03/01/13

Gemerlap ‘Mutiara Timur Indonesia’

BESWAN DJARUM 2012


Maka, tibalah perhelatan yang ditunggu-tunggu. Malam pentas yang dipersiapkan oleh 504 Beswan Djarum selama 3,5 hari (saja). Mengetengahkan semangat dan dedikasi tinggi para kawula muda Beswan Djarum membangun Papua. Kreativitas, kecerdikan dan kecermatan Denny Malik Entertainment mengolah dan mengelola para beswan untuk bisa berpentas layaknya bintang, dipertaruhkan.

Menjadi Negarawan
Kita semua dipanggil untuk membangun rasa kebangsaan. Apakah rasa kebangsaan itu hanya dimiliki oleh para pemimpin bangsa? Tentu saja tidak, ujar Rosianna Silalahi mengawali gelar talkshow bertema “Menjadi Negarawan”. Rasa kebangsaan itu harus dimulai dari sekarang, dari dalam hati kalian, dari rumah dan terus dipelihara, dirawat dan dikembangkan, ujar praktisi media yang sudah tak asing lagi namanya itu.

Bertempat di Gedung Admiral Semarang, para beswan mengikuti acara talkshow dan diskusi kebangsaan dengan menghadirkan dua pembicara, yakni: DR. IR. H. Johan Silalahi, MH., seorang cendekiawan, pengamat politik dan peneliti yang sudah menelorkan sebuah buku “Mengurai Masalah Bangsa dan Negara”, kemudian seorang intelektual muda dan budayawan DR. Ngatawi Al-Zastrouw.

Malam ini kita akan melihat bahwa kalian semua bisa menjadi seorang negarawan, lanjut Rosianna. Rugi untuk kawan-kawan kita yang di luar sana tidak bisa bersama kalian menjadi seorang beswan. Hebatlah mereka yang bisa menjadi seorang negarawan tanpa menjadi seorang beswan, tetapi lebih hebat lagi adalah kalian para beswan, katanya disambut tepuk tangan para beswan.

Johan Silalahi yang juga seorang pendiri sekaligus direktur Negarawan Center memulai paparan diskusinya dengan mengatakan welcome to the jungle. Inilah saatnya kalian akan mengalami kenyataan kehidupan, dimana kegagalan, kesedihan, kesakitan, kesulitan yang luar biasa dalam hidup akan dialami. Tetapi yang ingin saya sampaikan kepada kalian, jangan sesekali kalian menyerah, katanya. Johan kemudian mencontohkan bagaimana perjuangan Abraham Lincoln, yang di banyak bagian hidupnya penuh dengan kegagalan, bahkan hampir di sepanjang hidupnya diwarnai kegagalan, bahkan ia sempat masuk rumah sakit jiwa. Tetapi ia tak pernah menyerah dan bahkan berhasil menjadi seorang presiden Amerika Serikat ke-16 pada saat ia berusia 51 tahun.

Pantang menyerah adalah perilaku utama orang-orang sukses. Itu terjadi untuk siapapun orangnya dan dimana pun ia berada. Dan pada kenyataannya pula, semua orang mempunyai rasa takut. Pendiri Negarawan Center ini mengilustrasikan bagaimana rasa takut itu muncul ketika kita sedang berada dalam kegelapan. Tetapi seorang pemberani, lanjutnya, adalah orang yang dalam ketakutan atau kegelapan itu, secara perlahan-lahan berusaha bangkit dan kemudian terus maju. Dan karena keberanian pula, saya yakin, yang telah mengantarkan kalian ke ruangan ini menjadi seorang beswan. Jadi beruntung sekali buat saya kalau malam ini saya berhadapan dengan calon-calon negarawan seperti kalian.

Kita melihat hampir semua negara bisa maju karena perilaku kenegarawanan pemimpinannya. Kita juga bisa melihat bagaimana karakter-karakter pemimpin telah membawa sebuah bangsa menjadi sulit berkembang. Filosofi utama seorang pemimpin yang baik adalah ketika ia mendapatkan kekuasaan, maka yang ia pikirkan pertama kali adalah bukan bagaimana mempertahankan kekuasaan itu, tetapi bagaimana mempersiapkan pengganti yang sama bahkan lebih baik darinya. Maka di sini, bahwa masa depan sebuah bangsa ada di tangan para penerusnya menjadi benar adanya.

Dan untuk menjadi seorang negarawan tidak selalu harus menjadi seorang pejabat publik, menteri, presiden, dan sebagainya. Kita cukup mempersiapkan diri sebaik mungkin dan bekerja sesuai profesi masing-masing. Bidang apapun yang dipilih. Profesi apapun yang dilakukan. Mungkin bagi orang-orang kaya akan mudah mewariskan kekayaan kepada penerusnya, tetapi persoalan kebangsaan adalah bagaimana mewariskan lingkungan bangsa yang baik kepada penerusnya. Dan generasi muda inilah yang niscaya akan menjadi perekatnya. Masalah-masalah sebuah bangsa, termasuk Indonesia, bukan hanya persoalan pemimpin. Tetapi kompleks di segala sektor kehidupan. Maka, kalianlah yang mengisi dan menjadi agen perubahan ke arah lebih baik itu.

Kalianlah yang akan menjadi para pelaku ketika Indonesia memperingati kemerdekaan ke-100. Kalianlah yang akan menentukan Indonesia pada saat itu. Dan tentu semua cita-cita itu tidak akan tercapai kalau tidak dimulai dari sekarang, kata Johan silalahi menutup uraiannya.

Sementara itu Ngatawi Al-Zastrouw dalam diskusi malam itu menguraikan tema “Menjadi Negarawan” dari sisi kebudayaan. Pemimpin Ki Ageng Ganjur ini membuka uraiannya dengan mengatakan bahwa bersama para beswan dia melihat indahnya tamansari. Ada Aceh, ada Madura, ada Papua, ada Minang, ada Jawa, ada Ambon, beraneka seperti keberagaman yang indah dalam sebuah tamansari Indonesia, katanya. Dan Tamansari akan lebih indah jika di sana ada mawar, ada melati, ada kenanga dan kamboja. Lalu lanjutnya, tugas saya di sini bukan untuk merubah mawar menjadi melati, merubah kenanga menjadi kamboja. Bukan itu tugas seorang manusia. Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang mampu dan berkuasa merubahnya. Tetapi tugas kita adalah menata dan menghidupi bagaimana mawar melati kenanga dan kamboja bisa hidup berdampingan dengan indah. Bisa berkembang sebanyak-banyaknya sehingga keindahannya bisa berguna bagi seluruh semesta.

Zastrouw juga menceritakan bagaimana tokoh-tokoh bangsa ini telah menampilkan contoh-contoh perilaku negarawan. Salah satu ciri negarawan adalah dia tidak pernah tersekat-sekat oleh apapun. Mereka mampu menembus dimensi-dimensi kehidupan yang lebih luas. Dan mereka telah membuktikannya kepada kita semua, menjadikan bangsa kita besar seperti sekarang ini. Nah, saya percaya bahwa kalian semua juga akan mampu menjadi seorang negarawan dan akan mampu memimpin negara ini menjadi lebih baik. Mengapa? Jawabannya jelas, bahwa keadaannya tidak seberat apa yang dialami oleh para pendahulu kita. Jaman sekarang sudah lebih enak dan lebih mudah. Semua serba ada. Tinggal bagaimana komitmen dan semangat kita untuk mencapai itu.

Ada dua modal untuk menjadi negarawan, menurutnya. Pertama, kenali Tradisi atau akar budaya. Yang kedua, kenali sejarah. Ketika kita sudah mampu untuk menyadari keberadaan tradisi dan sejaran, kita akan mampu menjadi seorang negarawan. Maka ketika Soekarno, Soepomo misalnya belajar di Eropa. Belajar konsep-konsep ekonomi Eropa, ketatanegaraan Eropa atau kedokteran Eropa, tetapi ketika pulang ke Indonesia, mereka tetap membangun negara ini dengan konsep-konsep Indonesia. Sjahrir, Supomo, Hatta adalah contoh-contoh negarawan yang tetap mempertahankan nilai-nilai keindonesiaan. Hatta, belajar ilmu ekonomi di luar negeri, tetapi ketika di Indonesia dia membangun konsep ekonomi kerakyatan Indonesia.

Mereka tetap menjadi orang Indonesia, meskipun mengenyam pendidikan Barat. Kesadaran mereka akan akar tradisi dan sejarah tidak akan membuat kita menjadi orang asing di negeri sendiri. Tetapi justru akan mengembangkan keindonesiaan kita menjadi lebih baik, ujarnya disambut tepuk tangan seluruh peserta.

Rosianna menutup talkshow dan diskusi malam itu dengan menyitir sebuah pesan dari tokoh Kresna, lakukanlah apa yang menjadi kewajibanmu sebaik mungkin, tanpa pernah memperhitungkan apa imbalannya. Kalian akan menjadi orang-orang hebat kalau kalian mampu melewati semua rintangan dan apa yang telah diajarkan. Percayalah kalian akan membawa Indonesia menjadi negara yang maju, dan kalian akan berada di altar sejarah Indonesia. Gelar talkshow yang berlangsung pada 18 November 2012 tersebut diakhiri dengan penampilan D’Cinnamons Band.


Kunjungan Budaya
Dari belasan bus yang membawa para beswan untuk melakukan cultural visit ke Kudus, sesampainya di GOR Bulutangkis langsung dibagi menjadi 4 rombongan bus yang kemudian menyeruak ke ruas-ruas jalan di Kota Kretek. Keempat rombongan bus tersebut menuju empat tujuan yang berbeda, antara lain: lokasi Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) di Kaliputu, Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) di Gribig, unit kerja SKT dan Menara Kudus. Untuk kunjungan ke SKT, para beswan diberi kesempatan melihat secara langsung proses pembuatan rokok batangan secara manual tangan di 3 unit kerja, antara lain SKT Megawon II, SKT Karangbener dan SKT Garung.

WKD berada bersama bus 8 yang dikomandani oleh Galih, yang pada tahun sebelumnya merupakan salah satu penerima beswan Djarum. Galih menyatakan bahwa keikutsertaannya menjadi bagian dalam pelaksanaan acara Nation Building beswan Djarum tahun ini, sangatlah menyenangkan. Memang terasa lebih melelahkan, karena harus melayani para beswan dari mengurus pembagian kamar peserta hingga mempersiapkan para beswan untuk selalu siap mengikuti setiap mata acara.

Selain itu, tambahnya, ini merupakan ajang untuk kami pula untuk reuni kecil dengan rekan-rekan beswan yang satu angkatan dengan kami pada tahun lalu. Tentu saja, akan kami dpatkan banyak cerita dan pengalaman seru, yang telah kami dapatkan selama kami sibuk kuliah di kampusnya masing-masing, terkait satu ikatan emosional yang kuat dalam beswan Djarum.

Adalah Tanius Komba, mahasiswa FISIP Universitas Cendrawasih Papua, menyatakan rasa syukur dan gembira karena telah terpilih untuk bergabung menjadi beswan Djarum. Pada kesempatan berkunjung ke Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) di Kaliputu, di bawah Trembesi yang membuat udara sejuk, WKD sempat untuk berbincang-bincang sejenak dengan Tanius.

Dukungan dari universitas tempatnya kuliah memang sangat besar, ujar Tanius Komba. Terutama kepada para mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, dengan nilai IPK 3,0 ke atas, pihak universitas mendorong para mahasiswanya untuk unjuk kemampuan mengikuti seleksi beswan Djarum. Menurut pengakuannya, dari sekitar 500 pendaftar di kampusnya, hanya 4 mahasiswa yang akhirnya diundang dan terpilih menjadi beswan. Dan salah satunya saya, kata mahasiswa jurusan antropologi ini.

Oleh karena itu tak henti-hentinya ia bersyukur, karena ia merasa beruntung mendapatkan beasiswa ini. “Saya tinggal di Papua, dan belum pernah sekalipun keluar dari Papua. Dan sekarang saya diberi kesempatan untuk berkenalan dengan teman-teman dari seluruh Indonesia di sini. Juga berkesempatan melihat berbagai tempat menarik lainnya di Indonesia. Semua berkat dukungan Djarum.”

Ia juga mengungkapkan rasa harunya, ketika mengetahui tema yang diangkat pada Nation Building kali ini adalah Mutiara Timur Indonesia. Karya-karya seni dan budaya Papua diperkenalkan semuanya di sini, mewarnai hampir di setiap mata acara. “Mereka menyebut Papua saja, kami sudah senang. Apalagi diangkat menjadi tema besar kegiatan ini,” ucapnya. Kami akan ceritakan semua pengalaman di sini, apa yang terjadi, bagaimana kemeriahan di sini, bagaimana keramah-tamahan teman-teman kami, kepada teman-teman kami di Papua nanti. Sebuah kisah yang membanggakan.

Tanius yang juga terlibat dalam pentas Mutiara Timur Indonesia mengharapkan kepada Djarum untuk terus mengembangkan beswan Djarum di Indonesia Timur. Banyak teman-teman kami yang ingin bergabung, maka mohon untuk memperhatikan mereka lebih banyak lagi. Tentu ia mengucapkan terimakasihnya kepada Djarum yang telah memberinya kesempatan emas seperti ini.

Agak berbeda dengan Bella, mahasiswi Unika Soegijapranata Semarang ini sudah pernah mengunjungi unit kerja SKT sebelumnya. Akan tetapi pada waktu sebelumnya itu, bukan merupakan kegiatan beswan. Kunjungan Bella Andriana S ke SKT yang pertama kali adalah pada saat ia bersama rekan se-kampusnya mengadakan factory visit. Dan ternyata Tuhan memberi anugrah untuk berkunjung kembali ke SKT, dalam program cultural visit bersama beswan Djarum.

“Ya, saya pernah ke sini SKT Garung,” akunya. “Kalau dulu aku nggak sempat mencoba melinting. Makanya sekarang, aku harus mencobanya!” Bella pun seolah sudah tidak asing lagi di SKT Garung. Ia mencoba untuk membuat rokok batangan, dan langsung dipandu dan diajari oleh Herryanto Subagyo, manager SKT.

Membatik bersama Beswan Djarum
Apa kabar beswan Djarum hari ini? “Luar biasa! Fantastis! Yes! Beswan Djarum! Yes! Yes! Yes!” Langsung 504 beswan dari 83 Perguruan Tinggi di 33 propinsi itu menyambut dengan semangat. Tempat latihan bulutangkis di GOR Tanjung hari itu sama sekali tidak menyerupai lapangan bulutangkis lagi. Tempat tersebut telah disulap menjadi tempat berkumpulnya para ‘pembatik’. Siapa para pembatik itu, tidak lain adalah para beswan Djarum.

Yuli Astuti dari Galeri Batik Kudus tampak berada di tengah-tengah para beswan. Ia menjelaskan seluk-beluk batik hingga cara membatik. Ia mengatakan bahwa batik adalah karya budaya yang mewakili identitas Indonesia di tingkat internasional. Pengakuan badan dunia UNESCO terhadap batik Indonesia, membawa angin segar bagi perkembangan industri batik nasional.

Motif batik yang diajarkan kepada para beswan kali ini pun terasa istimewa, karena mengangkat Batik Papua. Batik Papua memmiliki corak dan motif serta warna-warna ceria. Berbeda dengan batik Jawa yang cenderung lebih kalem dan kebanyakan berwarna coklat. Ada 3 motif yang dibatik oleh para beswan yang kesemuanya merupakan Batik Papua, seperti Motif 1, dimana motif tombak, gendang dan tameng dari suku di Papua serta burung Cendrawasih, fauna khas dari Papua.

Sementara Motif 2 adalah motif buah merah yang merupakan buah berkhasiat, dan bunga keris yang keduanya merupakan flora langka yang terdapat di Papua. Dan Motif 3 adalah motif rumah adat papua dan tari tradisional musyoh yang merupakan tarian yang melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua.

Selesai membatik, para beswan disuguhi penampilan anggun Tari Kretek, penampilan Tari Sajojo oleh para Beswan, hingga dance dengan gaya gangnam style yang membuat suasana siang itu semakin meriah dan panas.


Temu Rektor
“Semangatmu - Ceriamu - Prestasimu
Generasi yang Membanggakan
Bersama Beswan Djarum.”

Demikian penggalan lirik sebuah jingle Beswan Djarum yang berjudul “Come Join Us” yang sudah tidak asing lagi bagi telinga para muda kita, terlebih para mahasiswa seluruh Indonesia yang kepincut menjadi Beswan Djarum. Jingle tersebut terus menggema di Crowne Plaza Hotel, Semarang, tempat diadakannya pertemuan dengan rektor-rektor seluruh perguruan yang pada tahun ini mahasiswanya terpilih menjadi Beswan Djarum.

Primadi H. Serad, Program Director Djarum Foundation mengatakan bahwa pada tahun 2012 ini Beswan Djarum merambah ke universitas-universitas di Indonesia wilayah Timur, seperti: Universitas Nusa Cendana di Kupang, Universitas Sulawesi Barat di Mamuju, Universitas Khairun di Ternate, Universitas Pattimura di Ambon, Universitas Negeri Papua di Manokwari, Universitas Cendrawasih di Jayapura dan Universitas Musamus di Merauke. Oleh karena itu, sangatlah tepat kalau tema yang diangkat pada Nation Building tahun ini adalah “Mutiara Timur Indonesia”. Ialah untuk menyambut keluarga baru Beswan Djarum, khususnya dari Indonesia Timur.

Pada kesempatan temu rektor, Primadi H. Serad juga menjelaskan bagaimana Beswan Djarum ditumbuhkembangkan oleh Djarum Foundation dari tahun ke tahun. Bahkan ada temuan menarik dari hasil survey tahun 2012, bahwa 48% motivasi para mahasiswa mendapatkan beasiswa tidak semata-mata untuk membantu biaya keuangan perkuliahannya, melainkan kepada program “plus”-nya yang ada pada Beswan Djarum. Yakni memberikan pelatihan-pelatihan soft skills, seperti: Character Building, Leadership Development, Writing Competition, Debate Competition, Community Empowerment, serta International Exposure. Hal itu dijelaskannya di depan para rektor seluruh perguruan tinggi peraih Beswan Djarum se-Indonesia.

Kriteria yang ditetapkan adalah kemampuan akademik dan aktivitas mereka dalam organisasi kampus. Dari puluhan ribu pendaftar, kemudian menjadi 7.508 mahasiswa yang berhak mengikuti tes seleksi, yang meliputi: tes tertulis, tes wawancara dan juga bagaimana berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hingga akhirnya terpilih 504 mahasiswa penerima beasiswa plus dari Djarum Foundation ini. Harapan kami, lanjut Primadi, mereka tidak hanya cerdas otaknya tetapi juga hatinya.

Beberapa rektor dari beberapa universitas pada kesempatan itu juga memberikan masukan dan harapan-harapannya. Adanya harapan bahwa Djarum Foundation juga nantinya bisa memberikan beasiswa tidak hanya kepada mereka yang memiliki kemampuan akademik bagus, tetapi juga kepada mereka mahasiswa-mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi. Lain halnya dengan Monik, Pembantu Rektor III Universitas Papua mengatakan bahwa program Beswan Djarum merupakan sebuah program yang luar biasa. Oleh karena itu, lanjutnya, pihak universitas memberikan apresiasi yang besar kepada Djarum yang telah membangun program tersebut selama ini. Kami sangat berharap agar program Beswan Djarum ini bisa dicontoh oleh perusahaan-perusahaan lain di Papua.

Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Papua ini juga mengharapkan adanya program lanjutan, bisa berupa ‘kontrak kecil’ antara para mahasiswa penerima bea siswa dengan pihak Djarum. Artinya, setelah mereka selesai kembali ke kampus, mereka tidak lupa dengan apa yang telah didapatnya selama mengikuti program bea siswa plus ini.

Sementara itu seorang penerima beasiswa Djarum, Ruth Yunike U., dalam jumpa pers di Crowne Plaza Hotel mengatakan senang sekali, karena dari Papua tahun 2012 ini merupakan tahun pertama Universitasnya bergabung dengan program Beswan Djarum. Ia juga menyatakan kebanggaannya karena boleh bertemu dan berteman dengan seluruh mahasiswa se-Indonesia. Indra, alumnus Beswan Djarum 2011/2012 dari ITB ini mengungkapkan bahwa dengan menjadi Beswan ia memiliki banyak sekali pengalaman. Pelatihan soft skills menurutnya telah sangat membantunya berprestasi di kancah internasional, dengan berangkat ke China dalam program International Exposure. Indra merupakan salah satu dari 12 mahasiswa yang terpilih dalam writting competition.


Malam Dharma Puruhita, Mutiara Timur Indonesia
Sebelum memasuki panggung Mutiara Timur Indonesia, semua pengunjung dimanjakan dengan berbagai atraksi seni dan pameran karya seni khas Papua. Di pelataran, beberapa remaja Papua telah menanti. Mereka menyapa satu demi satu tamunya dengan senyum ramah. Beberapa pengunjung yang tidak menyia-nyiakan peristiwa langka ini, langsung berdiri berjajar bersama mereka, mengabadikannya dengan berfoto bersama.

Di dalam, ada sekelompok musisi yang mengiringi 3 orang penyanyi, melagukan tembang-tembang daerah mereka. Di samping kanannya, seorang yang ber-make-up salah satu suku di Papua tengah duduk, asyik dengan parang dan sebilah bambu yang hendak dibuatnya menjadi kerajinan tangan. Sementara di dinding-dindingnya, ada banyak lukisan dan foto-foto yang menggambarkan kekayaan seni budaya Papua. Semua itu digelar dalam sebuah rumah adat Papua yang dikenal dengan nama Honai, rumah adat Suku Dani, Papua.

Maka, tibalah perhelatan yang ditunggu-tunggu. Malam pentas yang dipersiapkan oleh 504 Beswan Djarum selama 3,5 hari (saja). Mengetengahkan semangat dan dedikasi tinggi para kawula muda Beswan Djarum membangun Papua. Kreativitas, kecerdikan dan kecermatan Denny Malik Entertainment mengolah dan mengelola para beswan untuk bisa berpentas layaknya bintang, dipertaruhkan.

Pertunjukan “Mutiara Timur Indonesia” diawali dengan Hymne Beswan Djarum, karya alumnus Beswan 200/2001 dari Universitas Brawijaya, Dewi Ariani. Hymne tersebut dinyanyikan sangat baik oleh Daniel Christianto, yang kemudian dibarengi dengan sangat menyentuh oleh seluruh Beswan Djarum yang berdiri di bangku-bangku balkon yang ditata mengelilingi arena. “Bersatu kita. Bersatu kita. Bawa citra harum di Beswan Djarum. Bersatu kita. Bersatu kita. Hari esok di tangan kita semua.” Nyanyi mereka sambil mengepakkan ke dua tangannya.

Adalah kisah 5 orang pemuda-pemudi yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dari seluruh Indonesia. Mereka membulatkan tekad untuk turut membangun Papua, yang begitu kaya akan tradisi dan potensi sumber daya daerah. Tercermin pula keberanian seorang pemuda untuk menentukan pilihan dan menghargai bekal pengalaman yang sudah mereka peroleh untuk berbuat lebih bagi bangsa dan negara.

Dalam perjalanannya, mereka merasakan banyak kekaguman akan daerah yang baru mereka jelajahi tersebut hingga bertemu kenyataan bahwa cita-cita mereka tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Mereka harus mencari kembali melalui sejarah tentang bagaimana seharusnya menjadi sebuah bangsa. Keterlibatan Kamga “Tangga” dan Chevrina “Tangga” dalam sebuah pertunjukan tersebut, membuat suasana panggung semakin gemerlap, dengan gayanya yang lincah dan suaranya yang memukau.

Lengkaplah sudah, malam itu semua Beswan Djarum menjadi bintang. Pertunjukan yang memanjakan mata dengan keindahan artistik yang diciptakan, ditambah gerakan-gerakan koreografi yang menganggumkan, seperti adegan ikan-ikan di dalam laut yang terasa begitu hidup. Lalu disambut dengan nyanyian koor yang rancak, bersahut-sahutan pas dengan irama dari seluruh balkon yang membuat degub jantung makin kencang bergairah.

Sungguh, “Mutiara Timur Indonesia” telah menjadi sajian yang indah, dimana menari, menyanyi dan berutur diatur secara cermat di atas panggung secara lengkap. Tak diragukan bagaimana tangan dingin Denny Malik meramu dan mengasah mereka di dalam sesi-sesi latihan. “Pertama kali saya bingung juga ketika harus melatih mereka dalam waktu yang terbatas. Tetapi itulah mereka! Mereka adalah pemuda-pemuda cerdas dan hebat. Mereka telah membuktikan sendiri kemampuan mereka malam ini di hadapan para penonton semuanya,” ujar Denny Malik.

Di sela-sela pertunjukan, yang seolah-olah termasuk menjadi alur cerita itu sendiri, para pemenang lomba blog diumumkan. Inilah para pemenang Blog Competition: Fina Labida disusul M. Lukmanul Hakim, keduanya dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Suci Lestari dari universitas Padjajaran Bandung, Maretta Dwi Kusumaningtyas dari Universitas Jember, M. Rodhi Aulia dari Universitas Islam Negeri Bandung, dan Erika Medinah dari Institut Teknologi Bandung.

Untuk para pemenang Lomba Karya Tulis, juara I dan berhak uang tunai Rp. 30 juta direbut oleh Vionita Riska Permana dari ITB dengan judul “Penggunaan bakteri Pereduksi Sulfat untuk Bioremediasi Acid Rock Drainage sebagai Kasus Permasalahan Lingkungan Tambang Inkonvensional”.
Kemudian untuk juara II didapat oleh Charles dari IPB dengan judul “Yoghurt Antioksidan, Inovasi Pencegahan Penyakit Degeneratif berbasiskan Sumber Daya Pangan Lokal Indonesia” serta berhak uang tunai Rp.20 juta. Sementara untuk juara III mendapatkan Rp.10 juta, diraih oleh Heri Primadona dari Universitas Syah Kuala dengan karya tulis berjudul “Kantong Penyaringan Air Siap Minum sebagai Solusi Kelangkaan Air Bersih Pasca Tanggap Darurat”.

Gebyar-gebyar malam Dharma Puruhita disempurnakan dengan penampilan TANGGA di area parkir PRPP Tawa Tengah, kemudian pesta kembang api menghiasi langit Semarang. Langitnya para Beswan Djarum. Di atas sana, kalian akan terus berjuang menggapai cita-cita. Sementara di sini, di bumi, menanti kau kembali untuk berbakti dan membangun negeri. Salam edukasi!***

-aj-

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...