiap kelompok yang duduk melingkar tadi masing-masing memperhatikan potongan-potongan yang ada di depannya. Sesekali terlihat rekan yang bergerak ke depan, memberikan potongan yang dipegangnya kepada rekan lain.

Setelah beberapa menit yang telah disepakati habis, pengampu akan menghentikan semua aktivitas. Permainan berhenti. Semua mata memandang ke beberapa bujur sangkar yang berhasil terbentuk utuh, beberapa hanya tinggal memiliki satu potongan, dan ada seorang lainnya yang memiliki terlampau banyak potongan sehingga malah kebingungan dan tidak terbentuk satu bujur sangkar utuh satu pun. Padahal tim tersebut akan dikatakan berhasil apabila setiap peserta berhasil membentuk masing-masing satu bujur sangkar utuh.

Apakah tim tersebut bisa dikatakan berhasil dengan kondisi demikian? Apa yang dirasakan oleh masing-masing peserta ketika game berlangsung? Apa gerangan yang menjadi penyebabnya? Lantas pelajaran penting apa yang bisa kita dapat dari pengalaman game itu? Bagaimana dengan sikap kita selama ini? Bagaimana sebaiknya kita bersikap? Kalau nilai-nilai itu penting bagi sebuah tim agar bisa sukses, mulai kapan kita akan merubah diri dan memulai melakukan hal-hal penting dan efektif bagi tim?

Akhirnya seluruh peserta diberi kesempatan untuk menyusun kembali potongan-potongan tersebut menjadi empat belas bujur sangkar untuk masing-masing peserta. Kali ini diperbolehkan dengan melakukan komunikasi dalam bentuk apapun. Dan beberapa saat, empat belas bujur sangkar tersebut pun jadilah!

Ada yang merelakan diri bujur sangkar yang utuh itu dibongkar, dan memberikan satu potongannya untuk rekan yang membutuhkan. Ada juga yang tidak merelakan bujur sangkar yang telah terbentuk itu dibongkar, padahal di salah satu potongannya bisa melengkapi bujur sangkar rekan lain. Ada jalinan komunikasi yang lebih efektif untuk segera memperbaiki kekurangan masing-masing. Berbeda sekali ketika komunikasi tidak diperbolehkan, semua berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada saling pemahaman.

Dan masih banyak nilai-nilai yang bisa diambil sebagai pelajaran dari game tersebut, tergantung bagaimana pengalaman yang dirasakan oleh tiap tim. Dengan demikian, melalui sharing di akhir game, masing-masing peserta diharapkan akan dapat lebih memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak semestinya dilakukan. Menambahkan pengalaman baru pada ketika melihat masalah, cara berpikir dan menyelesaikannya. Begitulah, dinamika sebuah tim bergerak, diasah dan diuji melalui game-game yang ada di sepanjang pelatihan TBT.

TBT yang baru saja berlangsung pada 14 – 16 September lalu diikuti oleh 42 karyawan Harian dari SKT Megawon 1. Kegiatan mereka dikawal langsung oleh Mariyanto, supervisor mereka. Para pengampu yang terlibat, antara lain: Heru Herawan, Asa Jatmiko, Chanif, M. Syafi’ Hidayat, Usdiyanto, Selamet, Sutrisno, Sunoto, Akmal Asari, dan Mursyid. Sementara senior fasilitator yang hadir sekaligus mewakili management, antara lain: Oey Riwayat Slamet dan Andreas Teguh Prayoga.

Salah satu keunggulan pada pelatihan TBT SKT adalah adanya sesi renungan, yang disajikan pada hampir tengah malam. Oey Riwayat Slamet mengemukakan bahwa renungan menjadi sesi waktu yang penting untuk mengajak kita semua meneliti batin, menyegarkan kembali motivasi hidup dan perjuangan dan membuat kita sendiri secara sadar berkomitmen untuk mau berubah, sanggup menjalani perjuangan-perjuangan di kehidupan dengan lebih kuat dan kepercayaan diri pada keberhasilan yang akan diraih.

Merenungkan diri pada kenyataan diri yang lemah, tetapi sesungguhnya memiliki potensi positif yang besar. Kemudian mengakui bahwa kekuatan-kekuatan diri akan semakin besar apabila mampu menjalin kerjasama dengan orang lain, menerima orang lain apa adanya, juga kesanggupan untuk menerima kritik dan masukan. Nilai-nilai tersebut membawa air mata setiap para peserta jatuh dan mengalir deras membasahi pipi.

Kesempatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan penguatan. Bahwa hidup bisa saja membuat kita menjadi lemah, tetapi hidup juga merupakan tawaran untuk bangkit atau tetap di sini. Potensi dan semangat yang disimbolkan dengan batang-batang lilin kecil di ruang aula, berganti menjadi api unggun besar di sebuah lapangan. Menyatukan semangat-semangat itu untuk terus menyala lebih besar lagi dan menjaganya untuk menyertai setiap langkah kehidupan kita. Semangat dan kesanggupan untuk berubah tersebut menjadi bekal bagi kita untuk meraih kesuksesan.

Asa Jatmiko yang memimpin acara renungan, berteriak-teriak dari sudut lapangan, tidak dengan menawarkan hiburan dan kesenangan. Tetapi justru dengan melontarkan pertanyaan, apakah pengalaman pelatihan ini akan bermakna atau sia-sia, sama sekali tergantung pada pilihan masing-masing peserta. Tidak ada yang memaksa orang untuk berubah, tetapi tidak ada orang yang ingkar bahwa kesuksesan tetaplah menjadi tujuan dari kita semua. Karena yang bisa merubah diri kita, bukanlah orang lain. Pun bukan orang yang dekat dengan kita sekalipun. Diri kita sendiri yang bisa menentukan perubahan itu!

Pelatihan TBT SKT yang diikuti SKT Megawon 1 berakhir pada Hari Minggu siang, setelah semua tim menjadi satu tim besar dan berhasil membangun sebuah rumah idaman. Rumah yang mereka bangun sendiri, dengan kekuatan dan perjuangan mereka. Apa yang sudah mereka bangun, niscaya mereka akan jaga, pelihara dan sangat mungkin nantinya berkembang menjadi rumah idaman yang sesungguhnya, dimana kesuksesan, ketentraman dan kedamaian dirasakan bersama. Sebagaimana kita semua, bersama-sama, membangun rumah besar PT. Djarum.

Dalam penutupnya, Oey Riwayat Slamet berpesan bahwa semua itu bisa kita lakukan apabila kita bisa bekerjasama dengan baik. Sebagaimana yang diamanatkan oleh CEO Robert Budi Hartono, Manager SKT Oey Riwayat Slamet mengatakan bahwa kita hanya bisa sukses apabila kita bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Untuk bisa bekerja sama kita memerlukan nilai-nilai kerja yang sama. Apabila kita bisa bekerja sama dengan baik, kita akan sukses bersama.***

-asajatmiko-

Terbang Papat Assalafiyyah

Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah.


Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa Prambatan Kidul, pada sekitar tahun 1950-an, tersebutlah seorang ustad muda bernama Syahlan. Dia seorang pendatang dari Bangsri, Jepara.

Saat itu, Dukuh Karang Wetan masih jarang yang memeluk agama Islam. Orang-orang menyebutnya sebagai “abangan”. Di dukuh tersebut, Ustad Syahlan kemudian mendirikan sebuah langgar. Tiba pada masa sulit, desa itu mengalami banyak musibah atau pagebluk. Banyak penduduk yang sakit, tidak sedikit yang kemudian meninggal. Saking seringnya, ada ungkapan malam sakit paginya meninggal dan pagi sakit sorenya meninggal.

Maka tercetuslah usulan dari sebagain besar warga agar diadakan Jam’iyyah Tahlil, yang kemudian dikenal dengan DSH (Djam’iyyah Tsamrotul Hidayah), dengan mengagendakan kegiatan Terbang Papat. Dengan para pengurus saat itu yang dipimpin oleh Ustad Syahlan, sementara pengurus Terbang papat dipercayakan kepada H. Abdullah Hanan dari tahun 1950 – 1960. Dan kemudian terus berganti pucuk pimpinannya pada setiap sepuluh tahun, antara lain: Khusnen, Asrofi dan kemudian Maswan Budi Siswanto hingga akhir 1990, yang kemudian dari situ kepengurusan Terbang Papat dipercayakan Remaja Masjid Al Hidayah.

Tahun 1992, kepengurusan Terbang Papat digantikan oleh Remaja Masjid Darul Istiqomah, dengan pimpinan Imam Supardi. Agenda latihannya setiap Minggu malam setelah membaca Sholawat dan Al Barjanzi.

Tahun 1995 dibentuklah kepengurusan baru dan membuat nama Jam’iyyah Terbang Papat yang bernama Assalafiyyah, yang berarti Bongso Kuno. Terpilih juga para pengurus yang baru yakni Suharto HS, Ade Rhomawan, Budiono dengan pelatih tabuh dan vokal M. Shodiqin. Dengan penabuh jidur Moh. Sholeh, dan para penabuh terbang, antara lain: Ahmadi, Imam Supardi, Tuharto, Sabu Chambali, Noor Hadi KW dan Noor Hadi, S.Pd.I.
Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah inilah yang pada acara halal bi halal keluarga besar Djarum tampil menunjukkan kebolehannya. Mereka memiliki visi yang jelas, yakni melestarikan peninggalan budaya Kanjeng Sunan Kudus. Dengan Terbang Papat, diharapkan mereka mampu melakukan syiar untuk membiasakan masyarakat bersholawat nabi, mengajak berbuat kebenaran dan menolak kemungkaran, serta melayani masyarakat.

Prestasi Assalafiyyah, antara lain: menjadi penampil Terbang Papat pada Konggres Seniman se-Indonesia di Gedung DPRD Kudus tahun 2008, berpartisipasi dalam setiap peringatan HUT Kota Kudus, festival Terbang Papat dan menjadi peserta pemecahan rekor Muri di Masjid Agung Kudus, tahun 2012.***

-asajatmiko-

Terbang Papat, Mahakarya Kebudayaan

Kesenian Terbang Papat merupakan kesenian tradisi khas Kudus. Dari masa ke masa, kesenian tersebut semakin ditinggalkan masyarakatnya. Alih-alih mengenal permainan alat musik kemplong, telon, salakan, dan lajer dengan melantunkan Albarzanji, Terbang Papat juga semakin menjadi sesuatu yang asing bagi generasi muda. Itulah yang mendorong diadakannya tabuh Terbang Papat oleh Forum Komunikasi Terbang Papat (FKTP) yang diketuai Kholid Seif.

Bahkan agenda tabuh Terbang Papat pada bulan Juli yang lalu berhasil memecahkan rekor tabuh Terbang Papat terlama. Rekor tabuh terbang papat ini melibatkan 131 grup dari ratusan desa yang berasal dari setiap kecamatan yang ada. “Lamanya waktu tabuh terbang ini adalah 87 jam dengan durasi main setiap grup selama 40 menit,” ujarnya.
Kegiatan pemecahan rekor Muri mengambil tema “Menabur Sholawat Menuai Syafa’at” ini berlangsung pada 15 - 19 Juli 2012. “Terbang papat kami yakini sebagai seni khas Kudus yang harus dilestarikan,” ujar Kholid Seif yang juga ketua Forum Komunikasi Terbang Papat (FKTP).

Sementara itu Sri Widayati, perwakilan Muri (Museum Rekor Indonesia) mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik gagasan mencatatkan rekor tabuh terbang papat ini sebagai upaya menyemangati masyarakat melestarikan tradisi warisan para sesepuh itu. “Atas prestasi dan semangat nguri-nguri seni tradisi ini, kami berikan penghargaan sekaligus bukti peraihan penghargaan dunia berkategori mahakarya kebudayaan,” ujarnya saat menyerahkan penghargaan bersamaan dengan pelaksanaan kirab prosesi dandangan di alun-alun Kudus menjelang Ramadhan yang lalu.

Kholid Seif menambahkan rekor Muri menjadi titik awal bangkitnya kembali seni tradisi Kudus terutama Terbang Papat.Terbang Papat, katanya, memiliki kekhasan tersendiri dibanding seni-seni yang sejenis seperti hadrah, rebana dan marawis. “Dari jenis iramanya memiliki nama yang khas, mulai kemplong, lajer, salahan dan telon ditambah jidur. Iramanya sangat rancak dan enak didengar,” tuturnya.

-asajatmiko, dari berbagai sumber-

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...