14/12/09

Gagah Meramu Kreativitas

Catatan Kecil
Panitia Festival Teater Pelajar 2009
Teater Djarum Award
Oleh. Asa Jatmiko


Pelaksanaan Festival Teater Pelajar (FTP) 2009 telah berlangsung pada 28 – 29 Nevember lalu. Ajang ini merupakan ajang termegah festival teater pelajar di Kudus sepanjang tahun 2009. Beberapa komunitas seni dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Kudus juga secara berkala menggelar kegiatan festival teater, tetapi ajang yang memperebutkan Teater Djarum Award kali ini menjadi arena paling bergengsi, direspon oleh banyak teater-teater sekolah. Hampir setiap sekolah merespon FTP kali ini, meskipun kemudian akhirnya tinggal 18 teater sekolah yang secara nyata mendaftarkan diri sebagai peserta festival dari tingkat SMP dan SMA. Gelaran ini merupakan kali kedua, yang berakhir dengan sukses dan sangat pantas menjadikan kegiatan dari Teater Djarum untuk menutup tahun 2009 ini dengan gemilang.

Penyelenggaraan FTP 09 secara langsung menjadi stimulant bagi para siswa untuk mengembangkan potensinya. Mereka yang terlibat dalam proses penggarapan pentas dituntut untuk semakin cerdas mengelola dan mengatur waktu belajar dan waktu latihan. Pengalaman membuktikan bahwa para siswa yang terlibat dalam kegiatan teater memiliki daya juang yang lebih, daya pikir yang menonjol serta lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal tersebut diakui juga oleh Maston, sutradara Teater Lingkar Semarang yang diundang datang sebagai salah satu juri pada FTP 09 kali ini. Mantan anak asuhnya yang ada di beberapa sekolahan di Semarang ini bahkan menambahkan bahwa rata-rata para siswa yang ikut teater berhasil menembus masuk perguruan tinggi dan universitas-universitas negeri.

Tidak mengherankan bahwa di dalam pengembangan teater sekolah secara tidak langsung juga mendorong para siswa untuk memiliki kemampuan ‘lebih’. Mata pelajaran yang menjadi kurikuler di sekolah rata-rata hanya berorientasi pada asah otak dan asah ketrampilan. Di dalam seni teater, para siswa dirangsang untuk menyadari kelebihan-kelebihan dirinya, mengembangkan potensinya, dan melatih kepercayaan diri. Hal ini sangat penting untuk para siswa, karena mentalitas menjadi dasar bagi pengembangan diri secara optimal.

Kegiatan FTP 09 juga telah berhasil menggerakkan aktivitas dunia teater, terutama di Kudus dan sekitarnya, menjadi semakin dinamis. Pertama, bahwa teater-teater sekolah secara langsung akan melibatkan para sutradara lokal untuk mengawal proses kreatif para siswa. Dengan hadirnya mereka dalam dunia pendidikan, kebuntuan metoda latihan, meramu kreativitas tim dalam teater dan rangsangan ide-ide dari para siswa akan tersalurkan secara tepat. Di sisi lain, para pendidik di sekolah tersebut juga secara tidak langsung akan lebih mengenal bagaimana seni teater sebagai ilmu dapat dikembangkan di sekolah.

Kedua, bahwa keterlibatan para seniman local dalam proses ini memiliki dampak posistif bagi perkembangan dunia teater itu sendiri. Secara tidak langsung, para sutradara ini juga mempergunakan event FTP untuk mengadu kreativitas antar sutradara lainnya. Persaingan kreativitas yang sehat semacam ini akan membawa teater pada sebuah tuntutan yang tidak lain adalah kualitas. Kualitas para sutardara dipertaruhkan!

Dan ketiga, FTP akan melahirkan bibit-bibit baru dalam kesenian sebagai aktor maupun pekerja seni lainnya. Kaderisasi akan bibit-bibit baru tersebut melalui FTP merupakan keniscayaan. Lima atau enam tahun ke depan, para siswa yang berhasil di dalam hidupnya entah berprofesi sebagai apapun, akan merasakan bagaimana bekal berkesenian telah diperolehnya pada saat mengikuti FTP hari ini. Bahkan mungkin dikenangnya di sepanjang hidupnya. Dan kita, PT Djarum, tepat berada di tengah-tengah proses kehidupan para siswa tersebut.

Venue
Dua buah panggung yang representative dibangun di dalam gedung GOR Bulutangkis – Djarum, Kaliputu, yang dimainkan secara bergantian dari peserta festival yang satu dan berikutnya. Secara marathon, penonton disuguhi beberapa pertunjukan sekaligus tanpa mempertontonkan aktivitas para penata artistik di belakang panggung. Panggung A bermain, panggung B dipersiapkan. Panggung B bermain, panggung A dipersiapkan, demikian seterusnya. Waktu berjalan secara efektif.

Malam pertama Teater Djarum membuka gebyar FTP 09 dengan menampilkan sebuah Prosesi Pembukaan berjudul “Arjuna’s Arrow At 3 Minutes” garapan sutradara Asa Jatmiko dan Andreas T. Prayoga. Komposisi teater gerak itu menceritakan bagaimana perjuangan Arjuna (diperankan Asa Jatmiko) dalam mencapai cita-citanya. Semenjak keluar dari padepokan tempatnya menimba ilmu, aral dan halangan datang silih barganti. Halangan-halangan tersebut divisualisasikan dengan menghadirkan tokoh-tokoh jahat, para raksasa yang rakus (diperankan oleh Mas’ud, Heru Nugroho, Bambang Susanto, Evan dan Masrin). Mereka menghambat laju Arjuna, dengan peperangan-peperangan sambil membawa nyala api di tangannya. Akhir cerita Arjuna berhasil melumpuhkan mereka, dengan berdiri gagah di atas bangunan para raksasa, Arjuna melepaskan busurnya dengan anak panah yang telah menyala. Anak panah tersebut berhasil meretas tali pada layar yang kemudian membentang gambar Teater Djarum Award 2009.

Seleksi Menuju Final
Berbeda dengan penyelenggaraan FTP tahun 2008. Pertama, kegiatan FTP tahun ini tidak hanya didukung tetapi sekaligus melibatkan peran aktif Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) kabupaten Kudus. Antusiasme dari Bapak Sudjatmiko sebagai Kepala Diknas Kab. Kudus untuk bersedia terlibat ini dibuktikan dengan menugaskan Bambang Widiharto untuk bersama-sama tim dari FTP menjadi juri di tahap seleksi dan juri di tahap final bersama Maston dan Jose Rizal Manua.

Hal kedua, peserta FTP 2009 ini harus melewati babak seleksi untuk dapat unjuk gigi di panggung festival sebagai finalis. Dari 18 peserta, kemudian 1 mengundurkan diri. Cara seleksinya adalah setiap peserta wajib membuat pementasan karya tersebut di sekolah masing-masing. Sementara itu, panitia FTP menyambangi sekolah-sekolah untuk menonton pementasan teater sekolah. Sekaligus memberikan penilaian bersama Pak Bambang Wid dari Diknas Kudus. Pada tahap seleksi ini PT. Djarum melalui panitia FTP 09 sekaligus memberikan subsidi masing-masing Rp.500.000,- untuk setiap teater sekolah. Komposisi peserta terdiri dari 12 teater sekolah dari tingkat SMA dan 5 teater sekolah dari tingkat SMP, kemudian menghasilkan finalis 5 teater sekolah dari tingkat SMA dan 3 teater sekolah dari tingkat SMP. Ke-delapan finalis inilah yang kemudian tampil di panggung festival.

Pementasan di sekolah pada tahap seleksi ini lebih dimaksudkan sebagai upaya panitia untuk lebih membumikan lagi seni teater bagi pihak sekolah dan para siswa. Dan panitia FTP 09 harus mengacungi jempol kepada ketujuh-belas peserta, dimana semua mempersiapkan pementasan mereka di sekolahnya dengan upaya yang maksimal. Tentu saja, dengan tetap menyadari bahwa fasilitas-fasilitas seperti panggung dan tata lampu yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing dengan tidak mempengaruhi penilaian.

Delapan finalis yang berfestival ini kemudian juga mendapatkan tambahan subsidi sebesar Rp.500.000,- untuk masing-masing teater sekolah. Mereka berpentas meramu kreativitas untuk memperebutkan hadiah-hadiah dengan kategori sebagai berikut:
A. Kategori SMP
• Teater Terbaik
Mendapatkan Trophy Teater Djarum Award, Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.3.000.000,-
• Aktor/Aktris Pemeran Utama Terbaik
Mendapatkan Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.1.000.000,-
• Aktor/Aktris Pemeran Pembantu Terbaik
Mendapatkan Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.750.000,-
• Artistik Terbaik
Mendapatkan Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.750.000,-
B. Kategori SMA
• Teater Terbaik
Mendapatkan Trophy Teater Djarum Award, Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.3.000.000,-
• Aktor/Aktris Pemeran Utama Terbaik
Mendapatkan Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.1.000.000,-
• Aktor/Aktris Pemeran Pembantu Terbaik
Mendapatkan Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.750.000,-
• Artistik Terbaik
Mendapatkan Piagam dan uang pembinaan sebesar Rp.750.000,-


Festival
Pada malam pertama FTP menghadirkan 5 finalis, antara lain: Teater Pelangi – MA NU Darul Hikam dengan lakon Lena Tak Pulang, Teater Espero – SMP N 2 Kudus dengan lakon Kado untuk Ayah, Teater Nusa – MTs Nurusalam mengusung Kabut Wajar , Teater Jasmine – SMP N 1 Jati menghadirkan Aa Ii Uu dan Teater Studio One – SMA N 1 Kudus berjudul Rare Angon Sabitan. Kemudian pada malam kedua FTP menghadirkan 3 finalis, yakni: Teater Apotek – SMK Farmasi Duta Karya menghadirkan naskah Orang Kasar, Teater Keluarga – SMA Keluarga mengusung lakon Ande Ande Lumut dan Teater Sage – SMA N 1 Gebog mengusung Wabah atawa Bencana.

Gelaran FTP tahun ini diramaikan pula dengan bazaar buku yang digelar Gramedia, sehingga arena FTP menjadi semakin marak. Di samping itu, panitia FTP juga mengadakan workshop teater yang diikuti oleh setidaknya 150-an peserta, dengan instruktur sutradara Teater Tanah Air Jakarta, Jose Rizal Manua yang juga didaulat menjadi juri FTP 09.

Pada malam penganugrahan award, Jose Rizal Manua mengatakan bahwa pengembangan potensi seni teater di kalangan siswa mulai tahun ajaran 2010 akan disuport penuh oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional. Teater masuk menjadi salah satu mata pelajaran kurikuler di sekolah-sekolah SMP dan SMA, katanya yang juga menjadi tim penyusun buku ajar teater sekolah tersebut.

Selain hal itu, Jose Rizal Manua juga menyoroti bagaimana peran sutradara amat penting di dalam proses penggarapan pentas teater. Mulai dari pemilihan naskah, pemilihan peran, memilih metode latihan, hingga menghidupkannya di atas panggung. Dari pengamatannya sepanjang FTP, banyak sutradara yang dinilai kurang memiliki kepekaan semacam itu. Kekuatan para siswa yang potensial, banyak terhambat atau tidak muncul oleh karena pengaruh sutradara.

Peran Aktif Diknas Kudus
“Ada keprihatinan di pihak kami sebetulnya,” ujar Pak Bambang Wid di sela-sela pertemuan pertama para dewan juri di Wisma milik Djarum di Jalan Tanjung, “kegiatan teater oleh para siswa di dalam sekolah memang salah satunya menjadi tanggung jawab Diknas Kab. Kudus. Akan tetapi untuk melakukan kegiatan festival semacam FTP, lembaga yang memiliki kompetensi adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.”

Lalu lanjutnya, “inilah yang menjadi dilemma bagi kami di Diknas. Sehingga Diknas seolah-olah tidak mampu menjangkau wilayah kegiatan siswa seperti di FTP ini secara lebih total.” Meskipun demikian, Pak Bambang Wid berharap bahwa peran serta aktif Diknas di FTP kali ini akan memberikan dampak positif, terutama bagi kami di Diknas dalam kelanjutannya.

Akhirnya, sampai berjumpa lagi pada FTP 2010!

12/12/09

Bahasa Indonesia di Tangan Musisi Indonesia

Oleh. Asa Jatmiko


Bahasa menunjukan bangsa. Kita selalu menyebutnya demikian, manakala kita mulai mempertimbangkan bahasa sebagai bagian penting dari kehidupan dan dinamika sebuah masyarakat. Dalam aspek sosiologi, bahasa mengejawantah dalam tutur kata yang menyatu bersama kebudayaannya. Dia tidak semata-mata menjadi alat komunikasi, melainkan lebih dari itu, larut di dalam sendi kehidupan masyarakat itu sendiri. Dia tidak sekadar menjadi “penghubung/penyambung” sesuatu informasi, melainkan menjadi darah-daging dari kebudayaan, yang bersamanya pula bahasa menjadi hidup dan berkembang. Pada tingkat ini, bahasa tidak lain adalah ekspresi dari seseorang, kelompok, atau masyarakat itu sendiri. Pada setiap bidang kehidupan, bahasa memiliki ekspresinya masing-masing, untuk mewujudkan pemikiran dan gagasan.

Demikian pula dari aspek hukum, ekonomi dan politik, bahasa sesungguhnya merupakan pencitraan atas suatu pemikiran atau gagasan yang lebih nyata. Tentu saja, dengan caranya masing-masing. Keterwakilan ekspresi yang diampu oleh bahasa menjadikan bahasa bisa berkembang. Dan oleh karena pemakaian bahasa tersebut sudah sedemikian kompleks, ia dengan sendirinya pula memiliki persoalan-persoalan yang lebih kompleks, ketika di dalam bahasa mengandung tersirat nilai-nilai, makna dan pemaknaan. Bahasa memang memiliki energi besar untuk turut mengembangkan cara berpikir, berperilaku, menunjukan/menentukan sikap bagi masyarakatnya. Oleh karena itu, setiap pemakai bahasa memiliki tanggung jawab tidak hanya terhadap pemikiran dan gagasannya, melainkan juga terhadap sisi moral, etika dan estetika.
Fungsi bahasa menjadi sangat penting, apabila kita mempertimbangkan kebudayaan. Karena tanpa bahasa, rangkaian aspek-aspek kehidupan akan terputus, dan bisa jadi akhirnya matilah kebudayaan itu.

Musik merupakan salah satu bahasa yang bersifat universal. Sebuah karya musik dapat diperdengarkan kepada siapapun di dunia ini dengan tidak mengenal batas-batas wilayah, ras, bahasa. Ia hanya membutuhkan indera dengar, selanjutnya adalah bagaimana penikmatannya. Melalui permainan nada-nada maupun tak bernada, dan komposisi ia sedemikian lentur mampu memasuki wilayah estetika selera seseorang.
Bahkan meskipun musik telah mempergunakan lirik sebagai penyampai pesan atau informasi yang lebih spesifik, sama sekali tidak mempengaruhi kemandirian karya musik untuk tetap bisa dinikmati oleh siapapun dimanapun. Tidak jarang sebuah karya musik tetap bisa dinikmati meskipun liriknya mempergunakan bahasa yang sulit atau tidak kita pahami. Begtulah, saya ingin menggambarkan betapa musik memiliki kekuatan untuk masuk dengan ‘jalannya sendiri’ secara merdeka kepada siapapun. Seperti diakui banyak ahli di dunia, bahwa musik mampu ‘mempengaruhi’ wilayah kejiwaan, mengasah kepekaan penikmatnya.

Bagaimana dengan lirik lagu berbahasa Indonesia dalam dunia musik Indonesia? Karena bahasa memiliki peranan penting dalam kebudayaan, dan musik memiliki kekuatan yang unik untuk mampu mempengaruhi kejiwaan dan pemikiran penikmatnya, maka penggunaan bahasa di dalam lirik-lirik lagu juga seharusnya dilihat sebagai sesuatu yang penting. Sekitar tahun 2000, ada sepucuk surat pembaca di sebuah harian yang mengkritisi lirik lagu pada album grup band Slank waktu itu. Pada album tersebut (maaf, saya lupa judul albumnya), yang terbit sebelum para personel Slank “sembuh” dari sengatan narkoba, Slank menuliskan lirik-liriknya dengan begitu vulgar dan seronok. Si pengirim surat pembaca tadi ingin mengingatkan, bahwa lagu-lagu mereka yang dijual secara bebas, kemudian dibeli dan dinikmati oleh para penikmatnya, termasuk anak-anak dimana mereka belum pantas untuk menyerap lirik-liriknya.
Sekarang kita simak juga lagu dari band Wali yang berjudul Dik. Begini salah satu refrainnya: ku akan menjagamu, di bangun dan tidurku, di setiap mimpi dan nyataku. Terlepas enak dan tidaknya lagu tersebut dinikmati, nyatanya lagu tersebutlah yang belakangan ini menjadi salah satu lagu yang paling digemari oleh remaja kita. Kata “bangun” dalam lirik di atas, terdengar janggal, karena tidak selaras pemaknaannya dengan larik-larik berikutnya yang mempergunakan, seperti: mimpi – nyata, kemudian pada baris refrain berikutnya ada “hidup – mati”. Jika diteruskan, band Wali mempergunakan lawan-kata sebagai kekuatan lirik dalam lagu Dik. Sehingga dengan konsepnya sendiri, apabila Wali mempergunakan kata “tidur”, lawan katanya tentu saja bukan “bangun” melainkan “terjaga”. Barangkali bukan di (saat) bangun, melainkan di (saat) terjaga. Karena di dalam kaidah maupun pemakaian umum Bahasa Indonesia, kata yang mengikuti di, ke dan dari lazimnya adalah kata keterangan tempat/situasi, bukan kata kerja.

Saya masih percaya, bahwa pemakaian bahasa Indonesia yang baik tidak akan serta-merta membuat kita menjadi kaku. Ahmad Dhani banyak menelorkan lirik-lirik yang baik, penuh muatan filsafat, puitis, demikian juga membuat lagu-lagu cair dan sedikit ‘kemayu” seperti pada beberapa karyanya yang dinyanyikan oleh Mulan Jameela dan Dewi Dewi. Tetapi Ahmad Dhani tetap menjaga kualitas dan konteks kata-kata yang dipilihnya. Demikian juga dengan beberapa syair lagu dari musisi-musisi kita yang tidak hanya memperhitungkan musikalitas, melainkan juga mempertimbangkan bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di dalam karya-karyanya. Di sinilah peran “pencipta” bahasa dalam lagu, puisi atau karya seni lainnya dalam berkreativitas.

Gejala penggunaan bahasa Indonesia di dalam dunia musik tanah air tidak hanya menyentuh soal ketepatan seorang musisi atau pencipta lagu dalam menentukan pilihan kata. Beberapa grup band malah sepertinya dengan sengaja mempergunakan bahasa-bahasa dengan tidak mempertimbangkan unsur pendidikan di dalamnya. Sekali lagi grup band Wali, misalnya, pada lagu Benci. Di sana ada lirik : “dasar kamu bajingan”. Payahnya, lirik tersebut dijadikan bait refrain, dimana Wali akan mengulang-ulang kalimat itu. Lebih banyak disbanding dengan isi atau tema lagu itu sendiri yang (hanya) mempersoalkan cinta sepasang kekasih. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan makna lirik tersebut kepada anak saya yang masih sekolah dasar, padahal anak saya (sangat) hapal dengan lagu tersebut. Saya tidak habis pikir, bagaimana musisi, pencipta lagu dan juga para produser rekaman menyetujui penggunaan kata-kata yang tidak mendidik itu, yang notabene mereka juga berharap akan dinikmati sebanyak mungkin khalayak?
Musik, menurut saya, sebagaimana karya seni lainnya, memiliki tanggungjawab moral terhadap kebudayaan sebuah bangsa. Terlebih lagi bahwa musik memiliki media khas yang mampu menembus relung hati, dari anak-anak hingga orang tua. Oleh karena betapa egoisnya ketika musisi kita bila mereka tidak memperhitungkan siapa nanti penikmatnya. Mereka semakin kaya dan terkenal (ngetop), dari hasil uang jajan anak-anak remaja kita.

Musik memperkembangkan bahasa. Bahasa menunjukan bangsa. Mari kita bermusik dengan mempergunakan bahasa sebagai alat ekspresi sekaligus kebanggaan dengan mempertimbangkan anak-anak bangsa.

Di bulan bahasa ini, semoga catatan tadi berguna bagi kita semua.

Sepasang Mata Indah


Asa Jatmiko bermain dan menyutradarai Sepasang Mata Indah Kirdjomuljo.

10/12/09

Menggapai Klimaks

10 Tahun Poentoen' Studi Art - Kudus
Oleh Asa Jatmiko*


Saya tidak mengamati secara langsung bagaimana Teater Poentoen' muncul kemudian berproses diri. Mengenalnya semenjak saya di Kudus 5 tahun ini. Dan 5 tahun sebelumnya saya hanya mengenalnya (mendengarnya) dari beberapa aktivitas yang mereka lakukan dan sempat tersiar di media. Dua pembagian waktu itu sangat penting. Konon, dari 5 tahun pertama banyak melahirkan rekan-rekan dari Teater Poentoen' yang kemudian mampu eksis dan tetap bertahan menggeluti dunia teater. Beberapa rekan bahkan muncul sebagai orang yang patut diteladani dan disegani karena proses kreatif yang telah dilakoninya.

Periode lima tahun berikutnya, sampai hari ini, saya lebih melihat Teater Poentoen' memperkuat diri dalam organisasi dan jaringan. Beberapa rekan yang belakangan ada di Teater Poentoen' memang menonjol, tetapi melihat aktivitas organisasi dan jaringan yang digebrak Teater Poentoen'-lah yang lebih menonjol. Bahkan agak tidak keliru barangkali jika kita mengenal Teater Poentoen' sekarang ini adalah teater yang sangat sibuk membuat kegiatan. Lontaran yang bermaksud 'menggelitik' saja untuk disampaikan, kapankah mereka berkarya? Karena waktu telah dipenuhi schedule kerja sebuah organisasi kesenian.

Tulisan ini tentu saja akan penuh dengan 'bolong-bolong' ketaksempurnaan data, sebagaimana saya mengakui hal ini pada awal tulisan ini. Tetapi penting untuk dicatat, bahwa Teater Poentoen' telah menjadi salah satu benteng terpenting perteateran di Kudus. Banyak orang sudah tahu dia, banyak orang telah disentuhnya, banyak yang menanyakan kabarnya, juga banyak yang mengacuhkannya bahkan menolaknya. Tetapi saya yakin bahwa mereka semua tanpa kecuali, akan menyatakan kehilangan bila Teater Poentoen' tiba-tiba tak ada di sekeliling perbincangan teater Kudus hari ini. Maka, keberadaan Teater Poentoen' di Kudus sangatlah penting. Dan saya berharap, ia juga menganggap dirinya penting bagi Kudus, sehingga pasti akan memikirkan masyarakat teater yang menganggapnya penting.

Sudah melewati waktu yang cukup lama, Teater Poentoen' atau mereka menyebut dirinya Poentoen' Studi Art yang saat ini dipimpin oleh Joko Edy S. itu, tidak berpentas teater, kecuali tetap menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kesenian. Tetapi anehnya, hampir 75% pementasan teater yang terjadi di Kudus, hampir selalu membawa nama Teater Poentoen'. Dari pentasnya teater sekolahan yang ada di Kudus, hingga pentas teater dari kelompok teater luar Kudus. Seperti yang kegiatan terakhir adalah menjadi tuan rumah pentas Teater Gidag-Gidig dari Solo di Studio Pasma.

Pentas-pentas teater di Kudus adalah karena campur tangan Teater Poentoen'. Ia menjadi semacam minuman suplemen yang meresap ke dalam proses sebuah kelompok teater, dan secara bersama meramu dan mengangkatnya ke dalam sebuah kegiatan atau pentas. Hal-hal semacam sebenarnya juga dirintis oleh teater-teater lainnya di Kudus, Teater Samar, misalnya. Akan tetapi Poentoen' Studio Art memiliki kecenderungan yang unik. Sebagaimana mereka telah mengadakan Festival Teater Pelajar beberapa waktu yang lalu. Poentoen' mencoba membuat ruang-ruang ekspresi, dan seluasnya terutama bagi insan-insan teater muda di Kudus.

Kiprah Poentoen' Studi Art di blantikan kesenian Kudus tidak diragukan lagi. Bahkan saking aktifnya, ada yang mengatakan bahwa hampir seluruh kesempatan memperoleh subsidi dari lembaga-lembaga kesenian milik pemerintah sudah dialokasikan/diproyeksikan bagi program-program Poentoen'. Sementara Poentoen' sendiri melihat hal sebagai sebuah peluang yang tak pernah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok kesenian lainnya di Kudus. Atau boleh dikatakan bahwa mereka tidak memiliki program yang bisa ditawarkan?

Karena hal itu pun mungkin terjadi, mengingat ada saja kelompok-kelompok teater yang mendasarkan programnya secara mengalir. Artinya, program-program yang ada pada mereka adalah program jangka pendek, sementara Poentoen' sudah menyusunnya untuk satu dua tahun ke depan. Semua saha-sah saja, dan baik-baik saja saya kira.

Kiprahnya di dunia kesenian Kudus, membawanya ke dalam simpul-simpul jaringan dan komunikasi. Dua hal ini bagi Poentoen', menurut saya, disadari betul sebagai bekal sekaligus asset yang harus dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu, kita semua bergembira dengan kemunculan kelompok Petilasan waktu itu, yang sempat menggelar beberapa kegiatan bersama, seperti Jak-Art tahun 2004. Meskipun komunitas bersama itu kemudian lenyap ditelan waktu.

Demikianlah Poentoen' Studi Art hidup mewarnai kesenian Kudus, hingga menginjak tahun kesepuluh di hari pertama Januari 2007 yang tinggal beberapa hari lagi. Kita masih berharap banyak terhadap Poentoen' untuk mampu mengeksplorasi dan mengangkat potensi-potensi kesenian (teater) di Kudus. Oleh karena itu, Poentoen' tidak hanya menjadi tanggungjawab diri mereka semata. Kudus bertanggungjawab moral untuk merangsang Poentoen lebih kreatif lagi.


Banyaknya aktivitas selama rentang waktu 10 tahun perlu dicatat. Untuk kita pelajari prosesnya, kepahitan dan kesedihannya, untuk perjuangan dan pergerakannya. Saya percaya, apa yang Poentoen' lakukan tidak lain adalah sebuah ihtiar untuk menggapai 'sesuatu'. Dan 'sesuatu' itu pastilah sangat penting, adi, jimat, klimaks! Tapi, diam-diam saya tidak berharap Poentoen' segera klimaks dalam waktu dekat ini. Mudah-mudahan hal itu merupakan sebuah upaya panjang dan tiada henti, menuju tingkat-tingkat yang lebih tinggi dan luas.

Karena begitu klimaks, crootttt!!! Habislah sudah….. Tinggal antiklimaks…lelah…dan mati akhirnya. Semoga tak! Akhirnya, selamat berulangtahun.***

Realita Cinta Musik Indie

Oleh. Asa Jatmiko*

Apakah itu musik indie? Aliran musik, darah pergerakan, atau gairah penciptaan di luar label mayor? Belakangan ini kita mengakui bahwa gairah musik indie di Indonesia semakin marak. Sudah mulai kita saksikan, banyak event yang berusaha mengangkat musik indie ke tengah khalayak. Kemunculan grup-grup musik indie tumbuh subur, bahkan selalu lebih subur dibandingkan kesenian yang lain. Sebagai ada yang beradu untung, siapa tahu kemudian dilirik label mayor sehingga bisa eksis dan punya nilai jual, ada juga yang memang tetap bersikukuh di jalur indie dengan segala konsekuensinya.

Dan mereka yang beruntung dan bernasib baik, akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi sebuah grup musik yang dikenal di masyarakat luas. Tentu juga membawa kempensasi peningkatan kocek di saku mereka. Hanya saja, seringkali grup-grup yang sudah terlahir sebagai grup bebas pada awalnya, akan menghadapi pergulatan idealisme. Di titik ini, sebuah grup akan berhadapan dengan kapitalis yang akan menjadi agen pemutar uang.

Kompromi-kompromi antara idealisme bermusik, realita hidup, publisitas sebuah grup dan akhirnya warna dan cara bermusik akan sangat dibutuhkan. Sebuah grup semisal Blackflash yang cukup tangguh di Kota Kudus itu pun mengalami demikian. Ia harus menemui dua hal sekaligus dimana masing-masing merupakan nilai yang sngat menentukan. Itu sebuah konsekuensi logis, seperti sudah saya sebut di atas. Dan di sini pula, ketika masyarakat mengenal grup tersebut (popular), maka sekaligus ia kehilangan kemerdekaannya. Kehilangan indie-nya.

***

Bagaimana proses kreatif grup band indie dalam mencipta, memproses karyanya, mengelola grup dan mensosialisasikan karya-karyanya ke tengah khalayak itulah saya kira yang saat ini menjadi penting. Mulai dari pengelolaan kemampuan teknis bermusik yang kemudian menelorkan lagu-lagu, mengaransemennya ke dalam satu komposisi musik tertentu sesuai keinginan mereka, hingga perjuangan untuk merebut perhatian khalayak. Sederet pekerjaan yang tidak ringan untuk diperjuangan sendiri oleh satu grup.

Pada sebuah grup yang tengah melewati fase ini saya menganggapnya justru sebagai rentang waktu yang sangat penting, seperti yang tengah dirintis oleh VEHO dan banyak grup lain. Kenapa? Kreativitas, menjadi kata kunci. Di situlah nilai sebuah entitas seni. Tiba-tiba, musik menjadi sebuah ideologi yang harus diperjuangkan mati-matian. Sebagaimana Godbless pernah menulis lagu berjudul Musisi.

Apa yang kita lihat pada grup-grup musik indie adalah demikian adanya. Penuh gairah. Darah perjuangan masih meledak-ledak. Tinggal satu hal yang sering terlupa pada setiap proses kreatifnya, yakni kecerdasan emosional.

Sebuah ruang merdeka telah dimiliki, dan barangkali akan tetap dijaganya selama mungkin. Akan tetapi kepekaan sosial dan kemanusiaan rupanya belum menjadi sumber-sumber ide untuk digali dan diangkat. Justru disitulah, saya melihat akan kemungkinan kekuatan sebuah grup indie. Dimana ia mampu memerdekakan pikirannya melihat realitas social dan kemanusiaan yang terjadi di sampingnya. Ini sebuah pilihan yang merdeka pula untuk sebuah grup indie, karena kita belum memiliki definisi yang jelas mengenai istilah indie itu sendiri. Apakah indie dalam warna musik, lirik, atau hanya sekedar lepas dari cengkraman kapitalis bernama label mayor?

Bagaimana arah atau cita-cita sebuah grup band indie dalam dunia musik? Mungkinkah ia menjadi corong atas masalah-masalah kemanusiaan dan sosial? Indie, mungkin dapat menjadi kran kreativitas sekaligus upaya pemuda memberdayakan dirinya menjadi penjaga moral generasinya. Tapi sampai kapan ia akan tetap menjadi indie, apabila warna musik sudah mulai dikenal (popular) kemudian label mayor menariknya sebagai komoditas, lalu nilai sebuah lagu berangsur geser ke tema-tema putus cinta, selingkuh, dan hal-hal menyangkut pacaran, warna musik menjadi lebih santun dan enak didengar.

Saya kira, inilah tantangan sekaligus peluang bagi grup musik indie. Beranikah?! Grup-grup indie sendiri yang akan menjawabnya. Alih-alih, sebenarnya grup musik indie-lah sebenarnya grup-grup garda-depan dunia musik, karena kemerdekaan ide dan kreativitas masih dipercaya menjadi roh yang utama.

Salam.

Rinai Seruni

Karya: Asa Jatmiko

Seruni ; seorang gadis remaja, SMA.
Rinai berarti: a. rintik gerimis, b. senandung, nyanyian. Pilihan judul Rinai Seruni adalah ingin menggambarkan bagaimana proses perjuangan Seruni melalui banyak hujan tangis yang akhirnya mampu membuatnya bersenandung (sukses).

Sinopsis
Rinai Seruni adalah sebuah cerita tentang sepenggal kehidupan Seruni, seorang remaja SMA, yang penuh dengan perjuangan. Di latar belakangi dengan kehidupan ekonominya yang sulit, Seruni tidak gentar sedikit pun untuk mengejar cita-citanya.
Seruni merupakan gambaran seorang remaja yang cerdas di sekolahnya, juga terutama aktif dalam kegiatan-kegiatan kepedulian terhadap lingkungan. Bersama rekannya yang didukung pihak sekolah, ia membuat Greenhouse sekolah, yang ia kelola dengan baik. Karena pertimbangan inilah, kemudian Kepala Sekolah mengirimnya untuk ikut dalam kegiatan Pemilihan Duta Peduli Lingkungan (PDPL) yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan swasta nasional.
Di tengah sibuknya ia terlibat dalam banyak kegiatan di PDPL, seperti seminar, kegiatan lingkungan/tanam pohon di daerah tandus, hingga kampanye lingkungan di jalan, ia juga menghadapi musuh bebuyutannya di sekolahnya, yakni Tita. Tita adalah teman Seruni. Ia merupakan anak seorang wakil rakyat (DPR) yang selain cerdas, juga begitu bersemangat untuk ‘membuat pencitraan’ dirinya melambung. Oleh karena itu, OSIS yang dipimpinnya, pada akhir tahun mengadakan acara pemilihan sis TER (TERCANTIK, TERTAMPAN, TERJOROK dan TERLUCU). Tentu saja ini acara kontroversial yang sengaja diciptakan Tita bersama rekan-rekannya, yang ujung-ujungnya untuk menaikkan citra dirinya di mata sekolah.

Sementara itu, Seruni menghadapi masalah baru. Kakaknya, Kinanti, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, (ibunya telah meninggal) dan Brojo, ayahnya, seorang yang sudah sakit-sakitan, tiba-tiba keluar dari pekerjaannya, karena ia diperkosa mandornya. Aib ini yang menambah beban mental Kinanti dan Brojo, terlebih bagi Seruni untuk melihat masa depan, tentu menjadi lebih suram.
Damar, seorang siswa dari SMA lainnya yang dikenalnya sewaktu Seruni ikut kegiatan PDPL, seolah menjadi tempat curah hati bagi Seruni. Tidak hanya itu, berkat Damar, Kinanti akhirnya bisa kembali kerja, yakni kerja di tempat orangtuanya Damar, yang kebetulan juga seorang pengusaha kerajinan tas.

Penderitaan Seruni rupanya sudah mulai berakhir, tatkala Kinanti bisa kembali bekerja. Persahabatannya dengan Damar pun semakin akrab. Ia tidak peduli pada hasil pemilihan siswa TER di sekolahnya, meski akhirnya ia toh dinobatkan menjadi siswa yang TERCANTIK (hatinya) oleh rekan-rekannya. Ia ingin konsentrasi terhadap masa depan, ingin melanjutkan kuliah, dan meraih cita-cita. Tetapi, pada saat itu pula, Brojo, ayahnya, tiba-tiba meninggal dunia. Hal ini membuat hati Seruni pedih lagi. Dia tiba-tiba seolah kehilangan pedoman, kehilangan sosok yang amat ia cinta dan banggakan; ayahnya, yang juga sangat mencintainya.

Kini tinggal Seruni seorang diri harus memikirkan nasib masa depannya dan cita-citanya. Pada sebuah sore, di sebuah kafe, ketika ia sedang berbincang dengan Damar, Damar membawakannya sepucuk surat dari Panitia PDPL. Pada PDPL itu, Seruni, juga Damar memang akhirnya tidak terpilih sebagai Duta, melainkan siswa dari SMA 1 yang mendapatkannya. Tetapi sepucuk surat tersebut adalah sepucuk surat yang mengantarkannya untuk lebih dekat meraih cita-cita: Bea Siswa selama kuliah di Perguruan Tinggi.
Betapa Seruni bersyukur atas anugrah ini.

***




Para Tokoh :
1. Seruni, pelajar SMA N 7
2. Kinanti, kakak Seruni seorang pekerja borong sebuah pabrik/kerajinan tas
3. Brojo, ayah Seruni dan Kinanthi yang sudah tua dan sakit-sakitan
4. Damar, pelajar SMA N 8
5. Kepala Sekolah
6. Ramelan, mandor di pabrik/kerajinan tas Kinanthi
7. Tita, ketua OSIS yang menjadi rival Seruni
8. Pak Herman, guru pembina kesiswaan SMAN 7 juga “pacar” Tita
9. Pak Santoso, ayahnya Tita
10. Bu Santoso, ibunya Tita
11. Pak Sarmin, penjaga sekolah atau tukan kebun sekolah.
12. Para Guru
13. Siswa-siswi SMA
14. Beberapa warga




Scene 01.
View sekolah SMA.
DI SINI OST “SEPERTI MIMPIKU” MULAI TERDENGAR
Betapa indahnya, bila ada cinta
Seperti senandung, bunga dan burung
Betapa syahdunya, bila kau di sini
Lihatlah bahagiaku, bahagia tak terkira

Akan kugapai cita-cita
meski hujan dan badai
Akan kuwarnai langit biru
dengan imaji pelangi
seperti mimpiku
Terlihat berbagai kegiatan di sekolah tersebut; di luar ruangan ada yang tengah basket, pencak silat/beladiri atau berlatih teater di sebuah ruangan terbuka. Seruni terlihat tertawa di tengah-tengah rekan-rekannya.

Scene 02.
Terlihat Tita (slow motion), seperti seorang artis dengan beragam aksesoris menempel di pergelangan tangan, rambut dan pakaiannya. Dikawal rekan-rekannya. diperlihatkan juga bagaimana kawan-kawannya ada yang menjadi “bodyguard”, pembuka jalan, dan juga terlihat beberapa laki-laki terpesona melihat Tita. Ada juga yang mengelu-elukannya.
Scene 03.
Seruni sedang asyik bersama rekan-rekannya (termasuk Rahma terlihat di sana) di “greenhouse” sekolah. Mereka sedang memperhatikan tanaman-tanaman ketika Pak Z datang menghampiri Seruni yang sedang menyiram sebuah tanaman dalam pot.
Pak Z Seruni. Kamu dipanggil Pak Kepala Sekolah untuk menghadap.
Seruni Baik, Terimakasih, Pak Z. (LALU KE MILA) Ada apa, ya?
Rahma Mana aku tahu? Sudah, cepat menghadap, siapa tahu ada yang penting!!
Lalu Seruni meletakan gayungnya, kemudian bergegas meninggalkan Mila dan rekan-rekannya di “greenhouse” sekolah.

Scene 04.
Sampai di tikungan lorong, gerombolan Tita melihat kawan-kawan Seruni di dalam greenhouse. Tita mendekati mereka
Tita Hei, mana putri duyung kalian yang dungu itu? Bukannya kita mau ada rapat OSIS?!
Rahma Aduh, putri duyung yang mana ya? Dan ada rapat OSIS…., aku nggak tuh?
Dewi Hei dungu! Itu si Seruni maksudnya?! Mana orangnya? OSIS mau ada rapat, dan dia kan pengurus OSIS, mestinya ikut rapat.
Rahma Aduh, aku bener-bener tidak tahu dimana Seruni. Oh iya, kayaknya tadi dipanggil Pak Kepala Sekolah….
Tita Ada urusan apa?
Rahma Wah, kalau itu aku sudah tidak tahu lagi, Ta.
Dewi Kalau tidak ada Seruni, apa rapatnya jadi tidak sah, Bos?
Rahma Maksudmu?
Dewi Yah, kan masih memenuhi quorum. Keputusan rapat tetap sah kalau yang hadir minimal dua per tiga dari keseluruhan pengurus kan, Bos….
Tita Ya, sudah… Yok kita cabut!!
Dewi Oke, Bos! Ayo minggir-minggir!!

Scene 05.
Di ruang kepala sekolah.
Kepsek Seruni, ada hal penting yang ingin Bapak bicarakan.
Seruni Iya, saya tahu, Pak.
Kepsek Jadi, kau sendiri sudah tahu?
Seruni Ehm, maksud saya, kalau Bapak tiba-tiba menyuruh saya untuk menghadap pasti ada hal penting.
Kepsek Kau tahu soal apa?
Seruni (AGAK LAMA) Soal uang SPP saya?
Kepsek Berapa bulan belum membayar?
Seruni Tinggal bulan ini, Pak. Maaf, tapi akan segera saya lunasi.
Kepsek E…., tapi kamu masih ikut kerja menjaga kios bunga itu, kan? (SERUNI MENGANGGUK) Baguslah…. Artinya kamu masih bisa melunasi SPP mu meskipun terlambat. Terlambat itu masih lebih baik daripada tidak sama sekali. (PAUSE. SAAT INI TERLIHAT PAK HERMAN YANG MEMBUKA PINTU RAUNG KEPALA SEKOLAH, TIBA-TIBA BERHENTI DAN NGUPING PEMBICARAAN KEPSEK DAN SERUNI DI RUANGAN DALAM) Begini, Bapak memanggilmu bukan untuk membicarakan soal ini sebenarnya. Ini ada pemberitahuan, akan ada pemilihan Duta Peduli Lingkungan. Seruni, Bapak melihat dari sekian siswa, kamulah yang pantas untuk mewakili sekolah kita mengikuti pemilihan Duta Peduli Lingkungan ini. Siapa yang selama ini ikut merawat dan memelihara tanaman-tanaman di greenhouse sekolah? (KEPALA SEKOLAH MENUNJUKKAN JARINYA KE ARAH SERUNI).
Seruni Terimakasih atas kepercayaan Bapak kepada saya.
Kepsek Persiapkan dirimu sebaik-baiknya. Kau harus mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh panitia. Entah itu seminar, diklat, kampanye lingkungan…..
Seruni Baik, Pak. Mohon saya dibimbing, Pak.
Ia keluar ruangan dengan berbinar-binar. Tiba-tiba Rahma dengan tergesa-gesa menghampirinya dan memberitahu kalau rapat OSIS sudah dimulai.
Rahma Seruni! Ah, kamu sudah ditunggu dari tadi!
Seruni Ditunggu?!
Rahma Ah, dasar pelupa! Itu, pengurus OSIS ada rapat!!
Seruni Oh iya! Aku lupa!!! Aku langsung ke sana, ya!
Betapa terkejutnya Seruni. Ia langsung bergegas ke ruang rapat OSIS.

Scene 06.
Tita dan gerombolan pengurus OSIS bergerak menuju ruang OSIS. Mereka menuju ruang OSIS.
Tita memimpin rapat OSIS.
Tita Okey, kita langsung rapat saja. Ohya, sebelum kita mulai rapat, aku mau dengar dulu bagaimana laporan kegiatan kita terakhir, terutama bagaimana respon anak-anak terhadap kegiatan kita.
Dika Bagus, Ta. Anak-anak semua senang. Kegiatan kita terakhir, yaitu Fashion Show sangat menarik. Anak-anak malah minta hal itu dijadikan acara tahunan.
Tita Yah, itu terserah sama ketua OSIS tahun depan. Aku kan cuma setahun….
Dewi Tapi itu kan bisa diatur, Bos. Biasanya juga bisa diatur….
Tita Lalu dengan laporan keuangannya gimana?
Yuli Laporan keuangannya, bagus Bos. Semua seksi sudah melaporkan penggunaan dana berikut nota dan kuitansi-kuitansinya.
Tita Pemasukan dari pihak sponsor?
Yuli Pemasukan dari pihak sponsor, ada beberapa yang tidak oke, Bos. Yah, biasa-lah….mereka kurang jeli melihat kegiatan ini sebagai media strategis untuk promosi mereka. Itu kan salah mereka sendiri….
Tita Oke, singkat saja, kita untung berapa dari kegiatan kita kemarin?
Yuli Ehm, maaf Bos….kita belum bisa untung. malah kita minus, Bos…
Tita Minus?! Berapa…?
Yuli Tidak besar sih, Bos. Cuma 750 ribuan….
Dewi Ehm…, teman-teman, untuk menutup kekurangan ini, bagaimana kalau kita patungan? Jadi kita pikul sama-sama….
Rekan-rekannya merespon beragam, ada yang oke ada yang tidak bersedia.
Dewi Ini kan bagian dari resiko yang harus kita tanggung bersama?! Gimana sih?!
Tita Sudahlah. Biar semua aku yang tutup.
Rekan-rekannya ramai lagi. Ada yang oke ada yang tidak.
Tita Suka atau tidak suka, karena aku yang merasa paling kaya di sini, maka aku yang akan menutup kekurangan uang kita. Selesai. (SEMUANYA TERDIAM) sekarang kita mulai saja rapat kita untuk kegiatan untuk akhir tahun berupa pentas seni dengan acara puncaknya: pemilihan siswa TER tahun ini. Kita mulai dari pembentukan panitia kecil…….
Kamera bergerak longshot, suara Tita yang sedang memimpin rapat pelahan hilang.

Scene 07.
View lorong sekolah. View ruang OSIS. Terlihat Seruni berlari-lari menuju ruangan rapat OSIS. Tita masih memimpin rapat OSIS membahas sebuah rencana kegiatan untuk akhir tahun.
Tita Oke, aku sangat setuju dengan rencana kegiatan kita untuk akhir tahun ini, yaitu penyelenggaraan pentas seni, dengan acara puncak; penobatan siswa/siswi TER. (Seruni masuk)
Dewi Ada TERgagah, TERseksi, TERjorok, TERlucu….
Seno Ta, kok nggak ada TERpandai atau TERbodoh….?
Tita Untuk urusan otak, biar sekolah yang menilai. Kalau dari kita untuk kita, ya….tidak mengenal itu, kan?!
Dewi Lagipula, memangnya kamu termasuk pandai? Bahasa Indonesia saja dapat enam!!!
Seno Kok tahu?
Dewi Kamu sendiri yang ngasih lembar jawaban mu ke aku…. So, kalau aku saja dapat segitu, masak kamu dapat sembilan…
Yuli Yaah…, itu sih nunggu sampai angka enamnya mabok!!
Seruni Maaf, aku terlambat kawan-kawan. Tapi ngomong-ngomong, aku kurang setuju dengan penobatan itu….
Dewi Eh, datang sudah terlambat, enak saja bilang tidak setuju. Palu sudah diketok, tahu?!
Tita Emangnya kenapa kamu tidak setuju? Takut terpilih?
Yuli Terpilih jadi siswa tercantik?
Tita Siapa tahu?! Ini kan suara rakyat yang menentukan….
Dewi Suara rakyat itu akan memihak kepada siapa yang mbayar. Lha kalau khusus dia, kita perlu adain satu kategori lagi….
Tita Apa tuh?!
Yuli Ter-klowor!!!
Langsung semua tertawa. Pak Herman melintas dan mendengar suara anak-anak, dia berhenti.
Seruni Lanjutkan saja rencana kalian, tapi aku keluar dari kepengurusan OSIS sekarang juga! Dan ingat ya, kegiatan kalian ini hanya akan mempertajam perbedaan si kaya dan si miskin….
Tita Eh, kamu jangan bikin ulah macam-macam, ya!!! Kamu sudah terlambat, jadi kau jangan macam-macam, apalagi mengancam akan keluar dari kepengurusan OSIS. Awas!! Kamu ngaca dong, kamu ini siapa?!
Herman Ada apa ini?
Tita Eh, Pak Herman…, nggak ada apa-apa. Biasa ada masalah kecil, tapi sudah bisa Tita atasi kok.
Herman Soal rencana kegiatan kalian itu?
Tita Iya, kan Tita sudah ngomong ke Pak Herman. Pak Herman sudah setuju, kan?
Herman Tita, sebetulnya…. (TITA MENGINJAK KAKI PAK HERMAN)
Tita (TERSENYUM)
Herman Iya, setuju, setuju…
Tita Kurang tegas
Herman Iya, ehm…., sebagai guru Pembina kesiswaan, saya setuju untuk diadakan pemilihan siswa TER tahun ini….
Tita Oke, rekan-rekan semua. Kita tutup rapatnya, dan aku harap semua mulai menjalankan tugasnya masing-masing. Selama satu minggu kita adakan pemungutan suara. Senin depan kita mulai. Kamu, siapkan kotak-kotak suara. Kamu, bikin poster. Kamu, bikin pers release ke redaksi madding… Semua siswa berhak untuk memilih dan dipilih. Ohya, siapapun yang menghambat, aku sikat!! (KEPADA SEMUA) Ayo, pergi!!
Semua pergi kecuali Tita, Pak Herman dan Seruni terdiam di tempatnya.
Tita He! Ngapain kamu di sini! (LALU SERUNI BERANJAK PERGI)
Herman E, Tita, saya akan ke kantor dulu, ya….
Tita Eit…, nanti dulu. Tadi kamu sepertinya mau menunjukan kalau kamu kurang setuju, iya? Pokoknya Tita minta, kamu mendukung kegiatan ini….
Herman Tita, sebetulnya saya kurang sreg….. Itu kan gayanya orang-orang luar negeri….
Tita Apanya yang kurang sreg, mas…. Katakan… (SAMBIL MEMBUKA KANCING BAJUNYA MENDEKATI HERMAN)
Herman Sekarang sudah sreg….

Scene 08.
Di pintu masuk sekolah, Damar terlihat turun dari mobilnya. Ia hendak pergi ke ruang guru. Tetapi, melihat Seruni dan Rahma, Damar lalu menghampiri mereka.
Damar Maaf, saya dari SMA N 8, mau mengantarkan surat permohonan kerjasama untuk kepala sekolah, boleh tahu dimana ruang kepala sekolah, ya?
Tita Di sini
Damar (terheran) Maksudnya?
Tita Iya, di sini. Kamu mau menemui kepala sekolah kami, kan? Ayo aku antar….
Damar Oh, terimakasih. (LALU DAMAR MENGIKUTI TITA)
Sementara Seruni kembali melanjutkan jalan.
=========
Scene 09.
Di sebuah tempat usaha kerajinan tas. Kinanti sedang melakukan kerjanya. Terlihat Kinanti berada bersama kawan-kawannya, sesekali sambil bersendau-gurau. Sesekali terlihat Ramelan, sambil melakukan aktivitasnya sendiri, melirik ke arah Kinanti. Kinanti mencoba mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

Scene 10.
View sore sekitar pukul empat. Kinanti pulang dari kerjanya. Ramelan dengan naik sepeda/sepeda motor, menawari Kinanti untuk diantar pulang. Kinanti menolaknya dengan halus.
Ramelan Mau kuantar pulang, Kinanti?
Kinanti Terimakasih, Mas.
Ramelan Ayolah, sesekali. Masak tiap sore aku nawari, kamu selalu menolaknya…?
Kinanti Ah, nggak kok, Mas. Lagipula rumah Kinanti kan tidak jauh-jauh amat….
Ramelan Apa, kamu takut ada yang marah ya?
Kinanti Ah, tidak juga, Mas. Kinanti cuma tidak enak ngrepotin Mas Ramelan…. Lagipula kalau nanti ada teman Kinanti yang tahu…., wah dikira saya ini malah pacaran sama Mas Ramelan…
Ramelan Malu kalau memang beneran jadi pacarku?
Kinanti Ah, Mas Ramelan ini sudah mulai ngelantur…. Bukannya malu, Mas, Kinanti yang merasa nggak pantes….
Ramelan Ah, bisa saja Kinanti ini. Lama-lama kan nanti pantes juga…., ya kan? Ayo, aku antar…..
Kinanti Makasih, Mas, tidak usah repot-repot.
Lalu Ramelan turun dari sepeda motornya, lalu berjalan kaki mengikuti Kinanti. Sementara sepeda motornya ia tinggalkan.
Kinanti Lho, kok motornya ditinggal, Mas…?
Ramelan Nggak apa-apa, tidak ada yang akan berani ngambil. Sudah, aku temani jalan kaki saja, ya….
Kinanti Ah, mas Ramelan ini gimana sih…. Ya, sudah aku mau diantar, tapi sepeda motornya jangan ditinggal di situ….
Lalu Ramelan kembali mengambil sepeda motornya dan menaikinya. Lalu Kinanti membonceng.

Scene 11.
Sambil berjalan, mereka berbincang. Kamera mengikuti, tetapi dialognya tidak terdengar selain suara sepeda motor dan ilustrasi musik. Cukup jauh juga perjalanan mereka, melewati beberapa kampung. Lalu sampailah mereka di depan rumah Kinanti.
Ramelan Ti, bagaimana keadaan ayahmu? Sudah mulai membaik, kan?
Kinanti Iya, terimakasih atas pinjamannya kemarin waktu buat beli obat. Ini sudah agak mendingan. Batuknya tidak sesering kemarin-kemarin, meskipun belum sembuh betul.
Ramelan Ya, kan pelan-pelan. Yang penting ada harapan untuk kembali sembuh.
Kinanti Iya, Mas… Ohya, mau masuk dulu, mas?
Ramelan Tidak usah. Sampai ketemu besok ya….. (RAMELAN MENSTATER MOTOR) Ohya, Kinanti…., besok kalau kamu masih perlu uang, tinggal bilang saja, ya…..
Kinanti (MENGANGGUK) Terimakasih, mas. (RAMELAN MELINTAS, KINANTI MASUK RUMAH)

Scene 12.
Kinanti berjalan masuk rumahnya. Suara batuk sudah terdengar, menyambutnya.
Brojo Siapa yang mengantarmu tadi?
Kinanti Mas Ramelan…
Brojo Iya, maksudku dia itu siapa?
Kinanti Mandor tempat Kinanti kerja. Seruni belum pulang, Pak?
Brojo Sudah. Tapi dia pergi lagi…..
Kinanti Kemana? Hari sudah petang begini….?
Brojo Bukannya dia harus nunggu kios bunga?
Kinanti Tapi mestinya jam segini dia sudah pulang. Mana ada orang beli bunga jam segini…. Kinanti ambilkan makan, ya Pak?
Brojo Kamu makan dulu saja, aku masih belum lapar.
Kinanti mendekati tempat tidur-tiduran ayahnya, sambil membawa piring makanannya.
Brojo Sedekat apa kamu sama Ramelan?
Kinanti Ah, Bapak!!! Tidak sedekat apapun. Kami tidak ada hubungan apa-apa selain dia mandor Kinanti….
Brojo Bapak itu tanya serius, Kinanti….
Kinanti Kinanti juga serius, Pak….
Brojo Kinanti, dengar dulu. Bapak sangat berharap kamu mulai memikirkan masa depan…. Ya, karena kamu harus mulai memikirkan dirimu….
Kinanti Maksud Bapak?
Brojo Lihatlah dirimu….kamu sudah pantas untuk menerima seorang laki-laki untuk menjadi bagian dari hidupmu. Kamu punya cinta yang tulus, yang dapat kamu andalkan untuk mencintai seseorang. Kamu seperti ibumu; kuat, tegar, mampu mengatasi kesulitan apapun, dan itu semua karena ia juga memiliki cinta yang tulus. Sayang sekali ibumu telah tiada, lalu kau menggantikannya menjadi orang yang paling bertanggungjawab di rumah ini. Hanya satu yang tidak kusuka pada ibumu… Dia sering lupa untuk mengurusi dirinya sendiri. Hidupnya melulu untuk aku, kamu dan Seruni…. Sama persis….sama kamu….
Kinanti Tapi aku belum mampu, Pak.
Brojo Belum mampu? Itu karena kamu melihat Bapak yang sakit-sakitan, melihat Seruni yang belum juga selesai sekolah…. Jangan, Kinanti, jangan kau benamkan dirimu terlalu lama seperti ini…..
Kinanti Kinanti tidak bisa egois seperti itu, Pak.
Brojo Itu bukan egios, Kinanti…. Itu route kehidupan yang mestinya setap orang lalui…. Lagipula, Seruni kan juga sudah bisa cari tambahan duit sendiri, dengan jadi penjaga bunga di kiosnya Kang Parto.
Suara batuk Brojo kembali terdengar.
Kinanti Sudah, Bapak istirahat saja.
Brojo (SEDIH MELIHAT KEADAAN DIRINYA SENDIRI YANG JUGA TAK MAMPU BERBUAT APA-APA) Kinanti….Maafkan Bapak. Bapak sendiri tak mampu berbuat apa-apa untukmu.
Kinanti Bapak sudah berbuat banyak untuk Kinanti….
Brojo Bapak kadang ingin protes kepada Tuhan, kenapa sakit Bapak tak juga kunjung sembuh. Bapak ingin seperti bapak-bapak lain; yang bisa mencari nafkah mengidupi keluarga….
Kinanti Kinanti percaya, kalau Bapak sehat pasti akan melakukan itu semua. Sama kan seperti Kinanti; selagi masih mampu berbuat sesuatu untuk Bapak dan Seruni, biar Kinanti lakukan dahulu…
Brojo Kamu memang persis ibumu.

Tak berapa lama Seruni pulang.

Scene 13.
Seruni dan Kinanti terlihat sedang di dalam kamar. Mereka biasa ngobrol berdua dikamar, membicarakan banyak hal.
Kinanti Dari mana saja tadi sore?
Seruni Biasa.
Kinanti Kok sampai sore? Sudah makan belum?
Seruni Sudah….
Kinanti (SAMBIL MEMBAWA TOPLES MAKANAN KECIL, LALU SERUNI DUDUK DAN MENGAMBIL MAKANAN KECIL)
Seruni Aku kadang heran, Kak…. kenapa si Tita seperti nggak begitu suka sama Seruni….
Kinanti Kenapa?
Seruni Ya, nggak tahu….setiap kali aku ada ide untuk OSIS, dia orang yang nomor satu menolak….
Kinanti Idemu yang gak cocok mungkin…
Seruni Nggak cocok gimana? Dalam rapat sih dia nolak, eh beberapa hari kemudian dia lakuin, tapi ngakunya ide dari dia….heran kan?
Kinanti Ya nggak masalah kan?
Seruni Nggak masalah?
Kinanti Iya. Ngga ada bedanya, kan? Pada prinsipnya idemu itu kemudian jalan kan?
Seruni Hah…., kok gitu sih?! Tapi kenapa si Tita itu harus menolak dulu apapun yang keluar dari mulut Seruni….
Kinanti Kalau ide dari dia sendiri, buat kamu gimana…..?
Seruni Ya kalau baik, Seruni OK…., tapi kalau Seruni pikir nggak ya Seruni bilang enggak.
Kinanti Banyakkan mana? Banyak OKnya atau banyak Nggak OKnya?
Seruni Ah, mana Seruni tahu Kak, nggak pernah ngitungin…. Tapi waktu rapat tadi siang, memang terang-terangan Seruni tolak….habisnya kegiatan itu cuma akan mempertegas perbedaan si kaya dan si miskin…makanya Seruni nggak setuju ada pemilihan siswa TER….
Kinanti Kamu egois namanya….
Seruni Lho, kok malah Seruni Kak? Bukannya si Tita yang egois, mentang-mentang dia kaya saja dia bikin acara begituan…
Kinanti Kamu sama Tita itu sama saja: sama-sama aktif di sekolah, sama-sama anak yang pandai, bahkan sama-sama keras kepalanya juga…. Cuma beda nasib saja. Kamu menolaknya karena kamu merasa miskin, kan…. (SERUNI TERDIAM. LALU MEREKA TERDIAM) Ah, sudahlah….membahas soal kaya dan miskin nggak ada selesainya. Kita tetap saja harus kerja keras baru bisa makan….. Ngomong-ngomong, kamu sudah ditagih uang SPP belum?
Seruni (MENGANGGUK) Tapi Seruni sudah bilang, kalau bulan ini Seruni terlambat lagi…
Kinanti Aku juga belum dapat uang lebih untuk bayar SPPmu. Hanya pas buat makan kita….
Seruni Ah, santai saja Kak….. Ohya, Kak, Seruni dipercaya sekolah untuk ikut pemilihan Duta Peduli Lingkungan. Beberapa hari ke depan, Seruni mungkin sering pulang sore, karena banyak kegiatan yang harus Seruni ikuti di situ. Ada seminar, pelatihan sampai kampanye lingkungan….
Kinanti Kakak akan selalu mendukungmu, Seruni…. Untuk kesana-kemari, kamu tentu perlu biaya kan….
Seruni Iya, Seruni ada uang kok, dari hasil jaga di kos bunga. Tapi untuk SPPnya jadi belum bisa bayar…
Kinanti Ya, sudah kalau begitu. Untuk uang SPPnya, biar Kakak yang cari…..
Seruni Sip!!

Scene 14.
Di lapangan upacara, terlihat Dewi sedang mengumumkan dimulainya pemilihan siswa TER.
Dewi Rekan-rekan semuanya, sesuai hasil rapat OSIS pada hari Kamis, dst, dst….
INSERT
Tita Seruni
Herman Iya, Bapak Kepsek sendiri yang memilihnya.
Tita Untuk apa dia?
Herman Seruni dikirim ke pemilihan Duta Peduli Lingkungan
Tita Beneran?
Herman Bener. Jadi ya nanti malam kita makan malam….?
Tita Nggak tahu ah!
Herman Nah, kan informasinya sudah aku beri…..
Dewi Dan sebagai tanda dimulainya pemungutan suara, kita sambut ketua OSIS kita Cahya Titania…. (TEPUK TANGAN)
Tita (BERJALAN KE TENGAH) Saya berharap rekan-rekan untuk tidak salah pilih. Ada empat kategori telah disiapkan, dan rekan-rekan bisa memilih siapapun untuk menjadi sis TER tahun ini. Gunakan hak pilih dan dipilih rekan-rekan semua dengan sebaik-baiknya. Kertas suara yang resmi dikeluarkan oleh OSIS untuk bisa kalian dapatkan di panitia, karena setiap satu orang akan mendapatkan empat kertas suara yang berbeda warnanya, menurut kategori pilihan-pilihan. Selama 1 minggu panitia akan memasang poster-poster dan kotak-kotak suara. Dan secara resmi kita buka mulai hari ini!!! (TEPUK TANGAN PARA SISWA. LALU TITA BERJALAN MELINTASI HERMAN)
Tugas Pak Herman adalah menggagalkan Seruni menjadi duta peduli lingkungan dari sekolah kita.
Herman Tapi, Ta….
Tita Itu kalau Pak Herman mau mengajak ku makan malam…
Dewi Mari Pak Herman….
Yuli Mari Pak Herman….

Scene 15.
Di kantin sekolah, terlihat Seruni dan Rahma sedang menikmati makanannya. Lalu seorang Dindo datang dengan membawa baksonya. Bergabung.
Dindo Eh, aku dengar kamu mau dikirim ikut pemilihan duta peduli lingkungan ya….
Seruni Yah, cuma kayaknya berat untuk bisa terpilih… Saingannya juga dari sekolah-sekolah bonafit.
Dindo Ah, jangan pesimis gitu…
Seruni Aku nggak pesimis, tapi realistis Do
Dindo Emang acaranya kayak fashion show, gitu? Ada lenggak-lenggok di catwalk, parade kecantikan….
Rahma Ya, nggak lah…. acaranya itu diskusi, seminar, ikut pelatihan, praktek reboisasi, pembudidayaan tanaman tertentu, dan terakhir kampanye lingkungan…..
Dindo Oh, aku pikir kayak pemilihan Putri Indonesia gitu….
Mulai kapan?
Seruni Sudah mulai, siang nanti aku harus ikut seminar tentang global warming di Griptha…
Terlihat melintas kampanye calon siswa TER oleh beberapa siswa, lalu mereka menyodorkan selebaran kepada Seruni dkk, ada juga yang kemudian menempelkan poster, menumpuki poster yang kampanye yang lain. Kejadian ini kemudian timbul ribut-ribut di antara para pendukung.
Dindo eh, by the way…., kamu nggak tertarik ikutan pemilihan siswa TER….?
Rahma Ah, itu acaranya kaum konglomerat….
Seruni Ah, jangan gitu…. Kita ke Greenhouse yuk!!
Di depannya ada kotak semacam kotak suara.

Scene 16.
Sementara di ruang OSIS, Tita dan rekan-rekan se-gengnya sedang bersemangat membicarakan animo para siswa untuk acara pemilihan siswa TER tersebut.

Dewi Okey banget….suasana sekolah tambah ramai….
Yuli Istilah politiknya, suhu sedang memanas…..
Tita Jadi respon kawan-kawan oke semua kan….
Dewi Ya, iyalah….. Idenya siapa?
Yuli Tita!
Tita Ah, kalian bisa saja. Ini kalian bagikan ke semua rekan yang mau mendukung aku? (MEMBERI MEREKA UANG)
Dewi Sip
Yuli Beres, Bos!
Dewi Terus soal Seruni, gimana Bos? Apa Pak Herman sudah bisa mengatasi? Enakan dia nanti dapat nama di sekolah kita….
Yuli Iya, Bos, bagaimana nanti dengan image kita, kan bisa repot!!
Tita Pak Herman lagi melobi Kepala Sekolah
Yuli Kalau tidak bisa juga, gimana…?
Tita Ya, kalian lah yang harus atasi! Gimana sih?!
Dewi Maksud Yuli, kalau Pak Herman tidak bisa melobi Pak Kepsek agar membatalkan Seruni, gimana kalau Papamu saja yang turun langsung….
Tita Papa?
Yuli Mumpung Papa kamu masih anggota DPR, Ta….. Pasti Kepala Sekolah akan nurut….
Tiba-tiba seorang guru melintas dari luar ruangan. Ia sempat terkejut melihat Tita dan rekan-rekannya duduk di atas meja.
Tita Maaf, Pak…..
Pak Guru hanya geleng-geleng kepala lalu pergi lagi.

Scene 17.
Suasana anak-anak sekolah ketika pulang. Saat ia memasuki jalan raya, sebuah mobil Honda Jazz melintas. Di dalamnya Damar.
Damar Kalau tidak salah Seruni, ya?
(Damar turun lalu menghampiri Seruni) Kau Seruni, kan?
Seruni Eh…, kamu yang kemarin datang ke sekolahku kan….?
Damar Aku Damar. Kau mau kemana?
Seruni Ini mau ke Griptha, ada seminar tentang….
Damar Kamu yang dikirim untuk ikut pemilihan Duta Peduli Lingkungan, ya?
Seruni Iya, memangnya kenapa?
Damar Kalau gitu, sama. Ayo, kita ke sana bersama….
Dalam adegan ini ditambah beberapa visualisasi bagaimana Seruni sangat mencintai dan peduli kepada lingkungannya. Misalkan, membuang sampah….
===========

Scene 18.
Suasana di tempat kerajinan tas. Setelah Kinanti berpikir cukup lama, ia memutuskan untuk menemui Ramelan di teras/halaman rumah. Kinanti bermaksud meminjam lagi (karena ternyata sudah beberapa kali sebelumnya) sejumlah uang untuk membayar SPP adiknya.
Ramelan Eh, kamu Kinanti. Sini…..
Kinanti Ehm, maaf ya Mas…. apa boleh saya pinjam uang lagi untuk bayar SPP si Seruni…?
Ramelan (TERTAWA) Boleh, kan saya sudah bilang kemarin. Berapa?
Kinanti Dua ratus ribu….
Ramelan (RAMELAN MENGAMBIL UANG DARI DOMPET, LALU MEMBERIKANNYA KEPADA KINANTI).
Kinanti Jadi total pinjaman saya enam ratus ribu ya, Mas….
Ramelan Kinanti, Kinanti… Sudahlah, jangan kamu hitung-hitung terus….. Nanti botak….. (KINANTI TERSENYUM)
Kinanti Ya, Kinanti jadi tidak enak, kan Mas…. Nanti saya mbayarnya nyicil ya, Mas?
Ramelan Ah, sudah….kembalikan kapanpun…. Aku kan bukan seorang rentenir…
Kinanti Terimakasih….
Ramelan Ehm, Kinanti….. Apa Mas Ramelan boleh…..(BERMAKSUD MENCIUM KINANTI. TAPI TANGAN KINANTI DENGAN HALUS MENGHALANGINYA)
Kinanti Saya harus kembali kerja, Mas…. (TANGAN RAMELAN LEBIH CEPAT MENGGANDENG PERGELANGAN TANGAN KINANTI)
Ramelan Sebentar lagi…., aku mau bicara banyak sama kamu….
Kinanti Tapi, Mas….
Ramelan Ah, sebentar saja….
Kinanti kembali duduk.

Scene 19.
Di sebuah kafe. Terlihat Tita dan Herman sedang berbincang.
Herman Aku sudah berusaha keras membujuk Pak Kepala Sekolah, Tita. Tapi dia tetap tidak mau….
Tita Jadi Seruni tetap dipilih untuk dikirim mewakili sekolah?
Herman Persoalannya adalah, kita sudah agak terlambat. Acara pemilihan Duta Peduli Lingkungan itu sudah sedang berjalan. Jadi nggak mungkin kepala sekolah membatalkannya.
Tita Jadi gunanya kamu apa dong?! Masak sama anak miskin itu saja Tita kalah….
Herman Ya, aku harus bagaimana lagi coba?
Tita Bilang dong ke kepala sekolah, apa cuma Seruni saja yang bisa?!
Herman Ah, Tita, please….kamu kan juga masih punya kegiatan di OSIS, dan itu pasti akan lebih mengangkat nama kamu lagi….
Tita Ya, sudah, kalau memang tidak bisa bilang saja tidak bisa. Titik. Pelayan, berapa semua? (BERDIRI LALU PERGI MENUJU MOBIL MEREKA DI PARKIRAN. HERMAN MENGEJARNYA, SETELAH BURU-BURU MEMBAYARNYA)
Herman Tita, please….jangan kekanak-kanakan gitu dong!
Tita (BERHENTI) Apa?! Kamu bilang aku kekanak-kanakan?!
Herman Sori…., maksudku….
Tita Enggak kebalik?! Justru kamu yang kekanak-kanakan…., minta ini, minta itu…. sepeda motor sudah butut-lah, baju kurang necis lah…..Kalau nggak ke aku, kamu mau merengek-rengek sama siapa?!
Herman Oke, oke…gini aja….. Besok akan aku coba lagi untuk bicara dengan kepala sekolah, agar mempertimbangkan lagi keputusan itu….bagaimana? Tapi kamu mesti janji nggak akan marah-marah lagi….ya….
Kemudian mereka masuk mobil, pulang. Saat mobil melintas ke jalan raya, di sudut yang lain terlihat Kinanti terengah-engah habis berlari. Ia rupanya sedang dikejar-kejar Ramelan, yang berteriak-teriak memanggil Kinanti.

Scene 20.
Kinanti mencoba bersembunyi pada sebuah sudut tempat. Tak berapa lama kemudian, Ramelan pun dengan mudah menemukannya.
Ramelan Kau tak bisa lari lagi….?
Kinanti Mas, tolong, jangan perlakukan aku seperti ini….
Ramelan Bukankah aku selalu memudahkan kesulitanmu….kenapa kamu tak pernah berbuat begitu kepadaku…? Kinanti, aku sangat sayang sama kamu….Apa kau tidak memiliki perasaan itu pula kepadaku?
Kinanti Bapak dan adikku masih butuh perhatianku..
Ramelan Dan kamu sama sekali tak pernah memberi perhatian sedikit pun kepadaku….orang yang selama ini banyak bantu kamu…
Kinanti Mas?
Ramelan Aku hanya ingin kamu juga menyayangi aku, Kinanti…. Bagimu, aku kurang apa sih? Dari sekian puluh wanita yang menjadi anak buahku, cuma kamu yang aku beri perhatian lebih. Aku mengawasimu tidak seketat aku mengawasi pekerjaan teman-temanmu…. hanya minta satu saja; cintamu Kinanti…..
Aku mungkin bukan tipe pria seperti yang kamu idam-idamkan, seorang lekai yang gagah, tinggi besar, dengan wajah tampan karena diwajahnya banyak dilumuri bedak-bedak kecantikan. Sedangkan aku, seorang lelaki miskin yang punya keberuntungan menjadi seorang mandor, itu pun karena ayahku. Hanya kebetulan juga gajiku sedikit lebih tinggi daripada anak buahku. Tapi aku punya cinta, dan itu untukmu Kinanti….
Kinanti Cinta?
Ramelan Ya, cinta…. Kau tahu kan apa itu cinta? Sebuah pengalaman tertinggi yang dimiliki oleh seorang manusia….Aku pun baru merasakannya ketika aku melihatmu….
Kinanti Dan semua yang kau lakukan karena ada pamrih terhadap diriku?
Ramelan Itu konsekuensi dari dicntai, kan?
Kinanti Itukah cinta menurutmu?
Ramelan Jadi menurutmu lain?
Kinanti Aku tidak tahu. Yang aku tahu aku juga memiliki perhatian dan memberikan semua yang aku bisa untuk ayahku dan Seruni, tapi aku tak pernah mengharapkan sesuatu dari mereka…. Ketika aku memberikan diriku untuk mereka dan mereka menerimanya, aku sudah merasa bahagia….
Ramelan Itulah kenapa kamu menjadi tidak peka terhadap orang lain… Kau hanya mengurusi mereka, bahkan kau sendiri tidak tahu apa yang kau butuhkan…. Kinanti, dengar…, sudah saatnya mereka mesti melihat semua yang pernah kamu berikan kepada mereka…. Janganlah ka uterus-menerus hidup untuk mereka saja…., hatimu sendiri perlu kau urusi…..
Kinanti (MENANGIS)
Ramelan (LEMBUT) Bagaimana? Sekarang kau mau menerima cintaku, ha?
Kinanti Tidak, Mas….
Ramelan Apa?!
Kinanti Eh, maksudku aku sebenarnya belum memikirkan hal itu….
Ramelan Atau kau perlu aku ajari bagaimana rasanya mencintai diri sendiri, agar kau juga mengerti betapa sakit memiliki perasaan cinta kepada orang lain dan ditolak….(TANGAN RAMELAN MENGGERAYANGI TUBUH KINANTI. MELIHAT SITUASI ITU KINANTI MENAMPAR/MENDORONG RAMELAN HINGGA TERJATUH. LALU KINANTI BERLARI) Bangsat, perempuan tak tahu diuntung! Kinanti, berhenti!! (RAMELAN MENGEJARNYA)

Scene 21.
View rumah Seruni. Terdengar suara batuk-batuk dari dalam. Sakit Brojo tambah parah. Seruni yang merawat Brojo, lalu sambil menunggu Kinanti, mereka bercerita tentang ibunya, dan juga perjuangan Kinanti menjadi kepala keluarga. Sementara sampai larut malam Kinanti tak juga pulang.
Seruni Kak Kinanti kok belum pulang, ya Pak?
Brojo Mungkin ada pekerjaan lembur….
Seruni Ah, biasanya dia bilang kalau ada lembur…. Seruni buatkan minum lagi ya, Pak…
Brojo Sudah, nanti saja. Bagaimana dengan kios bunga Pak Parto, makin ramai nggak?
Seruni Ya, biasa saja, Pak. Sepi nggak, ramai sekali juga nggak.
Brojo Lho, kok gitu? Kalau tadi bagaimana?
Seruni Seruni tidak kerja, ijin satu minggu, Pak.
Brojo Ijin?
Seruni Iya…, soalnya Seruni harus mengikuti kegiatan Peduli Lingkungan di Kabupaten, dan itu setiap hari selama seminggu, sesudah pulang sekolah….
Brojo Ah, kegiatan apalagi itu….?
Seruni Acara itu sih yang ngadain sebuah perusahaan yang lagi peduli sama lingkungan…. Udara, air dan lingkungan di sekitar kita kan sudah parah Pak keadaannya….sungai mampet karena sampah, limbah yang nggak diproses tuntas sehingga mencemari lingkungan, illegal logging yang pelakunya tuh justru orang-orang berduit, gila nggak….belum lagi isu global warming….
Brojo Apa itu?
Seruni Pemanasan Global…. kalau dibiarkan ya bumi ini jadi gak balance gitu…. banjir di mana-mana, kebakaran hutan… yah jadi banyak bencana dech, Pak…
Brojo Ah, Bapak nggak ngerti semua itu…. Yang jelas, Bapak merasa hidup pada jaman Bapak masih kecil dulu, lain dengan sekarang….. Kalau panas, panasnya terasa kering sekali, kalau hujan, sering turun tidak pada musimnya….
Seruni Yah, makanya ada kegiatan itu….agar kita semua sadar, kita hidup itu tidak cuma hidup untuk diri sendiri, egois itu namanya. Kita perlu lingkungan yang terjaga. Nasib lingkungan untuk generasi besok kan ada di tangan kita yang hidup sekarang…..
Brojo Ah, Seruni, Seruni…… kamu itu masih kecil untuk memikirkan nasib sebuah generasi….bisa saja…… Kalau ibumu masih ada, tentu akan bangga sama kamu….
Seruni Tapi kayaknya Seruni bakal tidak terpilih jadi Duta Peduli Lingkungan, Pak…. Saingannya dari sekolah-sekolah lain sangat berat…. Mereka sudah terbiasa dengan kegiatan lingkungan di sekolahnya, sedangkan Seruni belum apa-apa…. paling-paling baru bisa bikin greenhouse di sekolah….
Brojo Apa untuk peduli lingkungan harus jadi Duta Peduli Lingkungan dulu?
Seruni Ah, ya nggak sih Pak…..
Brojo Si Darmo, Bapak lihat tertib membuang sampah, Pak Santosa juga sering bawa bibit pohon durian untuk ditanam di bukit gundul itu….tapi mereka juga tidak menjadi Duta Peduli Lingkungan dulu kan…?
Seruni Iya sih…, soal lingkungan itu sama saja soal kesadaran manusianya…. Ah, Bapak perhatian juga rupanya ya….
Brojo (TERTAWA) Ah, kamu bisa saja…. Sudah sana tidur dulu…., besok kamu bisa bangun terlambat…..

Scene 21.
View Seruni sudah manata tempat tidurnya, lalu berbaring-baring sambil membaca-baca buku. Tapi perasaannya tidak enak. Seperti ada sesuatu yang aneh; mata sulit terpejam meskipun sudah mengantuk, Kinanti yang tidak juga pulang-pulang.

Scene 22.
View Kinanti berjalan sempoyongan dengan rambut acak-acakan. Jalanan telah sepi, karena telah larut. Sesekali ada segerombolan lelaki di tempat nongkrong/angkringan yang menggoda Kinanti.

Scene 23.
Akhirnya sampai juga Kinanti di depan rumah. Ia membenahi rambut dan pakaiannya, lalu membuka pintu dengan pelahan agar tidak ada orang yang dengar. Sampai di kamar yang sudah agak remang, Seruni terbangun, lalu menyalakan lampu kamar.
Seruni Kak? Baru pulang? Dari mana aja sih…
KInanti (KINANTI DAN SERUNI BERTATAPAN CUKUP LAMA, LALU SERUNI MEMELUKNYA. KINANTI MENANGIS). Tidak ada apa….. (LALU KINANTI MENGAMBIL DOMPETNYA) Ini untuk bayar SPPmu….
Seruni Ya, udah, besok saja, Kak. Sekarang mandi gih….Kak Kinanti baunya gak enak….!

Scene 24.
Paginya, aktivitas di rumah Seruni seperti biasa. Seruni makan pagi, Brojo menyiapkan minumannya, Kinanti mencuci pakaian di belakang. Pagi itu Kinanti memberikan sejumlah uang untuk membayar SPP.
Kinanti Ini, buat bayar SPP. Jangan buat yang lain….!
Seruni Ah, Kakak….buat yang apa? Ya, nggak lah ya….
Kinanti Eh, siapa tahu…, kamu kan sudah kayak aktivis saja…. sibuknya sudah luar biasa….. kegiatan seminar lah…., kegiatan lingkungan…. tanam pohon-lah….Bisa-bisa uangnya malah buat biaya operasional kegiatan kamu….
Seruni Percaya deh, Kak…, Seruni pakai uang dari jaga kios bunga kok….. (PAUSE) Kok baru jam segini nyuci pakaian sih, kak? Biasanya udah selesai jam segini….? Bangun terlambat ya…., habisnya semalam begadang sih….
Kinanti Ah, biasa aja….
Seruni Memangnya semalam Kakak dari mana sih?
Kinanti Mau tahu urusan orang lain saja…..
Seruni Yah, kok jawabannya gitu sih….?
Kinanti Seruni, Kakak kan juga privasi….., tidak semua yang ada pada diri Kakak ini untuk diketahui oleh umum, tahu….
Seruni Iya….iya…. (KEPADA DIRI SENDIRI) Kak Kinanti kok sewot begini…. ada apa ya?
Kinanti Sudah, cepetan makannya, sekalian aku mau cuci piring ini…..
Seruni Iya….ah, Kak Kinanti kok sewot gitu sih….?! Oh, Seruni tahu…, Kemarin pulang kerja nggak di antar, ya….
Kinanti Sama siapa?
Seruni Ya, sama Mas, dong….
Kinanti Mas siapa?
Seruni Mas Ra….Me….
Kinanti (MENCIPRATKAN AIR KE SERUNI) Ah, sudah sana berangkat!!
Seruni Ya, benar juga…. Nanti aku bilangi ke dia, kalau nanti sore Kakak minta diantar!!!
Kinanti (BERLARI KE ARAH SERUNI) Tidak usah… Tidak perlu! Awas kalau kamu bilang seperti itu ke dia!!! (SERUNI SUDAH HILANG, BERANGKAT SEKOLAH)
Kinanti kembali masuk rumah. Sampai di dekat Brojo, Brojo bertanya.
Brojo Kamu nggak pergi kerja, Kinanti?
Kinanti Lagi malas, Pak…
Brojo Tumben, ada kosa kata malas segala…..
Kinanti Ah, nggak tahulah…. Kinanti cuma lagi tidak ingin masuk kerja hari ini… (KEMUDIAN KINANTI MASUK)
Brojo menerawang jauh. Ia seperti menangkap keganjilan pada Kinanti. Lalu ia bangin dan menghampiri Kinanti di belakang.
Brojo (LEMBUT) Ada apa dengan kamu?
Kinanti (DIAM CUKUP LAMA) Tidak ada apa-apa….
Brojo Tidak ada apa-apa….? (LALU IA BROJO DI TENGAH SUARA BATUKNYA, MENCOBA MENYAYIKAN SEBUAH TEMBANG Kinanti:



Kinanti (MENANGIS LALU MEMELUK AYAHNYA) Maafkan Kinanti, Pak….
Brojo Kamu jangan membohongi dirimu sendiri….., katakana sama Bapak, ada apa, hm?
Kinanti Kinanti diperkosa orang bejat itu…..
Brojo Diperkosa?! Siapa?
Kinanti Mas Ramelan….. Semalam….. (INSERT: KEJADIAN MALAM SEBELUMNYA: PENGEJARAN RAMELAN KEMUDIAN PEMERKOSAAN DI SEBUAH TEMPAT)
Brojo terpana, terkejut, diam seribu bahasa. Ia sangat shock mendengarnya. Di belakang adegan ini terdengan OST MAMPUKAH SATU BAIT PERTAMA SEBELUM REFRAIN:
Haruskah kuulang lagi
peristiwa pahit yang selalu kualami
Seolah langit tak peduli
tangis tlah membasahi bumi
semua ruang di hati bagai dinding graffiti
yang penuh sumpah serapah dan rasa nyeri tak terperi….

Scene 25.
View jalan raya di alun-alun. Terlihat 20-30 an pemuda terlihat sedang membagi-bagi poster dan setangkai bunga. Terlihat Seruni dan Damar di tengah-tengah mereka. Poster-poster itu bertuliskan “Selamatkan lingkungan”, “Hijaukan Kota Kita”, “Buang (diberi tanda silang) Letakkan Sampah pada Tempatnya”, “Selamatkan Sekarang, Pemanasan Global Mengancam”.

Scene 26.
DI SINI OST “SEPERTI MIMPIKU” MULAI TERDENGAR lagi
Betapa indahnya, bila ada cinta
Seperti senandung, bunga dan burung
Betapa syahdunya, bila kau di sini
Lihatlah bahagiaku, bahagia tak terkira
Akan kugapai cita-cita
meski hujan dan badai
Akan kuwarnai langit biru
dengan imaji pelangi
seperti mimpiku

Di tengah-tengah itu terdapat video (insert) Seruni tengah mengikuti Seminar lingkungan, lalu menanam pohon di sebuah pegunungan, dsb….

Scene 27.
Adegan kembali ke acara kampanye lingkungan di alun-alun yang hampir selesai, Damar mendekati Seruni.
Damar Hai…., wah, kulhat kamu semangat sekali melakukan kegiatan ini….. Kamu seperti tak punya rasa lelah….
Seruni Kamu juga kan….? Eh, tadi ada beberapa polisi nemuin kamu…
Damar Iya, tapi sudah OK kok…. Cuma ingin cek kalau kegiatan kita itu sudah ada ijinnya apa belum…. Tapi beres, kita sudah penuhi semua prosedur itu…. Jadi nggak ada masalah….. Malah, mereka ikut bantu mengatur lalu lintas tadi….
Seruni Ya, sudah…,
Damar Memang kenapa? Kamu takut aku ditangkap…..
Seruni E…ya, nggak sih…., Cuma…
Damar Kalau sampai aku dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi, gimana?
Seruni Lho, kok nanya ke aku…..
Damar Sebenarnya sih iya…, ini jam (lihat jam tangannya) 5 menit lagi aku harus ke sana….
Seruni Ke sana kemana? (TIBA-TIBA GUGUP)
Damar Ke kantor polisi….
Seruni Yang bener? (TAKUT) Kita ada salah apa….? Jangan deh, biar yang lain yang ngurusi….jangan kamu!!!! (TAK SADAR SEPERTI MERENGEK)
Damar Kena tipu??? Hahaha…..
Seruni Huu…dasar….! Awas, ya! (MEREKA SALING KEJAR SEBENTAR)
Damar Sudahlah…., ini acara kan sudah selesai. Kita makan dulu yuk….!
Seruni (MENGANGGUK)
Lalu mereka masuk ke mobil, dan mobil meluncur.

Scene 25.
Honda Jazz Damar dan Seruni berhenti di depan rumah Seruni.
Brojo Siapa itu?
Kinanti` Seruni
Brojo Sama siapa?
Damar Selamat sore, Pak. Saya Damar, Pak. Maaf, Seruni pulangnya terlambat….
Kinanti Memangnya dari mana saja?
Seruni Tadi kan kita habis kampanye di alun-alun….. ya membagi-bagi poster untuk aksi peduli lingkungan…
Kinanti Kok sampai sore begini?
Damar Ehm…., sebenarnya tadi Seruni saya ajak mampir makan dulu, Mba….
Kinanti Oh….
Brojo Silakan duduk dulu, Nak Damar…
Damar Iya, Pak, terimakasih.
Brojo Kau buatkan minum sana…. (KEPADA SERUNI. SERUNI KE BELAKANG)
Nak Damar satu sekolahan sama Seruni?
Damar Tidak, Pak. Saya dari SMA 8. Cuma ini kita lagi ada kegiatan bersama, ikut pemilihan duta peduli lingkungan…
Brojo Oh, iya… Seruni pernah cerita itu….
(SEMENTARA DI BELAKANG)
Seruni Kakak kok sudah pulang….?
Kinanti Sudah.
Seruni Sudah?
Kinanti Iya, sudah.
Seruni Apa Kakak nggak kerja, ya?
Kinanti (DIAM SAJA)
Seruni Kakak sakit?
Kinanti Enggak
Seruni Kenapa nggak jawab?
Kinanti Enggak apa-apa….
Seruni Maaf deh…., kayaknya dari tadi pagi pembicaraan kita selalu nggak nyambung deh….
Kinanti He, dengar ya…., aku hanya nggak mau kamu selalu ingin mencampuri urusan Kakak!
Seruni Kenapa?
Kinanti Pertanyaan-pertanyaanmu itu seperti pertanyaan polisi…menyelidik….penuh curiga….. Dan kamu tahunya cuma nanya….minta….nanya…..minta….
Seruni Kok jadi gini sih, Kak?
Kinanti Biar kamu tahu sekalian, Seruni….. Seluruh hidup kakak terbuang sia-sia hanya untuk kamu, dan kamu tidak pernah tahu terimakasih sedekit pun! Kamu sadar nggak, selama ini aku seolah-olah jadi pembantu saja di rumah ini…. semuanya Kinanti….semuanya Kinanti…. Ingat, ya….kamu bisa sekolah dengan layak karena hasil keringat Kakak…. Dan kamu tidak akan tahu kapan kakak menangis, meronta, menjerit, Kakak juga ingin seperti gadis-gadis lainnya yang hidup wajar! Ingin keluar rumah, pacaran, senang-senang, makan di kafe…..tidak seperti ini, senang tak ikut merasa senang, kalau lagi menderita aku yang tanggung sendiri….
Seruni Kak….
Kinanti Aku muak, Seruni!! Aku muak!!!!
Terdengar suara batuk-batuk dari dalam. Mendengar itu, Kinanti bergegas berlari keluar. Seruni bermaksud mengejarnya, tapi Brojo mencegahnya.
Brojo Seruni…..biarkan saja…. Kakakmu lagi kalut…..
Seruni Ada apa dengan Kak Kinanti, Pak?
Brojo Bapak bisa mengerti perasaannya, tapi kamu tidak usah tersinggung. Nanti dia akan kembali seperti sedia kala. Hanya, Bapak memang harus katakana sama kamu, Kakakmu sekarang sudah tidak bekerja lagi di rumah kerajinan tas itu….. Dia sendiri memilih untuk keluar dari bekerja…..
Seruni Iya, tapi kenapa Kakak tiba-tiba punya keputusan itu….?
Brojo Semenjak Kinanti kerja di tempat itu, memang Ramelan cukup punya perhatian sama Kinanti. Tidak hanya dalam soal kerja, Kinanti juga sering dibantu untuk masalh keuangan…. Ramelan sering meminjami uang buat Kinanti….., termasuk uang untuk bayar SPPmu tadi pagi…
Tapi, rupa-rupanya dia berbuat seperti itu karena punya pamrih ingin memiliki Kinanti…., dan Kinanti sendiri tidak memiliki perasaan yang sama kepada Ramelan…. Sampai hilang kesabarannya untuk menunggu, semalam ia memaksa Kinanti untuk menerima cintanya….
Seruni Kakak….
Damar (MENGIKUTI SERUNI YANG JUGA KALUT MENDENGAR BERITA KINANTI) Seruni, biarkan saja Kak Kinanti sendirian dulu….. Kakakmu orang baik, tidak mungkin berbuat sesuatu yang akan merugikan dirinya sendiri…. Biarkan dia menenangkan diri dulu….
Seruni Kak Kinanti!!!!
Seruni shock mendengarnya, lalu berlari menghambur ke luar…. Di belakangnya, Damar berlari mengikutinya.

Scene 26.
Sebuah tempat, yang biasa dijadikan tempat curhat bagi Seruni. Sebuah tempat yang sepi di ketinggian (sebuah bukit kecil yang tandus). Seruni menceritakan bagaimana hidup keluarganya selama ini kepada Damar. Seruni merasa sangat putus asa. Damar malah memarahinya, agar Seruni bangkit lagi. Ia ingin mengenal Seruni seperti kemarin; energik, tidak mudah menyerah….. Tapi Seruni bilang, bicara itu mudah, apalagi untuk orang yang tidak pernah mengalami kesusahan seperti dirinya.
Seruni Kakak…. semuanya salah Seruni, Kak!!! Kakak tidak boleh menerima kenyataan pahit seperti ini….. Aku yang keterlaluan, Kak….. Aku yang tidak mau mengerti Kakak…. Semua ini salah Seruni, Kak… Seruni egois….Egois!!! Aku benci!!!!
Damar Seruni, kamu tidak boleh putus asa seperti ini…. Ayolah…., tidak ada gunanya kamu menangis seeprti ini juga….tidak akan merubah apa yang sudah terjadi, Seruni…..
Seruni Bicara itu mudah, Damar….
Damar Iya, aku tahu ini menyakitkan… tapi bukan berarti kita kemudian menyakiti diri sendiri agar rasa sakit itu hilang…. karena rasa sakit itu tidak akan hilang, kita harus menyadarinya rasa sakit itu ada…..dan pelahan kita sembuhkan….
Seruni Kamu mudah bicara begitu, karena kamu nggak ngerti bagaimana kak Kinanti menderita, bagaimana kami selama ini melewati penderitaan-penderitaan hidup…..
Damar Aku bisa mengerti…..
Seruni Ah, sudah nggak usah banyak ceramah!!!
Damar (TERKEJUT) Oh, rupanya Seruni telah berubah ya? Dimana Seruni yang tidak mengenal kata menyerah itu, Seruni yang energik, selalu semangat, aktif, Seruni yang jarang aku melihat raut mukanya cemberut dan marah….
Jadi selama ini apa artinya perjuanganmu?! Kamu cengeng sekali, Seruni. Aku tidak menyangka! Kau bilang kau sudah terbiasa dengan penderitaan, tapi kenyataannya…?! Kamu seorang yang lemah…., seorang yang biasa saja….
Seruni (BALIK TEKEJUT MENDENGAR KATA-KATA PEDAS DARI DAMAR)
Damar Mana Seruni yang aku kenal itu?
Seruni Aku….?! Damar, aku tidak tahu lagi harus bagaimana? Aku bingung. Kalut. Bagaimana nanti dengan Kak Kinanti, dengan hidup keluarga kami sehari-hari padahal aku belum bisa bekerja….?
Damar Iya, aku bisa mengerti… Kita bisa pecahkan masalah itu satu persatu, tidak bisa serentak selesai semua….. Dan kita mungkin baru bisa memulainya dari hal yang paling mudah kita lakuin dulu…. iya, kan… Tapi itu pun baru bisa, kalau kamu sudah tenang, pikiranmu tidak kalut…. Kita pasti bisa…. Oke…?
Seruni (MENGANGGUK) Thanks….

==========
Scene 27.
View sekolah. Ruang kepala sekolah. Di sana sedang terjadi pembicaraan antara Kepala sekolah dengan ayah-ibunya Tita.
P. Santoso Itulah kenapa saya menyarankan agar pihak sekolah mengirim Tta anak saya ke pemilihahn Duta Peduli Lingkungan. Saya kira Tita tidak kalah cerdas dengan Seruni, ia juga aktif di sekoahnya, bahkan ketua OSISnya sekarang. Iya, kan?
Bu Santoso Apa keputusan itu sudah tidak bisa direvisi lagi, Pak?
Kepala Seklh Maaf, Bapak dan Ibu Santoso…., persoalannya bukan saja kami bisa atau tidak membatalkan keikutsertaan Seruni, tapi kegiatan itu sendiri sudah berlangsung…, bahkan ini tinggal beberapa hari lagi saja kegiatan itu selesai….Saya minta maaf, tapi yang jelas keputusan tersebut sudah kami rundingkan dengan seluruh dewan guru di sini….
Bu Santoso Termasuk Pak Herman? Katanya dia ikut mendukung Tita, gimana sih?
Kep Sek Iya, kemarin Pak Herman memang sempat mengusulkan Tita….tapi guru-guru yang lain kan juga perlu saya dengar masukannya.
Pak Santoso Ehm, ya sudah, begini saja Pak. Intinya adalah kami tidak ingin Tita merasa tersingkirkan di sekolah ini. Dia harus menjadi nomor satu, untuk semua hal di sekolah ini…. (SAMBIL MENYERAHKAN SEAMPLOP UANG KE ATAS MEJA) Kami minta Pak Kepala Sekolah untuk lebih memperhatikan Tita….
Kep Sek Mohon maaf (SAMBIL MENDORONG AMPLOP KE PAK SANTOSO)… Kami semaksimal mungkin untuk memperhatikan semua anak-anak kami, termasuk Tita. Jadi Bapak tidak usah khawatir, karena itu sudah merupakan tugas kami….
Bu Santoso Ya sudah, Pak. Ayo…., ngapain lama-lama di sini… buang-buang waktu saja. Lain sama kepala sekolah yang dulu, gampang diajak kerjasama….
Lalu mereka berjalan meninggalkan ruang kepala sekolah. Melintas Pak Sarmin, penjaga sekolah (tukang kebun).
Pak Sarmin Mereka orangtuanya Tita, Kan Pak?
Kep Sek Iya. Memangnya kenapa?
Pak Sarmin Pasti ada maksud tertentu itu memui Bapak.
Kep Sek Ah, biasa saja….silaturahmi biasa…..
Pak Sarmin Ah, Bapak jangan bohong… Apa Bapak sudah kena suap, ya….?
Kep Sek Pak Sarmin ada-ada saja…. Tapi, sini Pak Sarmin….memang betul apa yang Pak Sarmin katakana itu….tapi saya menolaknya dengan halus. Ngomong-ngomong, kok Pak Sarmin tahu?
Pak Sarmin Ya, bagaimana nggak tahu…. Dia jadi anggota DPRD seperti sekarang juga hasil begituan kok, Pak. Persis si Tita waktu nyalon ketua OSIS, juga pakai nyuap rekan-rekannya….
Kep Sek Ah, mosok?
Pak Sarmin Tapi waktu itu kan kepala sekolahnya bukan Bapak….. dan ada saksinya lho, Pak…makanya saya berani ngomong gitu….
Kep Sek Ah, ya sudah. Biarkan saja…. Nanti kita lihat saja di LPJnya…. (SUDAH BERBALIK, IA TERINGAT SESUATU) Ohya, Pak Sarmin, minta tolong panggilkan Seruni ke ruangan saya ya…
Pak Sarmin Baik, Pak….

Scene 28. (BISA DIALOG BISU)
Rahma melihat ayah Tita keluar dari ruangan kepala sekolah. Ia punya feeling pasti ada hubungannya dengan kegiatan Seruni, lalu ia bermaksud mencari Seruni.
Rahma Ini pasti ada hubungannya dengan Seruni…. Ngapain juga Ayah dan Ibunya Tita sampai ke sekolah? Aku harus memberitahu Seruni kalau begitu….
Scene 29.
Di Greenhouse sekolah Rahma terlihat berbicara kepada Seruni.
Rahma Sudah deh, aku cuma nyaranin kamu mesti lebih berhati-hati lagi. Persaingan kamu sama Tita itu sudah jadi rahasia umum di sekolah kita.
Seruni Saingan itu kan biasa, Rahma…
Sesaat kemudian Tita dan kawan-kawannya datang.
Tita Eh, Seruni, jangan lupa besok sore, kamu harus datang, ya!
Seruni Ada apa?
Rahma Ah, jangan pura-pura bloon, besok pengumuman pemilihan siswa TER….
Seruni Oh iya…. sampai lupa….
Tita Awas kalau sampai tidak datang….
Rahma Memang ada ruginya kalau nggak datang, tuh?
Dewi Ya, jelas lah yaouw….. Kalian tidak akan bisa melihat siapa akhirnya yang terpilih menjadi siswa TERCANTIK, siswa TERJOROK, siswa TERTAMPAN dan siswa TERLUCU di sekolah kita….
Rahma Ah, itu sih aku sudah tahu hasilnya…
Dewi Lha, kan baru besok diumumkan, kok sudah tahu?!
Rahma Siswa TERJOROK pasti ya kamu itu!!!!
Dewi Enak aja…. Kamu berani menghina aku?!
Seruni Ah, sudah-sudah…. Rahma pasti salah ngomong…. Iya-iya, besok kita pasti datang….
Lalu mereka berjalan meninggalkan mereka. Tangannya selambitan ke sana-kemari, mengganggu ranting-ranting tanaman….
Rahma Eh, kalau jalan yang bener dong! Sampingmu itu juga makhluk hidup! Seenaknya aja!!!
Dewi (BERBALIK) Uwheekkkkk!!!!
Seruni Memang tidak tahu aturan juga….. katanya pengurus OSIS, kok kelakuannya kayak gitu….
Rahma Nah, ini jeleknya saingan kamu sama si Tita.
Seruni Apaan?
Rahma Jeleknya itu kalian saingan yang nggak seimbang….. dia kaya dan kamu….
Seruni miskin….
Rahma Nah…., jadi jelaslah, Dia pasti akan selalu menang untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif, matere…..
Seruni Bagusnya? Kamu tadi bilang ada bagusnya….
Rahma Bagusnya…., kalian saingannya nggak kayak di sinetron-sinetron kita….
Seruni Maksudmu?
Rahma Di sinetron kita kan saingannya pasti masalah cowok…. Ini kalian enggak…, jadi ya ada sedikit nilai plusnya-lah…..hehehehe…
Seruni Ah, kamu bisa aja….
Rahma Eh, ngomong-ngomong bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Damar?
Seruni Ah, sudah mulai masuk urusan pribadi nih….?
Rahma Ya, aku sebagai teman kan pengin tahu….
Seruni Enggak ah, kamu itu mulutnya ndower… bisa celaka aku kalau tersiar kemana-mana….hahaha….. (TITA-TIBA DIA MELIHAT SEBATANG TANAMAN YANG MIRING, MAU JATUH. LALU KEPADA REKANNYA YANG DEKAT TANAMAN ITU) Eh, itu tanaman yang miring dibenerin dong….
Rahma Ah, bisa saja mbelokin pembicaraan ini anak…. Awas kamu ya….
Pak Sarmin Eh, neng Rahma…., lihat neng Seruni nggak?
Rahma Itu…. Memangnya ada apa, Pak Sarmin?
Pak Sarmin Pak Kepala Sekolah nyuruh saya memanggilnya.
Rahma Oh….
Lalu Pak Sarmin mendekati Seruni. Kamera tetap ke Rahma yang sedang asyik dengan tanamannya, di belakang terlihat Pak Sarmin sedang berbicara dengan Seruni. Tak Lama kemudian.
Seruni Rahma, aku tinggal sebentar, ya….
Rahma Yoi!!!

Scene 30.
Di ruangan kepala sekolah, Seruni diberitahu kalau ada formulir yang harus diisi untuk mengikuti pemilihan Duta Lingkungan itu. Kepala Sekolah juga menyatakan dukkungannya atas apa yang selama ini telah ia lakukan, program tanam pohon, kampanye lingkungan, dsb, dsb…
Seruni Ada apa, ya Pak?
KepSek Ini….Bapak lupa kemarin….., ada formulir yang harus kamu isi. Setelah kamu isi, nanti biar diantar Pak Sarmin saja ke Panitia Pemilihan Duta Peduli Lingkungan (PDPL). Harusnya sih kemarin harus kamu serahkan, tapi tadi Bapak sudah kontak ke Panitia, bisa disusulkan hari ini… Ada juga dibeberapa bagian, berisi questioner yang harus kamu isi juga…. Masih ada kaitannya dengan PDPL….
Seruni Baik, Pak. (KEMUDIAN SERUNI MENGISI FORMULIR. SETELAH SELESAI, IA SERAHKAN KEMBALI KEPADA KEPALA SEKOLAH).
===========

Scene 31.
Terlihat Damar dan Seruni tengah berjalan-jalan di sebuah butik batik Omah Mode. Seruni melihat-lihat baju, kain dan sebagainya, tapi ia memilih untuk tidak membeli satu pun. Ia menolak pemberian Damar dengan halus. Dengan latar belakang menara, lalu pepohonan hijau, lalu terlihat mereka berjalan bersama.

Scene 32.
Sampai pada suatu ketika mereka sedang berjalan, Damar mengatakan hal yang sangat penting buat Seruni.
Damar Seruni, aku minta maaf kalau sebelumnya aku belum ngomong ke kamu….
Seruni Soal apa?
Damar Soal Kak Kinanti….
Seruni Kak Kinanti? Ada apa dengan Kakakku?
Damar Nggak ada apa-apa. Begini….. Iseng-iseng aku bilang sama Papa-ku, soal keluargamu….
Seruni Ngapain juga kamu ceritakan ke Papamu? Buat apa….?
Damar Ya, mungkin saja Papaku mau bantu kakakmu….. Papaku kan juga punya yah…usaha kecil-kecilan lah….usaha kerajinan tas…. Terus terang saja aku tiba-tiba teringat Kakakmu yang katanya keluar dari tempat kerjanya itu….., dan aku ceritakan ke Papa…. Papa mau kok nerima Kak Kinanti untuk kerja di sana….
Seruni Ah, Damar…..?
Damar Kamu nggak marah kan aku nggak bilang sebelumnya…..
Seruni Enggak…., malah aku yang harus berterimakasih…. (PAUSE) Tapi, aku nggak ngerti bagaimana Kak Kinanti sendiri…. Dia mau nggak ya….
Damar Coba aja nanti kamu cerita ke dia…. Mau yang syukur, nggak juga nggak apa-apa kok….
Seruni Bener nggak apa-apa…. ?
Damar Iya….

Scene 33.
Di rumah Seruni. Seruni dan Kinanti sedang berbincang asyik di dalam kamar. Seruni menceritakan apa yang dikatakan Damar.
Seruni Itu sih terserah Kakak, mau terima enggaknya….
Kinanti Gimana, ya….? Iya, deh…. Kakak mau….

SAMBIL TERSENYUM BAHAGIA.LALU TERDENGAR BATUK-BATUK. MEREKA MENGHAMPIRI BROJO. SPONTAN BROJO DIPELUKNYA….SEMENTARA SERUNI TERTAWA-TAWAJ\ JUGA LARUT DALAM RASA SYUKUR.
TERDENGAR OST “SEPERTI MIMPIKU”

Scene 34.
Di aula sekolah, sedang ada pengumuman pemilihan siswa/I TER. Pembawa Acara sudah mengumumkan beberapa kategori dan akhirnya pengumuman untuk kategori siswa TERCANTIK. Nominasinya adalah Patricia Kemala, Seruni Pritasari, dan Cahya Titania. Dan pemenangnya adalah Seruni Pritasari. Ada peraturan jika diundang lebih dari 3 kali, maka digantikan oleh nominasi kedua. Pada saat selesai memanggil nominasi kedua, Cahya Titania, Seruni terlihat baru memasuki aula. Semuanya terdiam. Tita pun yang sudah ketawa-ketiwi di depan, tiba-tiba melongo.
Kata Seruni sambil menjulurkan tangannya: “Untuk Tita!” lalu tepuk tangan membahana. Lalu di depan, Tita mengucapkan terimakasih kepada semua siswa, dsb, hingga akhirnya dia bilang, “saya menyadari bahwa hadiah ini sepantasnya buat Seruni… untuk itu, saya mohon kepada Seruni untuk tetap maju ke depan…..” Sayangnya, pas dia mengatakan begitu, Seruni telah pergi.

Scene 35.
(DI TENGAH-TENGAH ADEGAN INI, ADA INSERT VIDEO YANG MENGGAMBARKAN BROJO BATUK DAN MUNTAH DARAH, YANG MENGAKIBATKAN IA MENINGGAL. TERLIHAT JUGA KINANTI MENELPON DAMAR YANG SEDANG BERKENDARA, LALU LANGSUNG MELUNCUR KE SEKOLAH SERUNI. DI LINGKUNGAN SEKOLAH ITU, DAMAR BERTEMU DENGAN KEPALA SEKOLAH YANG MEMBERINYA SURAT UNTUK DIBERIKAN KEPADA SERUNI, KARENA IA HARUS SEGERA RAPAT DI KANTOR DINAS.)

Scene 35.
Damar berlari kencang mendekati Seruni yang berjalan mulai meninggalkan sekolahnya. Damar mengatakan bahwa Kinanti telah menelponnya, dan mengabari kalau Brojo meninggal. Seruni terkejut, “Apaaaa?!!!!!” Lalu Seruni masuk mobil. Mobil melintasi kota-kota dengan cepat, hingga sampai di rumahnya.
Begitu sampai rumah, Seruni langsung histeris, karena ayahnya sudah terbujur kaku tertutup kain. Di situ juga sudah ada Kinanti. Lalu terlihat beberapa warga.
(DI SINI OST “MAMPUKAH” MULAI TERDENGAR:)
….
Aku pernah mengagumimu, tapi kini kau menghilang
Di pipiku yang penuh luka, engkau pernah menciumnya
Kini tinggal aku sendiri
Mampukah kulalui semua ini?

Scene 36.
Senja hari. Seruni terlihat termangu, sementara Damar di depannya asyik menikmati makanannya. Lalu ia mengagetkan Seruni, untuk memecah lamunannya. Damar menanyakan, ada apa? Seruni bilang kalau hidupnya sudah selesai. Tidak ada yang bisa dia banggakan lagi dengan meninggalnya ayah. Keinginannya untuk kuliah pun ia batalkan karena tak sanggup terus-terusan minta bantuan kakaknya. Damar mengatakan bahwa apa yang telah selama ini ia lakukan tidaklah sia-sia. Justru akan tidak bernilai ketika Seruni sendiri harus mengancurkan diri. Damar kemudian teringat bahwa ia dititipi sebuah surat oleh kepala sekolah Seruni untuk diberikannya kepada Seruni. Damar belum membacanya, hanya ia tahu surat itu datang dari PT Djarum sebagai stakeholder yang tengah membuat acara PDPL.

Seruni membacanya, dan ia menitikkan airmata kegembiraan. Damar merebutnya dan membacanya: “Selamat kami ucapkan kepada Sdri Seruni Pritasari yang terpilih sebagai Penerima Bea Siswa Peduli Lingkungan. Untuk ini Sdri berhak menerima bea siswa kuliah di perguruan tinggi ……..”
Damar Salah satu di antara kita memang tidak ada yang tepilih jadi duta Peduli Lingkungan….
Seruni Siapa yang dapat?
Damar Anak dari SMA 1. Tapi kamu dapat bea siswa dari mereka kan… Selamat ya!
Seruni (MENGANGGUK) Kamu….
Damar Aku dapat juga….
Seruni Selamat ya…. dan makasih….
Damar Untuk apa?
Seruni Untuk semuanya….
Seruni kemudian memeluk Damar dengan suka cita.

Lalu view kedua tangan Seruni dan Damar bergandengan tangan, berjalan keluar, ke arah matahari senja. LALU TERDENGAR OST: Salam Terbaik, hingga sebelum credit title.
Kaulah yang terindah dari semua keindahan yang pernah ku tahu.
Kaulah yang terbaik dari semua yang ku punya di dalam hidupku.
Terimalah sahabat, salam terindah dan terbaik dariku
untukmu seorang sahabat.

Takkan ku sesali bila nanti kau kan pergi tuk meninggalkanku.
Aku tahu pasti, engkau pergi tuk mencari terbaik untukmu.
Terimakasih sahabat, salam terindah dan terbaik dariku
selalu mengiringi langkahmu.

Engkau menari lucu, menghibur luka hatiku.
Tertawa kita seolah tak peduli dunia.
Engkau pun sudi berbagi, seakan untukku saja.
Hingga aku bangkit tuk menjadi yang terbaik.

Engkau selalu tersenyum, enyahkan semua kalutku.
Memandang jauh ke depan injak saja kesedihan.
Kini kau jadi kenangan yang kubawa sampai mati.
Sahabat sejati, sahabatku yang terbaik.

TAMAT

Selingkar Bandu

oleh. Asa Jatmiko

Inilah aku; gadis desa yang teramat biasa. Kemewahanku paling-paling cuma selingkar bandu. Lain tidak. Bajuku tak lebih dari 10 potong dan semuanya sederhana. Lalu celana jeans beberapa potong. Rok aku punya satu, tidak lebih. Itu pun sudah usang, pemberian ibuku beberapa tahun silam. Aku tidak suka memakai rok. Memakai celana jeans terasa lebih nyaman.

Selingkar bandu warna kemerahan ini yang selalu mengiasi rambutku. Dengan rambut sedikit kuponi, ia setia menemani hari-hariku yang akhir-akhir ini terasa melelahkan. Ya, tepatnya sejak lelaki itu menghadiahkannya kepadaku. Aku sebenarnya telah menolaknya secara halus.
“Ini hadiah yang terlalu mencolok!” kataku memberi alas an.
“Tapi ini tak seberapa nilainya,” ujarnya.
“Iya, tapi aku bingung. Aku suka dengan hadiah, apapun, darimu. Tapi bandu? Bukankah sama saja jika aku memakainya, berarti memberitahu orang-orang tentang kita? Apa sebaiknya aku simpan saja?”
“Pakai saja,” ujarnya dengan nada yang sama dengan sebelumnya.
Aku tak mau beradu mulut lagi dengannya. Orang seperti dia, dengan kebiasaannya memimpin banyak anak buah, pasti akan tersinggung apabila ada orang yang suka membantah keinginannya. Sejak itu aku memakainya.
“Begitu lebih cantik,” ia mulai memuji.
Lalu aku menciumnya. Refleks. Lalu tiba-tiba aku merasa malu telah menciumnya. Jangan-jangan dia tidak suka dengan sikapku.
“Ma’af!” ucapku.
Dia tersenyum.

Sungguh! Mungkinkah aku telah bersikap di luar kontrol. Perempuan kalau sudah kena hatinya, biasanya memang menjadi lupa segalanya, kata seorang psikolog di sebuah tabloid yang pernah kubaca. Perasaannya meluap-luap mengatasi akal-pikirannya. Dan aku, sudah tertembakkah hatiku oleh lelaki itu?

Lelaki itu kemudian pergi, setelah kami berbincang cukup lama di rumahku. Kini tinggal aku dan selingkar bandu. Aku mencopotnya, kupandangi bandu kemerahan itu. Apa juga yang menarik? Rasanya tidak ada. Hanya hiasan bunga warna putih tergambar di sepanjang punggung bandu. Aku memutar-mutarnya, dengan ujung jari telunjukku. Gerigi-geriginya terasa di ujung kulit jari. Aku berhenti. Membalikkan bandu itu. Tiba-tiba aku teringat sesuatu!!

***

Suara jangkerik di luar jendela begitu jelas kudengar. Lalu kudengar suara sepatu yang tiba-tiba berhenti di depan pintu. Masih sempat aku mengirim sms balasan:
“Sudah, jangan pikirkan aku. Pikirkan isrimu yang lagi hamil itu…” Satu dua langkah sepatu kian jelas terdengar, sepatu wanita. Aku membuka pintu.
“Kamu yang namanya Ranti?!”
Aku melongo.
“Awas, kamu ya! Aku belum cukup punya bukti, tapi suatu saat jika terbukti kau gadis yang mengganggu suamiku, jangan tanya!” sesudah mengancamku ia bergegas pergi.
Aku tak mengerti apa maksudnya. Wanita itu pun aku tidak tahu jati dirinya. Kenapa tiba-tiba mendampratku. Dan kenapa aku hanya diam saja, melongo seperti kerbau dicucuk hidungnya.
“Aku hanya mau kamu. Jangan bahas dia lagi, ya…” lalu aku membaca sebuah sms yang baru masuk. Dari lelakiku. Aku mau menanyakan sesuatu kepadanya. Misalnya, apakah istrimu sudah mengetahui hubungan kita? Atau apakah istrimu seperti ini seperti ini….? Ah, tapi untuk apa? Aku gagal merumuskan pertanyaan. Atau aku terlalu sayang untuk menjerumuskan kelangsungan hubunganku ke suasana genting, padahal baru seumur jagung. Mana mungkin istri orang yang punya derajat tinggi itu tahu rumahku yang biasa di desa ini. Tidak mungkin, kataku meyakinkan. Tapi aku tak membalas sms-nya. Aku berangkat tidur.

***

Hari-hariku yang biasanya berlangsung amat biasa, akhir-akhir ini semakin rumit dan melelahkan. Rupa-rupanya sudah banyak orang yang kemudian mengetahui hubunganku dengan sang kepala bagian itu. Aku menangis ketika dia mendatangiku.
“Aku mengerti sekarang arti pemberianmu ini,” kataku sembari menahan isak. “Aku ingin menjadi orang biasa saja. Bergaul denganmu, hari-hariku jadi tidak karuan. Bergaul dengan orang penting seperti kamu, aku jadi ikut rumit. Aku tidak bisa.” Bagaimana tidak? Peristiwa selanjutnya adalah aku yang harus kesana kemari karena dipanggil oleh pihak management. Ditanya inilah, itulah…ditanya macam-macam…., sampai aku sendiri tidak mengerti mengapa mereka mengajukan pertanyaan sedemikian rumit sehingga aku tidak bisa menjawabnya. Satu-satunya pertanyaan yang bisa kujawab adalah apakah aku mencintai lelaki itu? Aku menganggukkan kepala. Dan itu membuat seisi ruangan tiba-tiba bermuka merah. Seolah marah kepadaku.
“Aku minta maaf,” ujarnya.
“Untuk apa?”

Dia tak menjawabnya.
“Aku tidak mau kariermu hancur karena aku. Sekarang kau kepala bagian, sebentar lagi kau dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi lagi. Jangan sia-siakan itu hanya karena aku. Sekarang dengar, bukan karena istrimu, tapi demi hidup masa depanmu. Oke?!” aku tak tahan untuk menangis.

Aku mencopot bandu di kepalaku. Lalu aku menjatuhkannya hingga berhenti di depan kakinya. Di bagian dalam bandu kemerahan itu, telah aku tulis dengan ujung pisau cutter: “Aku mencintaimu, tapi kembalilah kepada istrimu. Aku melepasmu….” ***

Sepucuk Surat Indah

Karya
Asa Jatmiko

Para Pemeran:
WAHYU
KAKEK
TEMAN 1
TEMAN 2
TEMAN 3

Ilustrasi pembuka
Narasi/Surat Kawanku, aku tidak tahu, mengapa orang-orang sulit untuk bersyukur. Banyak mengalami peristiwa gembira, haruslah disyukuri. Sering mengalami peristwa sedih pun, seharusnya tetap disyukuri. Dulu sebelum cacat seperti ini, aku banyak bergembira. Aku masih bebas berlari kemanapun aku mau. Ke gereja sendiri, ke taman bunga bersama kawan-kawanku. Saat itu sungguh aku merasa Tuhan dekat sekali dengan aku. Aku merasa selalu dihibur, diberi apapun yang aku mau. Ya, aku merasa Tuhan begitu dekat sekali.
Tapi kini, aku tak bisa lagi, karena kedua kakiku lumpuh. Sebuah keadaan tubuhku, dimana tak mungkin aku mendapatkannya utuh kembali seperti dulu. Aku sempat kecewa kepada Tuhan. Aku menangis. Aku marah.
Kawanku, ternyata pikiranku salah. Aku pikir hidup ini sudah berakhir saat aku tak lagi punya kaki yang normal. Aku kira Tuhan semakin menjauhi aku, orang yang punya banyak kekurangan. Nyatanya tidak. Aku telah belajar banyak dari pengalaman ini. Tuhan tidak pernah menjauhi kita. Kita lah yang sering menjauhi Tuhan. Kita lah yang sering menolak cintaNya.
Kini aku dapat bercerita kepadamu, kawan. Tidak ada alasan apapun untuk kita tidak bersyukur. Lihat saja aku, apa yang aku punya dalam hidup ini? Aku tak memiliki apa-apa kecuali nyawa yang membuatku hidup sampai detik ini. Dan apakah aku benar-benar memiliki nyawa? Karena nyawa ku semata-mata milik Tuhan. Milik Tuhan, kawanku. Itulah kenapa aku tiap hari berdoa dan bersyukur kepadaNya, atas semua yang melekat pada hidupku. Dan betapa hari ini aku bersyukur, karena Tuhan telah bangkit dari alam maut. Untuk apa, kawanku, untuk membebaskan dosa-dosa kita! Apa kau tidak merasakan betapa Tuhan sangat mencintai kita?

Tiba-tiba terdengar guntur. Lalu terdengar hujan deras.

Wahyu (Sambil melipat dan memasukkan surat yang dipegangnya ke dalam saku bajunya. Ia melihat ke arah langit)
Hujan lagi. Sudah beberapa hari ini hujan turun tiada henti.

Kakek (terdengar Kakek mengetok pintu) Boleh aku masuk, Nak?

Wahyu Iya, masuklah Kek! Ayo cepat masuk, hujan di luar begitu deras.

Kakek Terimakasih.

Wahyu Kakek pasti kedinginan. Saya ambilkan baju dulu ya….

Kakek Tidak usah. Kakek terburu-buru.

Wahyu Ada apa, Kek?

Kakek (menangis) Air sungai yang desa kami meluap, Nak. Kami kebanjiran. Kakek kemari hendak meminta pertolongan, apakah kami boleh mengungsi di rumah ini sampai air surut?

Wahyu Oh…. Boleh Kek! Boleh! Saya senang sekali bisa membantu Kakek.

Kakek Dimana ayah dan ibumu?

Wahyu Sedang pergi ke luar kota. Tidak masalah. Nanti saya akan bilang pada orangtua saya kalau kakek di sini.

Kakek Terimakasih. Tapi kakek harus kembali dulu

Wahyu Kenapa?

Kakek Kakek harus menjemput nenek. Dia sedang berteduh di sana…

Wahyu Baiklah, Kek! Sementara Kakek menjemput nenek, saya akan membuatkan minuman hangat untuk kakek dan nenek, ya!

Kakek Baiklah. Terimakasih.

Kemudian mereka berdua keluar.

Narasi/Surat Hai kawanku. Aku sudah membaca suratmu. Aku senang sekali dengan apa yang kau lakukan. Itu tindakan yang baik sekali, Wahyu. Kamu menolong orang-orang yang kebanjiran, lalu menerima mereka di dalam rumahmu. Itu tindakan terpuji, Wahyu.

Tiba-tiba teman-temannya berteriak dari luar, memanggil Wahyu. Wahyu langsung melipat surat dan memasukkannya ke saku baju.

Teman-teman Wahyu! Wahyu!! (teman-temannya mendekati Wahyu)

Teman 1 Wahyu, kami semua tidak suka dengan apa yang kamu lakukan kemarin?!

Teman 2 Iya! Kami menyesal memilihmu jadi ketua kelas.

Wahyu Memang ini ada apa?

Teman 3 Semenjak kamu jadi ketua kelas, jadi banyak aturannya! Kami semua tidak suka aturan-aturan yang dibuat!

Wahyu Ooo, itu….

Teman 1 Di larang buang sampah di sembarang tempat, hah! Apa itu?!

Teman 2 Kan sudah ada petugas piket, biar mereka yang bertugas membersihkan dong!!

Teman 3 Harus merawat tanaman di depan kelas, harus ini harus itu….bla bla bla…. kebanyakan aturan kalau begini caranya, Bos!!

Wahyu Terus apa mau kalian?

Teman-teman Ya, kembali seperti biasa!

Teman 1 Makan di kelas seenaknya, buang sampah sekenanya, tidak ada acara merawat tanaman….pokoknya bebas.

Teman 2 Kalau begini terus, kapan kita bermain, ya nggak?! (teman-temannya mengiyakan)

Teman 3 Awas ya, kalau besok aturan itu tidak dihapus! Tahu sendiri akibatnya!

Kemudian teman-teman Wahyu pergi. Setelah teman-temannya tidak kelihatan, Wahyu kembali mengambil surat dari saku baju lalu membacanya.

Narasi/Surat Kamu harus bisa, kawanku. Kamu harus bisa meyakinkan mereka bahwa apa yang kamu lakukan adalah benar. Memang tidak serta merta. Memang tidak semudah membalik telapak tangan. Tetapi kamu jangan sampai berhenti.
Seperti aku, kawanku, tak pernah berhenti untuk berusaha hidup dengan penuh semangat. Meskipun kadang dicibir dan dicemooh orang-orang. Mungkin mereka akan bilang bahwa aku hanya sampah, manusia yang tidak berguna. Tidak, kawanku. Aku mengatakan pada diriku, aku tetap manusia yang bisa memiliki arti.
Kawanku, tahukah kau kenapa aku menjadi cacat dan lumpuh seperti sekarang ini?
Ini terjadi karena soal yang sepele: kita tidak pernah mau belajar untuk berdisiplin diri. Dan itulah yang akan kau ingat selalu, kawanku: ketidakdisiplinan adalah sumber malapetaka….
Kawanku, Tuhan telah menciptakan lingkungan yang indah ini untuk kita. Burung-burung berkicau di ranting-ranting pohon yang rindang. Kupu-kupu menyerbuki bunga-bunga agar pohon-pohon berbuah bagi kita. Apakah kita hendak merusaknya?
Jika kau ingin memanggil burung-burung dekat ke halaman rumahmu, tanamlah pohon di halaman rumahmu. Jika kau ingin memanggil kupu-kupu menghiasi jendela kamarmu, tumbuhkan bunga-bunga di tamanmu. Bukankah semua ini adalah pekerjaan indah yang berakhir dengan indah, kawanku?
Air mengalir dari gunung dengan jernihnya. Apakah kita tega untuk membuatnya keruh, dengan sampah-sampah yang kita buang seenaknya?
Apakah kita tidak ada rasa syukur sedikit pun dengan keindahan ini, kawanku?

Terdengar ilustrasi penutup.

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...