20/03/09

Menggairahkan Sastra di Kudus

Oleh ZAKKI AMALI


Waktu terus berlari, siapa pun yang tidak mampu mengimbangi
laju waktu akan tertinggal. Tertinggal oleh waktu akan menjadikan manusia
sebagai obyek, bukan subyek. Padahal, untuk dapat survive, manusia harus
menjadi subyek atas waktu, mengelola dan mengolah waktu agar harapan
tercapai. Paradigma inilah yang akan menggairahkan kembali kehidupan sastra
di Kudus.Banyak orang tidak tahu, bahkan (mungkin) warga Kudus sendiri,
sastra pern ...

Link :
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/10/15001796/menggairahkan.sastra.di.kudus

dengan pesan :

07/03/09

Kembali Bersajak

Malam ini, Sabtu (07 Maret 2009), aku kembali membaca puisi. Pada sebuah forum perpisahan KKN para mahasiswa Universitas Muria Kudus dengan warga Desa Wates, Undaan, Kudus, dengan berlokasi di Balai Desa.

Rasa-rasanya sudah terlalu lama aku sudah tidak membaca sajak. Terakhir baca sajak adalah saat Rendra berorasi di Auditorium UMK dalam Gelar Budaya yang diselenggarakan BEM UMK. Aku tampil sebagai penyair tuan rumah.

Setelah itu, aku larut dalam 'kesibukanku' sendiri. Kesibukan yang lebih berarti pada keruwetan, antara pekerjaanku sehari-hari sebagai buruh, persoalan Teater 76 yang akhirnya menyeret aku ke dalam sebuah sumur kematian, juga benak yang selalu berisi Veho. Di samping tentu masalahku pribadi, soal-soal rutin mengenai ekonomi keluarga yang tak kunjung beranjak membaik.


Malam ini aku kembali membuka buku Pertarungan Hidup Mati. Karena setelah membolak-balik sajak-sajakku yang baru, rasanya mentah semua. Di sela jepitan buku-buku, aku menemukanya, sebagai satu-satunya buku puisi yang aku miliki. Dan mulailah aku membukanya kembali, untuk mencoba mencari beberapa puisi yang pas untuk aku baca malam ini.

Tanpa sadar, ia membawaku pada pertarungan-pertarungan kepenyairanku, jauh pada 5 hingga 10 tahun yang lalu. Puisi demi puisi seakan mengantarkan aku pada peristiwa-peristiwa lampau, yang berdarah-darah sebagai penyair. Ini bukan seperti membuka luka lama, tapi aku mencium bau semangat perjuanganku sendiri. Sedikitnya justru aku merasa terhibur. Dan aku membiarkan Pertarungan Hidup Mati melayarkan satu demi satu perjuangan yang membanggakan itu.

Akhirnya aku memutuskan untuk mempersiapkan 3 sajak. Antifon Burung Pemantik Api, Lalu Yogya - Jakarta Suatu Senja dan terakhir Fragmentasi Ikan. Tiga buah sajak yang malam ini terasa benar mewakili perasaanku saat ini. Untuk itulah aku ingin membagikan perasaan itu. Dan aku berharap, penonton dapat menikmatinya.


Sisi lain, penjelajahanku di Pertarungan Hidup Mati malam ini telah membawa gairah baru bagi kepenyairanku sendiri. Jujur saja, belakangan ini aku dihantui rasa takut dan hilang kepercayaan diri untuk kembali menulis sajak-sajak. Sajak-sajak tak pernah terlahirkan, karena aku mematahkannya sendiri. Bahwa di sekitar kita telah lebih menarik dari sekedar puisi. Ah, itu hanya sebuah alibi untuk kemandulanku saja barangkali. Aku saja yang selama ini menjadi penyair kurang tekun untuk mencermati peristiwa-peristiwa puitik di sekelilingku.

Setelah sajak-sajak kubaca, yang lahir adalah sebuah lagu. Padahal Microsoft-Word pada layar sebenarnya telah kusiapkan, tapi sampai lama proses penciptaan itu tak jua terjadi. Ya, malam ini aku kembali bergairah untuk kembali bersajak, meskipun belum satu puisi pun aku tulis malam ini. Malah sebuah lagu "Daya", yang aku tulis, dan kurencanakan untuk Veho mengikuti LA Lights Indiefest 2009.

Ah, betapa kita sungguh tak mampu untuk mengendalikan gairah penciptaan kreatif itu.

salam,
-asa-

06/03/09

Asa Jatmiko

Dilahirkan pada 07 Januari 1976. Menulis puisi, cerpen, essai sastra dan budaya ke berbagai media massa yang terbit di Indonesia, seperti; Kompas, Suara Pembaruan, Bernas, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Lampung Post, Surabaya Post, Bali Post, Media Indonesia, Jawa Pos, Solopos, Koran Merapi, dan lain-lain.

Karya-karyanya juga termuat berbagai antologi, seperti; Hijau Kelon, Resonansi Indonesia, Grafitti Gratitude, Filantrophi, Trotoar, Tamansari, Gerbong, Jentera Terkasa, Embun Tajalli, Begini Begini dan Begitu, Pasar Kembang, Buku Catatan Perjalanan KSI, Sebatang Rusuk Untukmu, Equator, dan lain-lain. Selain itu, ia aktif juga di dunia seni pertunjukan (teater), dengan telah menulis naskah drama dan menyutradarai beberapa pentas teater.

Karya di bidang teaternya, antara lain; Rekonsiliasi Nawangwulan_Joko Tarub, Performance Art “Dust To Dust”, Parodi Jonggrang Putri Prambatan, LOS (Labours On Stage), Pentas keliling 2 Naskah karya Kirdjomuljo, berjudul Senja dengan Dua Kelelawar dan Sepasang Mata Indah. Kemudian bermain dan menyutradarai lakon Hanya Satu Kali, Godlob dan terakhir The Tragedy of Hamlet kemudian The Pillars of Society naskah Henrik Ibsen di Universitas Muria Kudus.

Meluangkan waktu untuk pentas tunggal, antara lain; Pembacaan Puisi Keliling SMA selama 2 bulan, kemudian pentas tunggal pembacaan 7 cerpen karya 7 cerpenis Kudus di Hotel Kenari “Cerita-cerita Kota Kretek” dan lain-lain. Dan akhir-akhir ini sedang gandrung dengan penggarapan film, terutama film-film indie. Beberapa karyanya, antara lain; miniseri Blok D76 yang sudah ditayangkan pada bulan Juni 2006 di ProTV, sebuah stasiun televisi lokal. Dan menyusul penggarapan film indie yang bersetting gula tumbu berjudul Sketsa Gelisah Api.

Antologi puisi tunggalnya berjudul Pertarungan Hidup Mati dan kaset pembacaan puisi Antifon Burung Api. Kini tengah mempersiapkan buku puisinya yang kedua, berjudul Alienasi yang dilengkapi dengan CD pembacaan puisi Asa Jatmiko.

Kini tinggal di Jalan Kelapa Sawit V/6, Perumahan Megawon Indah, Jati, Kudus telp: 08122872180, sembari menjadi sutardara Njawa Teater Kudus. Membuat sebuah grup band VEHO yang saat ini sudah menelorkan dua album demo. Kemudian juga mendirikan komunitas Satubumi, sebuah komunitas yang berkegiatan mendokumentasikan karya-karya seni, mengadakan riset dan menjadi event organizer kegiatan-kegiatan kesenian.



Studio:
Jl. Kelapa Sawit V/6
Megawon Indah, Jati
Kudus - Indonesia
Kode Pos 59342

Telp:
0291-4249442

Mobile:
08122872180

Email:
asajatmiko@gmail.com

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...