Penghargaan Masa Bakti 25 Tahun
Kamis malam, 06 Desember 2012, para penerima Penghargaan Masa Bakti 25 Tahun yang berjumlah 145 tahun ini, telah mengikuti acara puncaknya di Bumi Semarang Baru (BSB) area Laker’s Resto and Sport Club.
Tema kemasan acara PMB tahun 2012 kali ini mengambil tema Batik. Panggung megah yang didirikan di atas kolam renang didominasi motif batik dengan corak yang elegan berlukiskan daun-daun tembakau dengan cengkeh di sudut-sudutnya. Semua itu padu dengan dandanan seluruh panitia dari HRD Kudus yang mengenakan seragam batik. Panitia pun merancang nama setiap meja untuk para penerima PMB 25 Tahun dengan nama motif batik dari seluruh Indonesia.
Nama-nama motif batik yang dipergunakan untuk penamaan meja para tamu, seperti Batik Parang Kusuma, Batik Tari Kretek, Batik Anggur, Batik Babon Angrem, Batik Bantulan, Batik Irian, Batik Merak, Batik Kantil Anggur, Batik Kawung Picis, Batik Kunir Pita, Batik Manggaran, Batik Tembakau Cengkeh, Batik Pisang Mas, Batik Polkadot, Batik Pringgodani, Batik Sekar Jagad, Batik Semen Rama, Batik Senandung Cinta, Batik Sido Asih, Batik Sido Luhur, Batik Sido Mukti, Batik Tambal, Batik Truntum, Batik Truntum Garuda, Batik Wahyu Tumurun, Batik Parijoto, Batik Gebyok, Batik Udan Liris, Batik Mega Mendung, Batik Ceplok, Batik Madura dan Batik Kawung.
Endar Mardian Utama yang pada perhelatan kali ini dipercaya sebagai ketua panitia, dalam penjelasan singkatnya mengatakan bahwa tema batik ini tidak lain untuk mengangkat semangat satu bangsa meski berbeda asal daerahnya. Semangat keindonesiaan ini sekaligus juga mencitrakan ragam asal daerah para penerima PMB 25 tahun dari seluruh nusantara, yang memusat dalam semangat daun-daun tembakau - cengkeh kebesaran Djarum di atas panggung.
Para tamu yang memasuki area Laker’s Resto and Sport Club, langsung disuguhi sebuah stand demo membatik dan pameran batik khas Kudus juga dibangun. Kehadiran Mbak Yuli yang selama ini aktif dan peduli terhadap perkembangan batik khas Kudus, membuat stand batik semakin lengkap. Oleh karena setiap informasi mengenai batik, terutama batik khas Kudus, dapat diperoleh langsung dari Mbak Yuli, seorang tokoh penting dari Galeri Batik Kudus.
Sementara itu satu stand photo-booth juga dibangun di sudut kanan panggung utama, dengan latar belakang ukiran serta kilatan-kilatan api obor yang menyala. Para fotografer Djarum yang tergabung dalam Djarum Photography Club (DPC) laiknya fotografer profesional melayani setiap tamu untuk berfoto. Terkadang masih kurang, para tamu meminta bantuan fotografer untuk memotretnya mempergunakan kamera yang dibawanya sendiri. Malam itu, malam ke-25 Tahun karya mereka di Djarum, mereka sangat menyadari bahwa malam itu adalah saat yang paling istimewa dan takkan terulang lagi di waktu mendatang. Momentum tersebut mesti diabadikan, terlebih karena kehadirannya disertai oleh istri tercinta disampingnya.
“Terimakasih banyak saya ucapkan kepada seluruh penerima penghargaan. Kita masih akan bekerjasama lebih dari 25 tahun. Dan saya harap kita akan seminimal mungkin salah mengerti dan curiga-curigaan. Semoga kita bisa bekerjasama secara harmonis, kompak selama seratus tahun lagi sampai seterusnya,” demikian orasi singkat Victor R. Hartono sebelum menyerahkan Penghargaan Masa Bakti 25 tahun kepada 145 penerima yang terdiri dari berbagai bagian dan departemen.
Pengkaryaan atau darma bakti kepada organisasi dimana kita ada di dalamnya, tidak bisa diukur dan dibatasi, karena ia niscaya menjadi curahan cinta selama ini. Bagaimana jika selama 25 tahun atau lebih kita berkarya sementara tidak ada cinta, niscaya tak akan sepanjang itu usia darma bakti. Namun yang paling penting, karya dan darma bakti yang telah dilakukan memiliki jejak yang nyata bagi kemajuan organisasi. Oleh karena itu, Victor R. Hartono mengatakan dengan indah sekali, bahwa kerjasama kita akan harmonis, kompak dan berlangsung hingga seratus tahun lagi. Sebuah niat suci yang disematkan untuk kita semua, dimana kerjasama di dalam organisasi seperti ikatan saudara di dalam keluarga, yang akan berusia sepanjang masa.
Gelar acara PMB 25 Tahun dibuka dengan penampilan Dion Indonesia Idol membawakan lagu-lagu kenangan, seperti: Nonton Bioskop, Tanjung Perak, Juwita Malam, Sik Asik, Mau Dibawa Kemana, dan juga sebuah single NOAH yang berjudul “Separuh Aku”. Penampilan Dion pada malam itu diiringi oleh NAS4 Band, satu kelompok band yang sudah tidak asing lagi bagi insan Djarum. Kemudian acara bergulir dalam kehangatan dan keceriaan pembawa acara, Bagas dan Gisel “Idol”.
“Ngomong-ngomong nih, Gisel, saya sudah 4 kali menjadi pembawa acara PMK 25 Tahun ini,” kata Bagas di sela-sela membawakan acara.
“Jadi, apa maksudmu?” tanya pacar Gading Martin yang punya nama lengkap Giselle Anastasia ini.
“Ya, mudah-mudahan masih diberi kesempatan mbawain acara ini sampai 25 tahun. Jadi bisa dapat PMB dari Djarum, seperti Bapak-bapak kita ini kan?” kelakar Bagas.
“Wow, itu kan karepmu, Gas!” balas Gisel dengan logat Surabaya-nya yang khas, yang langsung disambut ketawa penonton.
Bulan Desember, kata orang Jawa merupakan singkatan dari “gedhe-gedhene sumber” atau bulan dimana hujan turun dengan lebatnya. Gelar acara PMB 25 Tahun yang diadakan pada 6 Desember 2012 di BSB outdoor ini pun tak dapat menahan keinginan hujan untuk turun. Acara penyerahan penghargaan pun kemudian dialihkan ke ruangan yang telah disediakan sebagai tempat cadangan, beberapa saat setelah sambutan Victor R. Hartono.
Meskipun demikian acara tetap berlangsung dengan meriah. Bahkan spesial. Karena pada malam itu nampak hadir pula Robert Budi Hartono. Nampak hadir Martin Basuki Hartono yang juga berkenan memberikan penghargaan, beserta jajaran Direksi dan Manager. Bagas dan Gisel memandu acara demi acara hingga akhir, dengan tanpa iringan ilustrasi musik NAS4 Band dan penampilan Dion “Idol” lagi. Udin Rum Baa dari DSO Gorontalo, memberi kesaksian di atas panggung. Udin Rum Baa mengatakan kebanggaannya ketika sekitar tahun 1988, bersama rekan-rekannya menjadikan Djarum Super menjadi rokok yang paling diminati di Gorontalo. Rintisan usaha pemasaran yang dilakukannya dengan jerih payah itu pun berbuah manis.
Udin Rum Baa menitipkan pesan kepada seluruh keluarga Djarum, bahwa komitmen dan kejujuran menjadi dua kata kunci yang harus kita pegang, ketika kita semua bertekad bersama membangun kemajuan Djarum. Dia juga mengucapkan terimakasih kepada management yang telah memperhatikan kinerjannya selama ini, dan terlebih dengan penghargaan masa bakti 25 tahun yang diterimanya pada tahun ini.
Sementara itu Honky Harjo dalam sambutannya mengatakan betapa cepatnya waktu 25 tahun. Saya melihat, bahwa perjalanan karier itu seperti perjalanan matahari. Dari mula terbit, terangnya sedikit-sedikit kemudian lama-lama semakin terang dan bermanfaat bagi orang lain lain dan juga perusahaan. Dari tidak bisa melakukan apa-apa hingga kita bisa melakukan sesuatu yang berarti bagi perusahaan. Tapi menurut saya, waktu yang diberikan oleh yang ‘di atas’ kita sesungguhnya diberi waktu “terang” yang panjang untuk kita bisa berkontribusi secara produktif bagi perusahaan. Hanya saja kita mesti tidak menyia-nyiakannya, kita pergunakan sebaik mungkin.
Seperti matahari juga, lanjut Honky Harjo, pada saatnya ia juga bersinar optimum ketika siang. Pada saat itu, yang saya sebut sebagai masa produktif, dan kemudian terus berlanjut suatu saat matahari juga akan terbenam. Tapi menurut saya, ketika matahari terbenam, ia mengeluarkan cahaya yang indah. Kita juga suatu saat akan terbenam, tetapi seperti matahari, dalam hidup kita bisa melakukannya (saat terbenam) dengan indah. Jangan gampang kecewa, kepada siapapun. Pasti ada kekurangan-kekurangan kita, ada hal-hal yang kita merasa belum melakukan apa-apa, tapi jangan kecewa. Karena waktu terbenam itu juga normal dan alamiah.
Dan yang tidak kalah penting juga, jangan kecewa pada diri kita sendiri. Karena menurut saya, banyak sekali orang-orang yang kecewa sama diri sendiri karena merasa belum melakukan apa-apa, misalnya. Yang lewat, biarkanlah lewat, katanya. Kalau kita melakukan itu, saya yakin kita bisa seperti matahari yang terbenam dengan indah. Waktu terang, bersinarlah seterang mungkin. Waktu terbenam, terbenamlah seindah mungkin.
Rombongan bus para penerima Penghargaan Masa Bakti (PMB) 25 tahun yang berangkat dari Semarang, mulai memasuki Kudus pada pagi itu, Jum’at 07 Desember 2012. Sementara rombongan bus lainnya juga mulai diberangkatkan dari Kantor Djarum di Jalan A. Yani 26. Pagi itu para penerima PMB akan diajak berkeliling mengunjungi pabrik-pabrik Djarum, seperti ke unit kerja SKT, Primary OASIS, SKM OASIS melihat langsung bagaimana kecepatan mesin Jerman, type Protos M6 yang mampu memproduksi 16.000 batang/menit dan F8 dengan mampu menghasilkan 1.000 pak/menit. Kemudian dilanjutkan kunjungan ke Menara Kudus dan GOR Bulutangkis di Tanjung.
Kunjungan pagi itu sudah disambut dengan hujan lebat yang sempat mengguyur deras Kota Kretek. Sekitar pukul delapan lebih beberapa menit, hujan pun reda. Udara sejuk sesudah hujan segera terasa, seakan mendukung suasana. Dan beberapa saat kemudian, rombongan tiba di lokasi unit kerja SKT. Kunjungan ke SKT terbagi ke tiga lokasi, yaitu: SKT Karangbener, SKT Megawon 2 dan SKT Pengkol.
Setelah mendapat penjelasan safety induction dari pendamping setempat, seperti Mursyid, Minto Nugroho dan Adi Darmawan, yang kemudian memandu mereka memasuki area kerja giling dan pak ke dalam beberapa kelompok kecil. Kehadiran para penerima PMB 25 Tahun ke SKT Karangbener pada waktu itu, sepertinya merupakan kehadiran yang istimewa.
Betapa tidak, begitu mereka sampai di area kerja, para karyawati giling dan pak yang jumlahnya ribuan itu, seluruhnya berdiri. Dari pengeras suara, Minto Nugroho menyampaikan ucapan selamat datang, dan kemudian disusul alunan musik. Sudah menjadi kebiasaan di lingkungan SKT, setiap pagi seluruh karyawan melakukan kegiatan streching. Maka sebagaimana adatnya, pagi itu kehadiran para tamu langsung disambut dengan kegiatan streching bersama. Tanpa basa-basi lagi, banyak di antara para tamu yang kemudian tergerak turut melakukannya bersama-sama dengan karyawati SKT Karangbener.
Pagi yang segar dan tubuh yang bugar, niscaya akan menggiring pula pada kesegaran jiwa dan hati. Pikiran pun menjadi lebih pijar, sebab penat dan beban telah tersingkir oleh terangnya. Maka selesai streching, dengan penuh semangat mereka bernyanyi bersama. Diiringi musik Jamrud berjudul “Selamat Ulang Tahun”, dengan lirik yang dikreasi sendiri menjadi lirik yang menumbuhkan semangat. Silakan disimak liriknya:
Kami ini SKT Karangbener,
dengan kejujuranku, kegigihanku, siap inovasi baru,
keikhlasanku, membuatku tambah maju.
Itulah hidupku, jiwaku, kebanggaan diriku.
Smoga kita jadi yang terbaik,
walaupun badai dan topan terus menghalangi kami.
Pastilah kita, menjadi sang juara. Jaya selama-lamanya.
“Semua bekerja dengan senang, ceria, dan itu keindahan yang luar biasa,” kata seorang tamu. Dia terpana melihat para karyawati Djarum bekerja dengan hati yang gembira. “Saya tidak menyangka,” imbuhnya. Setelah itu para tamu sudah larut bersama aktivitas SKT. Ada yang sekedar melihat dan memperhatikan cara kerjanya, ada yang potret sana potret sini, ada yang penasaran dan minta diajari melinting rokok.
Tentu saja dari para PMB yang hadir beserta istri masing-masing, para istri-lah yang secara umum baru mengetahui bagaimana aktivitas bisnis proses di SKT. Sehingga decak kagum banyak mereka ungkapkan, demikian juga besarnya rasa penasaran ingin mencoba melinting. Sementara sang suami, dengan setia dan aktif memotret pose-pose indah sang istri ketika melinting.
Bagaimana kesan ibu berkunjung ke SKT, tanya WKD kepada istri Ery Munasri dari GS RSO Surabaya. “Mengesan sekali, Mas” kata Ibu Ery Munasri. Saya selama ini tahunya kan dari tayangan-tayangan di televisi, kalau sekarang saya bisa melihat langsung, sungguh saya tidak menyangka. Kagum dengan mbak-mbaknya itu kerjanya cepat banget ya, ungkapnya.
Ery Munasri yang tahun ini genap 25 tahun berkarya di GS RSO Surabaya kemudian bercerita banyak mengenai pengalamannya selama ini. Berkisah tentang perjuangan-perjuangannya bersama rekan-rekan di RSO merintis, membangun dan mengembangkan pasar penjualan rokok-rokok Djarum dengan penuh semangat. Dari kisah menjemput artis-artis, strategi memperbanyak penjualan, memelihara hubungan baik dengan para agen dan toko hingga bagaimana ia mesti ‘kucing-kucingan’ dengan kompetitor untuk menempel poster-poster promosi. “Saya bangga berkarya di Djarum,” kata Ery.***
-aj-
09/12/12
02/11/12
Best Taste – Best Performance
DJARUM COKLAT EXTRA – “LUE GUE FRIEND” Cokelat Factory Visit
“Tamu baru saja melewati perbatasan Demak – Kudus. Mohon kita semua bisa tetap duduk manis dan bersabar menunggu tamu istimewa yang akan datang hari ini,” kata Febrian Ndaru kepada seluruh karyawan-karyawati SKT Megawon 2. Dan setelah beberapa kali Febrian Ndaru mengumumkan bahwa jam kedatangan tamu mundur dari jam yang direncanakan, akhirnya datang juga: Cokelat!
Dari sebuah mobil Kijang Innova warna Silver, satu persatu personel Cokelat terlihat mulai turun. Ronny, kemudian Ernest, lalu menyusul Jackline yang kemudian merapikan rambut panjangnya dan mengenakan topi “Tino Sidin”-nya, dan kemudian Ernest, langsung mengambil tablet dan terlihat “jeprat-jepret” asyik mengambil gambar. Berempat tanpa Otto yang berhalangan hadir karena sakit, berdiri berjajar di depan pintu masuk SKT Megawon 2. Diterima langsung oleh Supervisor Fariz Hudaya Tsany, dalam suasana ramah dan akrab.
Elyta Handayani dari Cora dan Febrian Ndaru dari SKT Megawon 2 yang bertugas memandu jalannya acara factory visit siang itu, bertukar kabar sesaat dengan para personel Cokelat. Kemudian sebelum mereka diajak masuk ke dalam lokasi pabrik, mereka mendapatkan pengarahan panduan keselamatan selama berada di dalam lokasi pabrik. Demikian juga, petunjuk menghadapi keadaan darurat, apabila selama berada di lokasi pabrik terjadi emergency. Mereka berempat mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mengangguk-angguk. Pemberian arahan mengenai safety induction, selain menjadi prosedur yang wajib disampaikan kepada setiap tamu yang datang, juga akan berdampak memberi rasa nyaman kepada para tamu selama mereka berada di dalam lokasi pabrik.
Jam kedatangan Cokelat siang itu, 24 November 2012, memang terbilang agak molor dari jadwal. Ketika Cokelat datang, sebagian besar karyawati giling di SKT Megawon 2 sudah selesai. Sehingga, satu sessi dimana rencana Cokelat akan berkeliling melihat-lihat bagaimana proses pembuatan rokok SKT secara langsung, terpaksa ditiadakan. Selesai berada di ruang transit untuk beristirahat sejenak, sembari mendapat penjelasan mengenai perusahaan Djarum dan melihat tayangan profil perusahaan, setelah itu Cokelat langsung menuju ke arena lomba giling yang sudah disediakan.
Jackline, Edwin, Ernes dan Ronny diberi kesempatan 5 menit untuk berlatih menggiling. Mereka masing-masing ditemani seorang pemandu cantik berseragam merah hati, yang membantu mengajarkan Cokelat bagaimana melinting rokok kretek. Jackline, pengganti Sarah Hadju vokalis Cokelat sebelumnya, terlihat paling cepat bisa mempraktekkan bagaimana melinting. Sebatang demi sebatang tercipta dari kedua lentik tangannya. Setiap batang yang jadi, Jackline selalu mengungkapkan kegembiraannya dengan tawanya yang khas. Kemudian memamerkan karyanya kepada WKD. Tak ketinggalan dengan Ernest, begitu bisa melinting satu batang, ia ketagihan melinting batang demi batang berikutnya.
Lihat saja, keringat mulai bercucuran tanpa terasa. Saking semangatnya kali ya, ujar Jackline yang asli wong Semarang ini. Padahal 5 menit ini untuk belajar melinting, sebentar lagi, di antara mereka berempat akan diadu dalam sebuah lomba melinting. Dan kepada sang juara nantinya, tentu akan mendapatkan hadiah mengesankan dari SKT Megawon 2.
“Lomba akan kita mulai. Saya akan menghitung mundur. Silakan masing-masing personel Cokelat mengangkat kedua tangannya ke atas,” kata Fariz Hudaya Tsany yang memimpin lomba giling Cokelat. Kedua tangan masing-masing diminta untuk diangkat ke atas, semata-mata agar lomba berjalan dengan lebih sportif. Menghindari kecurangan, misalnya mencuri start dengan memulai mengambil tembakau, atau tangan kiri mengambil ambree duluan sebelum aba-aba mulai. “Tiga, dua, satu, mulai!”
***
Grup musik rock alternatif yang berdiri tahun 25 Juni 1996 ini, sekarang beranggotakan Jackline Rossy - Jackline (vokal), Otto Trijati Pambudi (drum), Ernest Fardiyan Sjarif (gitar), Febrianto Nugroho Surjono - Ronny (bass), Edwin Marshal Syarif (gitar). Sebelumnya, Cokelat memiliki vokalis Kikan hingga beberapa album. Kemudian pada tahun 2011 digantikan oleh Sarah Hadju, yang setahun kemudian hengkang dari Cokelat. Jackline mulai bergabung menjadi vokalis Cokelat sejak Februari 2012, setelah melewati proses audisi.
Jackline terpilih menjadi vokalis band ini karena dianggap memegang kemudi vokal, karena secara kemampuan vokal dan misi bermusik, serta sisi non musikal lainnya dianggap memenuhi kriteria sebagai vokalis Cokelat yang baru.
Dengan kehadiran 'J', Cokelat pun merilis single baru mereka yang berjudul "Betapa Aku Mencintaimu", yang didaur ulang dari lagu Vagetoz. Lagu ini disuguhan dengan aransemen berbeda yang lebih berenergi yaitu perpaduan antara pop rock alternatif modern, sound beat masa kini, ditambah dengan karakter vokal 'J'. Selain vokalis baru, Cokelat juga mengukuhkan Otto Tri Jati menjadi penabuh drum tetap di band. Sebelumnya Otto adalah additional drum player yang membantu Cokelat menggarap dua single "Tanpa Rasa" dan "Drama".
Lomba giling para personel Cokelat dimenangkan oleh Ernest. Untuk kegiatan tersebut, Cokelat mendapat penghargaan dari Djarum berupa replika alat giling. Maryanto naik ke atas panggung dan menerimakan penghargaan tersebut kepada Cokelat. Grup musik yang nama "Cokelat" karena mereka ingin musik yang mereka suguhkan bisa dinikmati oleh semua kalangan seperti halnya makanan cokelat ini, kemudian membalas kerinduan 2.000-an penggemarnya di SKT Megawon, membawakan lagu-lagu mereka dengan iringan akustik yang tetap menggigit.
Di atas panggung Edwin meminta Jackline agar berkumunikasi dengan bahasa Jawa. Maka tertawalah Jackline, ia merasa bingung harus ngomong apa. Lalu tiba-tiba, “pripun kabare?” tanya Jackline. Bagaimana kabarnya? Dan langsung dijawab serentak, “sae.” Artinya, baik. Jackline bingung lagi, mau bilang apa lagi nih? Lalu seperti pertanyaan sekenanya, terlontar, “wis mangan apa durung?” Sudah makan apa belum?
Jackline tertawa sendiri sebenarnya begitu pertanyaan itu keluar. Dan para karyawati SKT Megawon 2 langsung menyahut, “belum!” Begitulah, keakraban Jackline dan personel Cokelat di tengah-tengah karyawan Djarum di SKT Megawon 2. Mereka mempersembahkan 5 lagu yang sudah tidak asing lagi di telinga penggemar Cokelat siang itu, antara lain: Karma, Betapa Aku Mencintaimu, Luka Lama, Segitiga dan Bendera.***
“Tamu baru saja melewati perbatasan Demak – Kudus. Mohon kita semua bisa tetap duduk manis dan bersabar menunggu tamu istimewa yang akan datang hari ini,” kata Febrian Ndaru kepada seluruh karyawan-karyawati SKT Megawon 2. Dan setelah beberapa kali Febrian Ndaru mengumumkan bahwa jam kedatangan tamu mundur dari jam yang direncanakan, akhirnya datang juga: Cokelat!
Dari sebuah mobil Kijang Innova warna Silver, satu persatu personel Cokelat terlihat mulai turun. Ronny, kemudian Ernest, lalu menyusul Jackline yang kemudian merapikan rambut panjangnya dan mengenakan topi “Tino Sidin”-nya, dan kemudian Ernest, langsung mengambil tablet dan terlihat “jeprat-jepret” asyik mengambil gambar. Berempat tanpa Otto yang berhalangan hadir karena sakit, berdiri berjajar di depan pintu masuk SKT Megawon 2. Diterima langsung oleh Supervisor Fariz Hudaya Tsany, dalam suasana ramah dan akrab.
Elyta Handayani dari Cora dan Febrian Ndaru dari SKT Megawon 2 yang bertugas memandu jalannya acara factory visit siang itu, bertukar kabar sesaat dengan para personel Cokelat. Kemudian sebelum mereka diajak masuk ke dalam lokasi pabrik, mereka mendapatkan pengarahan panduan keselamatan selama berada di dalam lokasi pabrik. Demikian juga, petunjuk menghadapi keadaan darurat, apabila selama berada di lokasi pabrik terjadi emergency. Mereka berempat mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mengangguk-angguk. Pemberian arahan mengenai safety induction, selain menjadi prosedur yang wajib disampaikan kepada setiap tamu yang datang, juga akan berdampak memberi rasa nyaman kepada para tamu selama mereka berada di dalam lokasi pabrik.
Jam kedatangan Cokelat siang itu, 24 November 2012, memang terbilang agak molor dari jadwal. Ketika Cokelat datang, sebagian besar karyawati giling di SKT Megawon 2 sudah selesai. Sehingga, satu sessi dimana rencana Cokelat akan berkeliling melihat-lihat bagaimana proses pembuatan rokok SKT secara langsung, terpaksa ditiadakan. Selesai berada di ruang transit untuk beristirahat sejenak, sembari mendapat penjelasan mengenai perusahaan Djarum dan melihat tayangan profil perusahaan, setelah itu Cokelat langsung menuju ke arena lomba giling yang sudah disediakan.
Jackline, Edwin, Ernes dan Ronny diberi kesempatan 5 menit untuk berlatih menggiling. Mereka masing-masing ditemani seorang pemandu cantik berseragam merah hati, yang membantu mengajarkan Cokelat bagaimana melinting rokok kretek. Jackline, pengganti Sarah Hadju vokalis Cokelat sebelumnya, terlihat paling cepat bisa mempraktekkan bagaimana melinting. Sebatang demi sebatang tercipta dari kedua lentik tangannya. Setiap batang yang jadi, Jackline selalu mengungkapkan kegembiraannya dengan tawanya yang khas. Kemudian memamerkan karyanya kepada WKD. Tak ketinggalan dengan Ernest, begitu bisa melinting satu batang, ia ketagihan melinting batang demi batang berikutnya.
Lihat saja, keringat mulai bercucuran tanpa terasa. Saking semangatnya kali ya, ujar Jackline yang asli wong Semarang ini. Padahal 5 menit ini untuk belajar melinting, sebentar lagi, di antara mereka berempat akan diadu dalam sebuah lomba melinting. Dan kepada sang juara nantinya, tentu akan mendapatkan hadiah mengesankan dari SKT Megawon 2.
“Lomba akan kita mulai. Saya akan menghitung mundur. Silakan masing-masing personel Cokelat mengangkat kedua tangannya ke atas,” kata Fariz Hudaya Tsany yang memimpin lomba giling Cokelat. Kedua tangan masing-masing diminta untuk diangkat ke atas, semata-mata agar lomba berjalan dengan lebih sportif. Menghindari kecurangan, misalnya mencuri start dengan memulai mengambil tembakau, atau tangan kiri mengambil ambree duluan sebelum aba-aba mulai. “Tiga, dua, satu, mulai!”
***
Grup musik rock alternatif yang berdiri tahun 25 Juni 1996 ini, sekarang beranggotakan Jackline Rossy - Jackline (vokal), Otto Trijati Pambudi (drum), Ernest Fardiyan Sjarif (gitar), Febrianto Nugroho Surjono - Ronny (bass), Edwin Marshal Syarif (gitar). Sebelumnya, Cokelat memiliki vokalis Kikan hingga beberapa album. Kemudian pada tahun 2011 digantikan oleh Sarah Hadju, yang setahun kemudian hengkang dari Cokelat. Jackline mulai bergabung menjadi vokalis Cokelat sejak Februari 2012, setelah melewati proses audisi.
Jackline terpilih menjadi vokalis band ini karena dianggap memegang kemudi vokal, karena secara kemampuan vokal dan misi bermusik, serta sisi non musikal lainnya dianggap memenuhi kriteria sebagai vokalis Cokelat yang baru.
Dengan kehadiran 'J', Cokelat pun merilis single baru mereka yang berjudul "Betapa Aku Mencintaimu", yang didaur ulang dari lagu Vagetoz. Lagu ini disuguhan dengan aransemen berbeda yang lebih berenergi yaitu perpaduan antara pop rock alternatif modern, sound beat masa kini, ditambah dengan karakter vokal 'J'. Selain vokalis baru, Cokelat juga mengukuhkan Otto Tri Jati menjadi penabuh drum tetap di band. Sebelumnya Otto adalah additional drum player yang membantu Cokelat menggarap dua single "Tanpa Rasa" dan "Drama".
Lomba giling para personel Cokelat dimenangkan oleh Ernest. Untuk kegiatan tersebut, Cokelat mendapat penghargaan dari Djarum berupa replika alat giling. Maryanto naik ke atas panggung dan menerimakan penghargaan tersebut kepada Cokelat. Grup musik yang nama "Cokelat" karena mereka ingin musik yang mereka suguhkan bisa dinikmati oleh semua kalangan seperti halnya makanan cokelat ini, kemudian membalas kerinduan 2.000-an penggemarnya di SKT Megawon, membawakan lagu-lagu mereka dengan iringan akustik yang tetap menggigit.
Di atas panggung Edwin meminta Jackline agar berkumunikasi dengan bahasa Jawa. Maka tertawalah Jackline, ia merasa bingung harus ngomong apa. Lalu tiba-tiba, “pripun kabare?” tanya Jackline. Bagaimana kabarnya? Dan langsung dijawab serentak, “sae.” Artinya, baik. Jackline bingung lagi, mau bilang apa lagi nih? Lalu seperti pertanyaan sekenanya, terlontar, “wis mangan apa durung?” Sudah makan apa belum?
Jackline tertawa sendiri sebenarnya begitu pertanyaan itu keluar. Dan para karyawati SKT Megawon 2 langsung menyahut, “belum!” Begitulah, keakraban Jackline dan personel Cokelat di tengah-tengah karyawan Djarum di SKT Megawon 2. Mereka mempersembahkan 5 lagu yang sudah tidak asing lagi di telinga penggemar Cokelat siang itu, antara lain: Karma, Betapa Aku Mencintaimu, Luka Lama, Segitiga dan Bendera.***
23/10/12
Hasil Seleksi Puisi PPN VI - Jambi
Yth. Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara
Salam,
Agenda Pertemuan Penyair Nusantara (PPN)-VI Jambi, yang dijadwalkan pada tanggal 28-31 Desember 2012, mendapat sambutan luar biasa dari para penyair Indonesia yang ada di berbagai penjuru Tanah Air. Perhatian yang sama datang dari penyair negara sahabat, seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand dan Hongkong. Demikian juga disampaikan beberapa peneliti sastra dari Korea Selatan, sehingga berencana hadir dalam perhelatan akbar ini.
Hingga batas akhir penerimaan puisi, tanggal 5 September 2012, tercatat hampir tiga ribu puisi yang masuk ke panitia dan diteruskan kepada Dewan Kurator untuk dipilih menjadi tiga ratus puisi. Tentu tidak mudah menilai puisi dengan tema, gaya estetik dan warna lokal yang beragam itu. Masing-masing Dewan Kurator, yang terdiri dari Acep Zamzam Noor, Dimas Arika Mihardja, dan Gus tf, dituntut obyektif sekaligus memiliki ketelitian yang tinggi.
Secara umum, proses kuratorial menghasilkan keberagaman tema dan gaya estetik, keberagaman domisili penyair, keberagaman usia penyair, keberagaman entitas yang disebut sebagai Nusantara. Berangkat dari hal itu, pembaca dapat mengetahui bagaimanaa aktivitas dan capaian estetik penyair peserta Pertemuan Penyair Nusantara VI sekaligus dapat mengabarkan adanya regenerasi penyair secara baik di berbagai tempat di Tanah Air maupun negara sahabat.
Sebagai pertanggung jawaban Dewan Kurator, hasil keputusan seleksi ini sacara tajam dan komprehensif akan ditulis dalam Antologi Puisi PPN-VI Jambi 2012. Kami atas nama panitia penyelenggara PPN-VI Jambi dan Dewan Kurator Puisi mengucapkan rasa terimakasih bagi semua penyair, baik Indonesia maupun negara sahabat, yang telah ikut serta dalam proses seleksi karya puisi.
Berikut nama-nama penyair hasil seleksi Dewan Kurator Puisi PPN-VI Jambi 2012, sesuai abjad dan wilayah Provinsi dan Negara sahabat.
Jambi
A David Khalilurrahman
Adi Suhara
Asro al-Murtawy
CH Yurma
Chory Marbawy
Didin Siroz
EM Yogiswara
Firdaus
Iif Ranupane
Iriani R Tandy
Jumardi Putra
Kamal Firdaus
M Husayri (Ary Ce’gu)
Marwan Kubu
Mulia Jaya
Puteri Soraya Mansur
Ramayani Riance
Ramoun Apta
Rini Febriani Hauri
Utomo Suconingrat
Yupnical Saketi
Aceh
De Kemalawati
LK Ara
Nazar Shah Alam
Sumatra Utara
A Rahim Qahhar
Afrion
Arie A Nasution
Hasan Al Banna
Idris Siregar
Ilham Wahyudi
Raudah Jambak
Suyadi San
Sartika Sari
Tina Aprida Marpaung
Sumatra Barat
Adri Sandra
Alizar Tanjung
Budi Saputra
Delvi Yandra
Esha Tegar Putra
Heru Joni Putra
Iyut Fitra
Karta Kusumah
Mahatma Muhammad
Muhammad Ibrahim Ilyas
Ragdi F Daye
Sulaiman Juned
Syarifuddin Arifin
Yori Kayama
Zelfeni Wimra
Riau
Ahlul Hukmi
Fakhrunnas M Jabbar
Hafney Maulana
Marhalim Zaini
Murdoks
Suharyoto Sastrosuwignyo
Kepulauan Riau
Tarmizi Rumahitam
Sumatra Selatan
Anwar Putra Bayu
Eko Putra
JJ Polong
Pringadi Abdi Surya
Lampung
Alya Salaisha-Sinta
Fitri Yani
Isbedy Stiawan ZS
Banten
Asyafa Jelata
Husnul Khuluqi
Na Lesmana
Sulaiman Djaya
Toto ST Radik
Wahyu Arya
Jakarta
Ahmadun Yosi Herfanda
Alex R Nainggolan
Bambang Widiatmoko
Budhi Setyawan
Diah Hadaning
Doddi Ahmad Fauzi
Edy A Effendi
Frans Ekodhanto Purba
Hasan Bisri BFC
Lailatul Kiptiyah
Lukman A Sya
Mustafa Ismail
Nirwan Dewanto
Nia Samsihono
Ook Nugroho
Sihar Ramses Sakti Simatupang
Tulus Wijanarko
Yvone de Fretes
Jawa Barat
Ahda Imran
Acep Syahril
Ahmad Faisal Imron
Ahmad Syahid
Arinda Risa Kamal
Atasi Amin
Bode Riswandi
Evi Sefiani
Heri Maja Kelana
Herton Maridi
Jun Nizami
Khoer Jurzani
Lintang Ismaya
Nissa Rengganis
Romyan Fauzan
Sinta Ridwan
Soni Farid Maulana
Syarif Hidayatullah
Toni Lesmana
Willy Fahmy Agiska
Windu Mandela
Yusran Arifin
Zulkifli Songyanan
Jawa Tengah
Arif Fitria Kurniawan
Gunawan Tri Atmodjo
Jumari HS
M Enthieh Mudakir
Galih Pandu
Nana Riskhi Susanti
Nurochman Sudibyo YS
Rudy Ramdani
Thomas Budhi Santoso
Wachyu Pras
Wintala Achmad
Yudhi MS
Yogyakarta
Afrizal Malna
Abdul Wachid BS
Badrul Munir Chair
Boedi Ismanto SA
Bustan Basir Maras
Dorothea Rosa Herliany
Iman Budhi Santosa
Joko Pinurbo
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Raudal Tanjung Banua
Riswan Hidayat
Satmoko Budi Santosa
Shohifur Ridho Ilahi
Jawa Timur
Ach. Nurcholis Majid
Ahmad Muchlish Amrin
Asa Jatmiko
A’yat Khalili
Beni Setia
Dian Hartati
F Rizal Alief
Hidayat Raharja
Kamil Dayasawa
Lina Kelana
M Faizi
Mardi Luhung
Matroni el-Moezany
Nanang Suryadi
R Giryadi
Rahmat Ali
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Viddy AD Daery
Bali
Dhenok Kristianti
Frischa Aswarini
Ni Made Purnama Sari
Ni Putu Rastiti
Ni Wayan Idayati
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Nusa Tenggara Barat
Dinullah Rayes
Fatih Kudus Jailani
Fitri Rachmawati
Ilham Fahmi
Irma Agryanti
Kiki Sulistyo
Sindu Putra
Tjak S Parlan
Udin Sape Bima
Nusa Tenggara Timur
Bara Pattyradja
Mario F Lawi
Yoseph Yapi Taum
Kalimantan Selatan
Ali Syamsudin Arsyi
Arsyad Indradi
Hudan Nur
Mahmud Jauhari Ali
Sulawesi Tenggara
Syaifuddin Gani
Sulawesi Selatan
Dalasari Pera
Muhammad Aswar
Sulawesi Utara
Arther Panther Olii
Oddie Frente
Maluku Utara
Dino Umahuk
Mariana Lawier
Papua
Dwi Rahariyoso
NEGARA SAHABAT
Malaysia
A Razak Adam
Abang Patdeli Abang Muhi
Aminudin Mansor
Benyamin Matussin
Khalid Salleh
Mabulmaddin Shaiddin
Marsli NO
Muhammad Puad
Naffi Mat
Rahimidin Zahari
Saleh Rahamat
Sani La Bise
Shamsudin Othman
Syed Mohd. Zakir
Singapura
Abdul Samad Salimin
Ahmad Md Tahir
Almahdi Al-Haj bin Ibrahim
Herman Mutiara
Noor Aisya Binte Buang
Noor Hasnah Adam
Rohani Din
Brunei Darussalam
Adi Aswara
Anjungbuana
Kamarudin bin Pengiran Haji Othman
Nazwan Karim
Zefri Ariff
Thailand
Phaosan Jehwae
(sumber: blog pertemuan penyair nusantara VI - Jambi***
Salam,
Agenda Pertemuan Penyair Nusantara (PPN)-VI Jambi, yang dijadwalkan pada tanggal 28-31 Desember 2012, mendapat sambutan luar biasa dari para penyair Indonesia yang ada di berbagai penjuru Tanah Air. Perhatian yang sama datang dari penyair negara sahabat, seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand dan Hongkong. Demikian juga disampaikan beberapa peneliti sastra dari Korea Selatan, sehingga berencana hadir dalam perhelatan akbar ini.
Hingga batas akhir penerimaan puisi, tanggal 5 September 2012, tercatat hampir tiga ribu puisi yang masuk ke panitia dan diteruskan kepada Dewan Kurator untuk dipilih menjadi tiga ratus puisi. Tentu tidak mudah menilai puisi dengan tema, gaya estetik dan warna lokal yang beragam itu. Masing-masing Dewan Kurator, yang terdiri dari Acep Zamzam Noor, Dimas Arika Mihardja, dan Gus tf, dituntut obyektif sekaligus memiliki ketelitian yang tinggi.
Secara umum, proses kuratorial menghasilkan keberagaman tema dan gaya estetik, keberagaman domisili penyair, keberagaman usia penyair, keberagaman entitas yang disebut sebagai Nusantara. Berangkat dari hal itu, pembaca dapat mengetahui bagaimanaa aktivitas dan capaian estetik penyair peserta Pertemuan Penyair Nusantara VI sekaligus dapat mengabarkan adanya regenerasi penyair secara baik di berbagai tempat di Tanah Air maupun negara sahabat.
Sebagai pertanggung jawaban Dewan Kurator, hasil keputusan seleksi ini sacara tajam dan komprehensif akan ditulis dalam Antologi Puisi PPN-VI Jambi 2012. Kami atas nama panitia penyelenggara PPN-VI Jambi dan Dewan Kurator Puisi mengucapkan rasa terimakasih bagi semua penyair, baik Indonesia maupun negara sahabat, yang telah ikut serta dalam proses seleksi karya puisi.
Berikut nama-nama penyair hasil seleksi Dewan Kurator Puisi PPN-VI Jambi 2012, sesuai abjad dan wilayah Provinsi dan Negara sahabat.
Jambi
A David Khalilurrahman
Adi Suhara
Asro al-Murtawy
CH Yurma
Chory Marbawy
Didin Siroz
EM Yogiswara
Firdaus
Iif Ranupane
Iriani R Tandy
Jumardi Putra
Kamal Firdaus
M Husayri (Ary Ce’gu)
Marwan Kubu
Mulia Jaya
Puteri Soraya Mansur
Ramayani Riance
Ramoun Apta
Rini Febriani Hauri
Utomo Suconingrat
Yupnical Saketi
Aceh
De Kemalawati
LK Ara
Nazar Shah Alam
Sumatra Utara
A Rahim Qahhar
Afrion
Arie A Nasution
Hasan Al Banna
Idris Siregar
Ilham Wahyudi
Raudah Jambak
Suyadi San
Sartika Sari
Tina Aprida Marpaung
Sumatra Barat
Adri Sandra
Alizar Tanjung
Budi Saputra
Delvi Yandra
Esha Tegar Putra
Heru Joni Putra
Iyut Fitra
Karta Kusumah
Mahatma Muhammad
Muhammad Ibrahim Ilyas
Ragdi F Daye
Sulaiman Juned
Syarifuddin Arifin
Yori Kayama
Zelfeni Wimra
Riau
Ahlul Hukmi
Fakhrunnas M Jabbar
Hafney Maulana
Marhalim Zaini
Murdoks
Suharyoto Sastrosuwignyo
Kepulauan Riau
Tarmizi Rumahitam
Sumatra Selatan
Anwar Putra Bayu
Eko Putra
JJ Polong
Pringadi Abdi Surya
Lampung
Alya Salaisha-Sinta
Fitri Yani
Isbedy Stiawan ZS
Banten
Asyafa Jelata
Husnul Khuluqi
Na Lesmana
Sulaiman Djaya
Toto ST Radik
Wahyu Arya
Jakarta
Ahmadun Yosi Herfanda
Alex R Nainggolan
Bambang Widiatmoko
Budhi Setyawan
Diah Hadaning
Doddi Ahmad Fauzi
Edy A Effendi
Frans Ekodhanto Purba
Hasan Bisri BFC
Lailatul Kiptiyah
Lukman A Sya
Mustafa Ismail
Nirwan Dewanto
Nia Samsihono
Ook Nugroho
Sihar Ramses Sakti Simatupang
Tulus Wijanarko
Yvone de Fretes
Jawa Barat
Ahda Imran
Acep Syahril
Ahmad Faisal Imron
Ahmad Syahid
Arinda Risa Kamal
Atasi Amin
Bode Riswandi
Evi Sefiani
Heri Maja Kelana
Herton Maridi
Jun Nizami
Khoer Jurzani
Lintang Ismaya
Nissa Rengganis
Romyan Fauzan
Sinta Ridwan
Soni Farid Maulana
Syarif Hidayatullah
Toni Lesmana
Willy Fahmy Agiska
Windu Mandela
Yusran Arifin
Zulkifli Songyanan
Jawa Tengah
Arif Fitria Kurniawan
Gunawan Tri Atmodjo
Jumari HS
M Enthieh Mudakir
Galih Pandu
Nana Riskhi Susanti
Nurochman Sudibyo YS
Rudy Ramdani
Thomas Budhi Santoso
Wachyu Pras
Wintala Achmad
Yudhi MS
Yogyakarta
Afrizal Malna
Abdul Wachid BS
Badrul Munir Chair
Boedi Ismanto SA
Bustan Basir Maras
Dorothea Rosa Herliany
Iman Budhi Santosa
Joko Pinurbo
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Raudal Tanjung Banua
Riswan Hidayat
Satmoko Budi Santosa
Shohifur Ridho Ilahi
Jawa Timur
Ach. Nurcholis Majid
Ahmad Muchlish Amrin
Asa Jatmiko
A’yat Khalili
Beni Setia
Dian Hartati
F Rizal Alief
Hidayat Raharja
Kamil Dayasawa
Lina Kelana
M Faizi
Mardi Luhung
Matroni el-Moezany
Nanang Suryadi
R Giryadi
Rahmat Ali
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Viddy AD Daery
Bali
Dhenok Kristianti
Frischa Aswarini
Ni Made Purnama Sari
Ni Putu Rastiti
Ni Wayan Idayati
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Nusa Tenggara Barat
Dinullah Rayes
Fatih Kudus Jailani
Fitri Rachmawati
Ilham Fahmi
Irma Agryanti
Kiki Sulistyo
Sindu Putra
Tjak S Parlan
Udin Sape Bima
Nusa Tenggara Timur
Bara Pattyradja
Mario F Lawi
Yoseph Yapi Taum
Kalimantan Selatan
Ali Syamsudin Arsyi
Arsyad Indradi
Hudan Nur
Mahmud Jauhari Ali
Sulawesi Tenggara
Syaifuddin Gani
Sulawesi Selatan
Dalasari Pera
Muhammad Aswar
Sulawesi Utara
Arther Panther Olii
Oddie Frente
Maluku Utara
Dino Umahuk
Mariana Lawier
Papua
Dwi Rahariyoso
NEGARA SAHABAT
Malaysia
A Razak Adam
Abang Patdeli Abang Muhi
Aminudin Mansor
Benyamin Matussin
Khalid Salleh
Mabulmaddin Shaiddin
Marsli NO
Muhammad Puad
Naffi Mat
Rahimidin Zahari
Saleh Rahamat
Sani La Bise
Shamsudin Othman
Syed Mohd. Zakir
Singapura
Abdul Samad Salimin
Ahmad Md Tahir
Almahdi Al-Haj bin Ibrahim
Herman Mutiara
Noor Aisya Binte Buang
Noor Hasnah Adam
Rohani Din
Brunei Darussalam
Adi Aswara
Anjungbuana
Kamarudin bin Pengiran Haji Othman
Nazwan Karim
Zefri Ariff
Thailand
Phaosan Jehwae
(sumber: blog pertemuan penyair nusantara VI - Jambi***
19/09/12
TBT SKT Kembali Bergulir
Team Building Training atau sering dikenal sebagai TBT yang diikuti rekan-rekan karyawan Harian SKT PT. Djarum kembali bergulir. Setelah jeda selama beberapa bulan karena memasuki Bulan Ramadhan dan juga pemenuhan order produksi, satu angkatan TBT telah kembali digelar pada 14 – 16 September 2012 dengan lokasi di Amanda Hills, Ambarawa.
Pada salah satu sesi game, masing-masing peserta diberi satu amplop besar. Masing-masing amplop berisi potongan-potongan dari sebuah bangun bujur sangkar bersisi 20 cm. Akan tetapi, pada setiap amplop, potongan-potongan itu telah diacak, sehingga apabila mengandalkan potongan-potongan yang ada di dalam satu amplop, niscaya tidak akan berhasil membentuk satu buah bujur sangkar utuh.
Oleh karena itu, masing-masing peserta harus mencari bagian yang kurang tersebut. Atau bahkan memberikannya kepada rekan lain apabila dirasa tidak ia butuhkan. Dengan demikian, antar rekan satu dengan yang lain dalam satu kelompok harus saling bertukar potongan bujur sangkar, kecuali ada beberapa potongan yang bertanda khusus, mutlak menjadi milik dan tidak boleh diberikan kepada orang lain.
Permainan tersebut bernama Tangrams, dan akan dimulai ketika semua peserta paham terhadap aturan main. Termasuk di dalamnya adalah tidak boleh meminta potongan kepada rekan lain. Dia boleh memberi, dan tidak boleh menolak ketika diberi. Nah, permainan ini juga melarang adanya komunikasi dalam bentuk apapun pada saat game berlangsung.
Hening dan sunyi. Udara segar pegunungan langsung merayap terasa mengusap kulit. Tetapi entah bagi para peserta, saat itu mereka sibuk menguras pikiran untuk menyusun, mengacak, dan menyusun kembali bangun bujur sangkar yang tak jua terbentuk. Empat belas orang pada setiap kelompok yang duduk melingkar tadi masing-masing memperhatikan potongan-potongan yang ada di depannya. Sesekali terlihat rekan yang bergerak ke depan, memberikan potongan yang dipegangnya kepada rekan lain.
Setelah beberapa menit yang telah disepakati habis, pengampu akan menghentikan semua aktivitas. Permainan berhenti. Semua mata memandang ke beberapa bujur sangkar yang berhasil terbentuk utuh, beberapa hanya tinggal memiliki satu potongan, dan ada seorang lainnya yang memiliki terlampau banyak potongan sehingga malah kebingungan dan tidak terbentuk satu bujur sangkar utuh satu pun. Padahal tim tersebut akan dikatakan berhasil apabila setiap peserta berhasil membentuk masing-masing satu bujur sangkar utuh.
Apakah tim tersebut bisa dikatakan berhasil dengan kondisi demikian? Apa yang dirasakan oleh masing-masing peserta ketika game berlangsung? Apa gerangan yang menjadi penyebabnya? Lantas pelajaran penting apa yang bisa kita dapat dari pengalaman game itu? Bagaimana dengan sikap kita selama ini? Bagaimana sebaiknya kita bersikap? Kalau nilai-nilai itu penting bagi sebuah tim agar bisa sukses, mulai kapan kita akan merubah diri dan memulai melakukan hal-hal penting dan efektif bagi tim?
Akhirnya seluruh peserta diberi kesempatan untuk menyusun kembali potongan-potongan tersebut menjadi empat belas bujur sangkar untuk masing-masing peserta. Kali ini diperbolehkan dengan melakukan komunikasi dalam bentuk apapun. Dan beberapa saat, empat belas bujur sangkar tersebut pun jadilah!
Ada yang merelakan diri bujur sangkar yang utuh itu dibongkar, dan memberikan satu potongannya untuk rekan yang membutuhkan. Ada juga yang tidak merelakan bujur sangkar yang telah terbentuk itu dibongkar, padahal di salah satu potongannya bisa melengkapi bujur sangkar rekan lain. Ada jalinan komunikasi yang lebih efektif untuk segera memperbaiki kekurangan masing-masing. Berbeda sekali ketika komunikasi tidak diperbolehkan, semua berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada saling pemahaman.
Dan masih banyak nilai-nilai yang bisa diambil sebagai pelajaran dari game tersebut, tergantung bagaimana pengalaman yang dirasakan oleh tiap tim. Dengan demikian, melalui sharing di akhir game, masing-masing peserta diharapkan akan dapat lebih memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak semestinya dilakukan. Menambahkan pengalaman baru pada ketika melihat masalah, cara berpikir dan menyelesaikannya. Begitulah, dinamika sebuah tim bergerak, diasah dan diuji melalui game-game yang ada di sepanjang pelatihan TBT.
TBT yang baru saja berlangsung pada 14 – 16 September lalu diikuti oleh 42 karyawan Harian dari SKT Megawon 1. Kegiatan mereka dikawal langsung oleh Mariyanto, supervisor mereka. Para pengampu yang terlibat, antara lain: Heru Herawan, Asa Jatmiko, Chanif, M. Syafi’ Hidayat, Usdiyanto, Selamet, Sutrisno, Sunoto, Akmal Asari, dan Mursyid. Sementara senior fasilitator yang hadir sekaligus mewakili management, antara lain: Oey Riwayat Slamet dan Andreas Teguh Prayoga.
Salah satu keunggulan pada pelatihan TBT SKT adalah adanya sesi renungan, yang disajikan pada hampir tengah malam. Oey Riwayat Slamet mengemukakan bahwa renungan menjadi sesi waktu yang penting untuk mengajak kita semua meneliti batin, menyegarkan kembali motivasi hidup dan perjuangan dan membuat kita sendiri secara sadar berkomitmen untuk mau berubah, sanggup menjalani perjuangan-perjuangan di kehidupan dengan lebih kuat dan kepercayaan diri pada keberhasilan yang akan diraih.
Merenungkan diri pada kenyataan diri yang lemah, tetapi sesungguhnya memiliki potensi positif yang besar. Kemudian mengakui bahwa kekuatan-kekuatan diri akan semakin besar apabila mampu menjalin kerjasama dengan orang lain, menerima orang lain apa adanya, juga kesanggupan untuk menerima kritik dan masukan. Nilai-nilai tersebut membawa air mata setiap para peserta jatuh dan mengalir deras membasahi pipi.
Kesempatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan penguatan. Bahwa hidup bisa saja membuat kita menjadi lemah, tetapi hidup juga merupakan tawaran untuk bangkit atau tetap di sini. Potensi dan semangat yang disimbolkan dengan batang-batang lilin kecil di ruang aula, berganti menjadi api unggun besar di sebuah lapangan. Menyatukan semangat-semangat itu untuk terus menyala lebih besar lagi dan menjaganya untuk menyertai setiap langkah kehidupan kita. Semangat dan kesanggupan untuk berubah tersebut menjadi bekal bagi kita untuk meraih kesuksesan.
Asa Jatmiko yang memimpin acara renungan, berteriak-teriak dari sudut lapangan, tidak dengan menawarkan hiburan dan kesenangan. Tetapi justru dengan melontarkan pertanyaan, apakah pengalaman pelatihan ini akan bermakna atau sia-sia, sama sekali tergantung pada pilihan masing-masing peserta. Tidak ada yang memaksa orang untuk berubah, tetapi tidak ada orang yang ingkar bahwa kesuksesan tetaplah menjadi tujuan dari kita semua. Karena yang bisa merubah diri kita, bukanlah orang lain. Pun bukan orang yang dekat dengan kita sekalipun. Diri kita sendiri yang bisa menentukan perubahan itu!
Pelatihan TBT SKT yang diikuti SKT Megawon 1 berakhir pada Hari Minggu siang, setelah semua tim menjadi satu tim besar dan berhasil membangun sebuah rumah idaman. Rumah yang mereka bangun sendiri, dengan kekuatan dan perjuangan mereka. Apa yang sudah mereka bangun, niscaya mereka akan jaga, pelihara dan sangat mungkin nantinya berkembang menjadi rumah idaman yang sesungguhnya, dimana kesuksesan, ketentraman dan kedamaian dirasakan bersama. Sebagaimana kita semua, bersama-sama, membangun rumah besar PT. Djarum.
Dalam penutupnya, Oey Riwayat Slamet berpesan bahwa semua itu bisa kita lakukan apabila kita bisa bekerjasama dengan baik. Sebagaimana yang diamanatkan oleh CEO Robert Budi Hartono, Manager SKT Oey Riwayat Slamet mengatakan bahwa kita hanya bisa sukses apabila kita bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Untuk bisa bekerja sama kita memerlukan nilai-nilai kerja yang sama. Apabila kita bisa bekerja sama dengan baik, kita akan sukses bersama.***
-asajatmiko-
Pada salah satu sesi game, masing-masing peserta diberi satu amplop besar. Masing-masing amplop berisi potongan-potongan dari sebuah bangun bujur sangkar bersisi 20 cm. Akan tetapi, pada setiap amplop, potongan-potongan itu telah diacak, sehingga apabila mengandalkan potongan-potongan yang ada di dalam satu amplop, niscaya tidak akan berhasil membentuk satu buah bujur sangkar utuh.
Oleh karena itu, masing-masing peserta harus mencari bagian yang kurang tersebut. Atau bahkan memberikannya kepada rekan lain apabila dirasa tidak ia butuhkan. Dengan demikian, antar rekan satu dengan yang lain dalam satu kelompok harus saling bertukar potongan bujur sangkar, kecuali ada beberapa potongan yang bertanda khusus, mutlak menjadi milik dan tidak boleh diberikan kepada orang lain.
Permainan tersebut bernama Tangrams, dan akan dimulai ketika semua peserta paham terhadap aturan main. Termasuk di dalamnya adalah tidak boleh meminta potongan kepada rekan lain. Dia boleh memberi, dan tidak boleh menolak ketika diberi. Nah, permainan ini juga melarang adanya komunikasi dalam bentuk apapun pada saat game berlangsung.
Hening dan sunyi. Udara segar pegunungan langsung merayap terasa mengusap kulit. Tetapi entah bagi para peserta, saat itu mereka sibuk menguras pikiran untuk menyusun, mengacak, dan menyusun kembali bangun bujur sangkar yang tak jua terbentuk. Empat belas orang pada setiap kelompok yang duduk melingkar tadi masing-masing memperhatikan potongan-potongan yang ada di depannya. Sesekali terlihat rekan yang bergerak ke depan, memberikan potongan yang dipegangnya kepada rekan lain.
Setelah beberapa menit yang telah disepakati habis, pengampu akan menghentikan semua aktivitas. Permainan berhenti. Semua mata memandang ke beberapa bujur sangkar yang berhasil terbentuk utuh, beberapa hanya tinggal memiliki satu potongan, dan ada seorang lainnya yang memiliki terlampau banyak potongan sehingga malah kebingungan dan tidak terbentuk satu bujur sangkar utuh satu pun. Padahal tim tersebut akan dikatakan berhasil apabila setiap peserta berhasil membentuk masing-masing satu bujur sangkar utuh.
Apakah tim tersebut bisa dikatakan berhasil dengan kondisi demikian? Apa yang dirasakan oleh masing-masing peserta ketika game berlangsung? Apa gerangan yang menjadi penyebabnya? Lantas pelajaran penting apa yang bisa kita dapat dari pengalaman game itu? Bagaimana dengan sikap kita selama ini? Bagaimana sebaiknya kita bersikap? Kalau nilai-nilai itu penting bagi sebuah tim agar bisa sukses, mulai kapan kita akan merubah diri dan memulai melakukan hal-hal penting dan efektif bagi tim?
Akhirnya seluruh peserta diberi kesempatan untuk menyusun kembali potongan-potongan tersebut menjadi empat belas bujur sangkar untuk masing-masing peserta. Kali ini diperbolehkan dengan melakukan komunikasi dalam bentuk apapun. Dan beberapa saat, empat belas bujur sangkar tersebut pun jadilah!
Ada yang merelakan diri bujur sangkar yang utuh itu dibongkar, dan memberikan satu potongannya untuk rekan yang membutuhkan. Ada juga yang tidak merelakan bujur sangkar yang telah terbentuk itu dibongkar, padahal di salah satu potongannya bisa melengkapi bujur sangkar rekan lain. Ada jalinan komunikasi yang lebih efektif untuk segera memperbaiki kekurangan masing-masing. Berbeda sekali ketika komunikasi tidak diperbolehkan, semua berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada saling pemahaman.
Dan masih banyak nilai-nilai yang bisa diambil sebagai pelajaran dari game tersebut, tergantung bagaimana pengalaman yang dirasakan oleh tiap tim. Dengan demikian, melalui sharing di akhir game, masing-masing peserta diharapkan akan dapat lebih memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak semestinya dilakukan. Menambahkan pengalaman baru pada ketika melihat masalah, cara berpikir dan menyelesaikannya. Begitulah, dinamika sebuah tim bergerak, diasah dan diuji melalui game-game yang ada di sepanjang pelatihan TBT.
TBT yang baru saja berlangsung pada 14 – 16 September lalu diikuti oleh 42 karyawan Harian dari SKT Megawon 1. Kegiatan mereka dikawal langsung oleh Mariyanto, supervisor mereka. Para pengampu yang terlibat, antara lain: Heru Herawan, Asa Jatmiko, Chanif, M. Syafi’ Hidayat, Usdiyanto, Selamet, Sutrisno, Sunoto, Akmal Asari, dan Mursyid. Sementara senior fasilitator yang hadir sekaligus mewakili management, antara lain: Oey Riwayat Slamet dan Andreas Teguh Prayoga.
Salah satu keunggulan pada pelatihan TBT SKT adalah adanya sesi renungan, yang disajikan pada hampir tengah malam. Oey Riwayat Slamet mengemukakan bahwa renungan menjadi sesi waktu yang penting untuk mengajak kita semua meneliti batin, menyegarkan kembali motivasi hidup dan perjuangan dan membuat kita sendiri secara sadar berkomitmen untuk mau berubah, sanggup menjalani perjuangan-perjuangan di kehidupan dengan lebih kuat dan kepercayaan diri pada keberhasilan yang akan diraih.
Merenungkan diri pada kenyataan diri yang lemah, tetapi sesungguhnya memiliki potensi positif yang besar. Kemudian mengakui bahwa kekuatan-kekuatan diri akan semakin besar apabila mampu menjalin kerjasama dengan orang lain, menerima orang lain apa adanya, juga kesanggupan untuk menerima kritik dan masukan. Nilai-nilai tersebut membawa air mata setiap para peserta jatuh dan mengalir deras membasahi pipi.
Kesempatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan penguatan. Bahwa hidup bisa saja membuat kita menjadi lemah, tetapi hidup juga merupakan tawaran untuk bangkit atau tetap di sini. Potensi dan semangat yang disimbolkan dengan batang-batang lilin kecil di ruang aula, berganti menjadi api unggun besar di sebuah lapangan. Menyatukan semangat-semangat itu untuk terus menyala lebih besar lagi dan menjaganya untuk menyertai setiap langkah kehidupan kita. Semangat dan kesanggupan untuk berubah tersebut menjadi bekal bagi kita untuk meraih kesuksesan.
Asa Jatmiko yang memimpin acara renungan, berteriak-teriak dari sudut lapangan, tidak dengan menawarkan hiburan dan kesenangan. Tetapi justru dengan melontarkan pertanyaan, apakah pengalaman pelatihan ini akan bermakna atau sia-sia, sama sekali tergantung pada pilihan masing-masing peserta. Tidak ada yang memaksa orang untuk berubah, tetapi tidak ada orang yang ingkar bahwa kesuksesan tetaplah menjadi tujuan dari kita semua. Karena yang bisa merubah diri kita, bukanlah orang lain. Pun bukan orang yang dekat dengan kita sekalipun. Diri kita sendiri yang bisa menentukan perubahan itu!
Pelatihan TBT SKT yang diikuti SKT Megawon 1 berakhir pada Hari Minggu siang, setelah semua tim menjadi satu tim besar dan berhasil membangun sebuah rumah idaman. Rumah yang mereka bangun sendiri, dengan kekuatan dan perjuangan mereka. Apa yang sudah mereka bangun, niscaya mereka akan jaga, pelihara dan sangat mungkin nantinya berkembang menjadi rumah idaman yang sesungguhnya, dimana kesuksesan, ketentraman dan kedamaian dirasakan bersama. Sebagaimana kita semua, bersama-sama, membangun rumah besar PT. Djarum.
Dalam penutupnya, Oey Riwayat Slamet berpesan bahwa semua itu bisa kita lakukan apabila kita bisa bekerjasama dengan baik. Sebagaimana yang diamanatkan oleh CEO Robert Budi Hartono, Manager SKT Oey Riwayat Slamet mengatakan bahwa kita hanya bisa sukses apabila kita bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Untuk bisa bekerja sama kita memerlukan nilai-nilai kerja yang sama. Apabila kita bisa bekerja sama dengan baik, kita akan sukses bersama.***
-asajatmiko-
Terbang Papat Assalafiyyah
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah.
Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa Prambatan Kidul, pada sekitar tahun 1950-an, tersebutlah seorang ustad muda bernama Syahlan. Dia seorang pendatang dari Bangsri, Jepara.
Saat itu, Dukuh Karang Wetan masih jarang yang memeluk agama Islam. Orang-orang menyebutnya sebagai “abangan”. Di dukuh tersebut, Ustad Syahlan kemudian mendirikan sebuah langgar. Tiba pada masa sulit, desa itu mengalami banyak musibah atau pagebluk. Banyak penduduk yang sakit, tidak sedikit yang kemudian meninggal. Saking seringnya, ada ungkapan malam sakit paginya meninggal dan pagi sakit sorenya meninggal.
Maka tercetuslah usulan dari sebagain besar warga agar diadakan Jam’iyyah Tahlil, yang kemudian dikenal dengan DSH (Djam’iyyah Tsamrotul Hidayah), dengan mengagendakan kegiatan Terbang Papat. Dengan para pengurus saat itu yang dipimpin oleh Ustad Syahlan, sementara pengurus Terbang papat dipercayakan kepada H. Abdullah Hanan dari tahun 1950 – 1960. Dan kemudian terus berganti pucuk pimpinannya pada setiap sepuluh tahun, antara lain: Khusnen, Asrofi dan kemudian Maswan Budi Siswanto hingga akhir 1990, yang kemudian dari situ kepengurusan Terbang Papat dipercayakan Remaja Masjid Al Hidayah.
Tahun 1992, kepengurusan Terbang Papat digantikan oleh Remaja Masjid Darul Istiqomah, dengan pimpinan Imam Supardi. Agenda latihannya setiap Minggu malam setelah membaca Sholawat dan Al Barjanzi.
Tahun 1995 dibentuklah kepengurusan baru dan membuat nama Jam’iyyah Terbang Papat yang bernama Assalafiyyah, yang berarti Bongso Kuno. Terpilih juga para pengurus yang baru yakni Suharto HS, Ade Rhomawan, Budiono dengan pelatih tabuh dan vokal M. Shodiqin. Dengan penabuh jidur Moh. Sholeh, dan para penabuh terbang, antara lain: Ahmadi, Imam Supardi, Tuharto, Sabu Chambali, Noor Hadi KW dan Noor Hadi, S.Pd.I.
Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah inilah yang pada acara halal bi halal keluarga besar Djarum tampil menunjukkan kebolehannya. Mereka memiliki visi yang jelas, yakni melestarikan peninggalan budaya Kanjeng Sunan Kudus. Dengan Terbang Papat, diharapkan mereka mampu melakukan syiar untuk membiasakan masyarakat bersholawat nabi, mengajak berbuat kebenaran dan menolak kemungkaran, serta melayani masyarakat.
Prestasi Assalafiyyah, antara lain: menjadi penampil Terbang Papat pada Konggres Seniman se-Indonesia di Gedung DPRD Kudus tahun 2008, berpartisipasi dalam setiap peringatan HUT Kota Kudus, festival Terbang Papat dan menjadi peserta pemecahan rekor Muri di Masjid Agung Kudus, tahun 2012.***
-asajatmiko-
Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa Prambatan Kidul, pada sekitar tahun 1950-an, tersebutlah seorang ustad muda bernama Syahlan. Dia seorang pendatang dari Bangsri, Jepara.
Saat itu, Dukuh Karang Wetan masih jarang yang memeluk agama Islam. Orang-orang menyebutnya sebagai “abangan”. Di dukuh tersebut, Ustad Syahlan kemudian mendirikan sebuah langgar. Tiba pada masa sulit, desa itu mengalami banyak musibah atau pagebluk. Banyak penduduk yang sakit, tidak sedikit yang kemudian meninggal. Saking seringnya, ada ungkapan malam sakit paginya meninggal dan pagi sakit sorenya meninggal.
Maka tercetuslah usulan dari sebagain besar warga agar diadakan Jam’iyyah Tahlil, yang kemudian dikenal dengan DSH (Djam’iyyah Tsamrotul Hidayah), dengan mengagendakan kegiatan Terbang Papat. Dengan para pengurus saat itu yang dipimpin oleh Ustad Syahlan, sementara pengurus Terbang papat dipercayakan kepada H. Abdullah Hanan dari tahun 1950 – 1960. Dan kemudian terus berganti pucuk pimpinannya pada setiap sepuluh tahun, antara lain: Khusnen, Asrofi dan kemudian Maswan Budi Siswanto hingga akhir 1990, yang kemudian dari situ kepengurusan Terbang Papat dipercayakan Remaja Masjid Al Hidayah.
Tahun 1992, kepengurusan Terbang Papat digantikan oleh Remaja Masjid Darul Istiqomah, dengan pimpinan Imam Supardi. Agenda latihannya setiap Minggu malam setelah membaca Sholawat dan Al Barjanzi.
Tahun 1995 dibentuklah kepengurusan baru dan membuat nama Jam’iyyah Terbang Papat yang bernama Assalafiyyah, yang berarti Bongso Kuno. Terpilih juga para pengurus yang baru yakni Suharto HS, Ade Rhomawan, Budiono dengan pelatih tabuh dan vokal M. Shodiqin. Dengan penabuh jidur Moh. Sholeh, dan para penabuh terbang, antara lain: Ahmadi, Imam Supardi, Tuharto, Sabu Chambali, Noor Hadi KW dan Noor Hadi, S.Pd.I.
Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah inilah yang pada acara halal bi halal keluarga besar Djarum tampil menunjukkan kebolehannya. Mereka memiliki visi yang jelas, yakni melestarikan peninggalan budaya Kanjeng Sunan Kudus. Dengan Terbang Papat, diharapkan mereka mampu melakukan syiar untuk membiasakan masyarakat bersholawat nabi, mengajak berbuat kebenaran dan menolak kemungkaran, serta melayani masyarakat.
Prestasi Assalafiyyah, antara lain: menjadi penampil Terbang Papat pada Konggres Seniman se-Indonesia di Gedung DPRD Kudus tahun 2008, berpartisipasi dalam setiap peringatan HUT Kota Kudus, festival Terbang Papat dan menjadi peserta pemecahan rekor Muri di Masjid Agung Kudus, tahun 2012.***
-asajatmiko-
Terbang Papat, Mahakarya Kebudayaan
Kesenian Terbang Papat merupakan kesenian tradisi khas Kudus. Dari masa ke masa, kesenian tersebut semakin ditinggalkan masyarakatnya. Alih-alih mengenal permainan alat musik kemplong, telon, salakan, dan lajer dengan melantunkan Albarzanji, Terbang Papat juga semakin menjadi sesuatu yang asing bagi generasi muda. Itulah yang mendorong diadakannya tabuh Terbang Papat oleh Forum Komunikasi Terbang Papat (FKTP) yang diketuai Kholid Seif.
Bahkan agenda tabuh Terbang Papat pada bulan Juli yang lalu berhasil memecahkan rekor tabuh Terbang Papat terlama. Rekor tabuh terbang papat ini melibatkan 131 grup dari ratusan desa yang berasal dari setiap kecamatan yang ada. “Lamanya waktu tabuh terbang ini adalah 87 jam dengan durasi main setiap grup selama 40 menit,” ujarnya.
Kegiatan pemecahan rekor Muri mengambil tema “Menabur Sholawat Menuai Syafa’at” ini berlangsung pada 15 - 19 Juli 2012. “Terbang papat kami yakini sebagai seni khas Kudus yang harus dilestarikan,” ujar Kholid Seif yang juga ketua Forum Komunikasi Terbang Papat (FKTP).
Sementara itu Sri Widayati, perwakilan Muri (Museum Rekor Indonesia) mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik gagasan mencatatkan rekor tabuh terbang papat ini sebagai upaya menyemangati masyarakat melestarikan tradisi warisan para sesepuh itu. “Atas prestasi dan semangat nguri-nguri seni tradisi ini, kami berikan penghargaan sekaligus bukti peraihan penghargaan dunia berkategori mahakarya kebudayaan,” ujarnya saat menyerahkan penghargaan bersamaan dengan pelaksanaan kirab prosesi dandangan di alun-alun Kudus menjelang Ramadhan yang lalu.
Kholid Seif menambahkan rekor Muri menjadi titik awal bangkitnya kembali seni tradisi Kudus terutama Terbang Papat.Terbang Papat, katanya, memiliki kekhasan tersendiri dibanding seni-seni yang sejenis seperti hadrah, rebana dan marawis. “Dari jenis iramanya memiliki nama yang khas, mulai kemplong, lajer, salahan dan telon ditambah jidur. Iramanya sangat rancak dan enak didengar,” tuturnya.
-asajatmiko, dari berbagai sumber-
Bahkan agenda tabuh Terbang Papat pada bulan Juli yang lalu berhasil memecahkan rekor tabuh Terbang Papat terlama. Rekor tabuh terbang papat ini melibatkan 131 grup dari ratusan desa yang berasal dari setiap kecamatan yang ada. “Lamanya waktu tabuh terbang ini adalah 87 jam dengan durasi main setiap grup selama 40 menit,” ujarnya.
Kegiatan pemecahan rekor Muri mengambil tema “Menabur Sholawat Menuai Syafa’at” ini berlangsung pada 15 - 19 Juli 2012. “Terbang papat kami yakini sebagai seni khas Kudus yang harus dilestarikan,” ujar Kholid Seif yang juga ketua Forum Komunikasi Terbang Papat (FKTP).
Sementara itu Sri Widayati, perwakilan Muri (Museum Rekor Indonesia) mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik gagasan mencatatkan rekor tabuh terbang papat ini sebagai upaya menyemangati masyarakat melestarikan tradisi warisan para sesepuh itu. “Atas prestasi dan semangat nguri-nguri seni tradisi ini, kami berikan penghargaan sekaligus bukti peraihan penghargaan dunia berkategori mahakarya kebudayaan,” ujarnya saat menyerahkan penghargaan bersamaan dengan pelaksanaan kirab prosesi dandangan di alun-alun Kudus menjelang Ramadhan yang lalu.
Kholid Seif menambahkan rekor Muri menjadi titik awal bangkitnya kembali seni tradisi Kudus terutama Terbang Papat.Terbang Papat, katanya, memiliki kekhasan tersendiri dibanding seni-seni yang sejenis seperti hadrah, rebana dan marawis. “Dari jenis iramanya memiliki nama yang khas, mulai kemplong, lajer, salahan dan telon ditambah jidur. Iramanya sangat rancak dan enak didengar,” tuturnya.
-asajatmiko, dari berbagai sumber-
25/07/12
20/06/12
Profil Se-Njawa Teater
Mengapa Teater
Mengapa teater? Ketika masyarakat tengah sibuk dengan teknologi informasi, sibuk dengan urusan karier, ketika anggota masyarakat kita larut dalam perbincangan-perbincangan eksistensi nan narsis dengan orang banyak yang ujung-ujungnya merias diri, sibuk dengan dirinya sendiri. Mengapa di tengah gemalau peradaban kita saat ini, teater masih menjadi salah satu alternatif yang masih menarik.
Begitulah, pada saat gemalau itu melanda dan menghempaskan diri pada tepian paling sunyi, teater dan dengan berbagai kerumitannya yang mengasyikan, tiba-tiba memanggil. Kami semua (anggota Njawa Teater) pada mula merindukan kembali tentang teater adalah pada saat kami telah berbentuk sisa-sisa semangat dari pernah nyala dan pijar sebelumnya. Teater yang telah sempat menjadi rumah kedua, tenggelam bersama gelombang tsunami kehidupan; sebuah kekuatan raksasa yang melindas dan memaksa kami mengungsi ke tepian sunyi.
Lalu di atas bara api semangat yang sisa itu, kami berkumpul kembali. Mencurahkan hati, mengurai apa yang sudah terjadi, dan memaknainya. Hingga pada satu titik, simpul-simpul kami berujung pada satu tekad untuk kembali menggelorakan bara api yang sisa itu, menciptakan satu suasana perbincangan (atau perkabungan) baru bernama teater.
Ada banyak hal yang masih ingin kami bicarakan bersama tentang kehidupan ini, segala sesuatu yang membuat kami bisa berkembang lebih baik dan lebih berdaya menjalani hidup. Di samping itu, gagasan-gagasan yang segar yang terus saja menderas dari hasil perbincangan kami, mengantar pada sebuah rancangan baru dalam bentuk teater. Inilah yang selama ini menjadi tangisan sedih, kemudian kami mengolahnya menjadi kekuatan bersama, dan akhirnya menjadi sebuah nyawa baru, Njawa Teater.
Sejarah
Dipilih waktu itu, malam 1 Sura 1428 Hijriah, sebagai malam dimana kami mendedikasikan diri dalam satu nyawa Njawa Teater. Didirikan oleh Asa Jatmiko, bersama Sutrimo, Aconk Tea, Bambang Susanto, Heru Nugroho, Mas Rien Lintang Safitri, Purna Irawan, Saga Veho dan Anick Cindyrella. Tanda kelahiran itu adalah “Dhemit”, sebuah naskah karya Heru Kesawa Murti, yang diangkat ke dalam sebuah proses penggarapan pentas.
Akan tetapi, jauh sebelum itu, kami telah memulai proses perbincangan bersama yang tak pernah berujung-pangkal, ketika membahas kesenian dan kebudayaan. Demikian juga, agenda-agenda kesenian terus-menerus kami munculkan sebagai wujud kepedulian dan kecintaan kami akan dunia panggung.
Menyelenggarakan pementasan Roadshow Burung Merak – Putu Wijaya di Kudus, tepatnya di GOR Wergu, pada 12 November 2008. Pentas ini merupakan pentas pertama seorang maestro Teater Mandiri, Putu Wijaya, tampil di panggung teater Kudus. Kemudian tahun berikutnya, bersama rekan-rekan yang sama, kami menyelenggarakan pementasan Monolog Kucing – Butet Kertaradjasa di Auditorium UMK. Kemudian pada 2011, Putu Wijaya kembali hadir di Kudus. Sembari memperingati 40 tahun usia Teater Mandiri, ia membawa kelompoknya tersebut ke Auditorium UMK, Kudus dan mementaskan lakon “Aduh”. Sebuah lakon pertama yang dimainkan Teater Mandiri 40 tahun yang lalu.
Arti Sebuah Nama
Apalah arti sebuah nama, jika memang yang memilikinya tidak mampu menunjukan kesungguhannya mewujudkan cita-cita/harapan (sebagaimana nama itu). Tetapi bagi kami, nama lebih dari sekedar visi. Ia juga mestinya dapat menjadi kebanggaan dan memotivasi pribadinya dan setiap orang yang mengenalnya.
Ada dua pengertian Njawa Teater, yang mana keduanya saling berkait dan mengikat. Kami mendifinisikannya sebagai berikut:
1. Njawa Teater
Baca sebagai ejaan lama, menjadi “Nyawa Teater”
Njawa, berarti nafas hidup, jiwa
Teater, berarti hidup atau kehidupan
Njawa Teater menjadi nafas hidup, nyawa kehidupan.
Kami memaknainya lebih dalam lagi, yakni teater yang akan memberikan pengalaman, pelajaran dan pengayaan akan hidup dan kehidupan sehingga ia mempunyai kontribusi positif bagi perkembangan kejiwaan dan kemanusiaan.
Dengan teater, manusia belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih berdaya, meskipun dengan bekal apa adanya. Menjadi kekuatan yang swadaya, swakarsa hingga mampu membuktikan diri sebagai swasembada, menjadi agen-agen perubahan bagi masyarakatnya.
2. Njawa Teater
Baca sebagai ejaan baru, menjadi “Njawa Teater”
Njawa, berarti memiliki sifat (orang, budaya) Jawa.
Njawa Teater menjadi penanda akan kedigdayaan Jawa.
Filosofi Jawa sangat banyak dan kaya. Di dalam teater, kami mengambil satu kunci pengolahan seni yang sudah dicuatkan, dimaknai dan dijalani oleh para seniman Jawa sejak lampau, yakni: wiraga – wirama – wirasa. Pengolahan seni yang sempurna, menurut Jawa, adalah pengejawantahan flkesibilitas raga, kepekaan terhadap irama dan menggulatinya di dalam pang-rasa.
Duabelas Njawa Teater
Para anggota Njawa Teater terdiri dari ragam latar belakang; pendidikan dan profesinya. Kedua-belas Njawa Teater, antara lain:
1. Asa Jatmiko, Pimpinan dan Sutradara
2. Sutrimo, Aktor dan Asisten Sutradara
3. Mas Rien Lintang Safitri, Aktor
4. Aconk Tea, Penata Artistik dan Aktor
5. Heru Nugroho, Aktor dan Management
6. Purna Irawan, Aktor dan Keuangan
7. Charis Rohman, Aktor
8. Saga Veho, Aktor dan Pemusik
9. Soulya Veho, Aktor dan Pemusik
10. Eifan Evangelista, Aktor
11. Anick Cindyrella, Aktor dan Penata Rias
12. Kang Sam, Penata Artistik
Selain itu masih ada beberapa nama pendukung, antara lain: Bambang Susanto dan Andreas Teguh Prayoga.
Jejak Karya
Karya-karya Njawa Teater sudah ada beberapa, tetapi paling tidak ada dua karya terkahir yang diproduksi tahun 2012 ini, sebagai berikut:
• Film Pendek Salah Pilih
Film pendek berjudul “Salah Pilih” ini diproduksi oleh Njawa Teater, dengan dukungan dari Komunitas Kamis Legen (KALEN) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kudus.
Film edukasi tersebut telah ditayangkan di hampir seluruh sekolah menengah di Kudus sepanjang bulan Mei 2012. Proses pembuatannya sendiri sudah selesai pada bulan Maret 2012.
Naskah yang ditulis dan disutradarai oleh Asa Jatmiko ini mengisahkan tentang bagaimana karakter seorang sopir yang dipilih oleh para penumpangnya (para penumpangnya merupakan satu grup teater tradisional yang akan berangkat ke Semarang untuk meramaikan kunjungan Presiden di kota tersebut), untuk menggantikan sopir asli yang saat itu sedang sakit.
Hadir dalam kemasan lokal (Jawa) yang kental, serta menghadirkan peran-peran menarik pemirsa. Ide pembuatan film ini terbukti menarik, karena begitu diperkenalkan ke khalayak, banyak KPU-KPU daerah di Indonesia yang kemudian meminta film tersebut untuk menjadi materi edukasi pemilih pemula di daerahnya.
• Pentas Keliling “Dhemit”
Proses penggarapan naskah Dhemit sempat terhenti dua bulan, karena harus menyelesaikan pembuatan film pendek Salah Pilih. Kemudian menginjak akhir bulan April 2012, Njawa Teater sudah bisa memulai pentas keliling yang pertama. Berikut ini beberapa tempat yang telah disinggahi pentas Dhemit – Njawa Teater:
o 21 April 2012, Balai Desa Cranggang, Dawe, Kudus.
Disaksikan oleh warga masyarakat.
o 28 April 2012, Pendapa Ambarawa
Disaksikan oleh pegiat seni dari sanggar, komunitas dan juga kampus dari Semarang, Salatiga dan sekitarnya.
o 05 Mei 2012, Taman baca Praja Muda, Jepara
Disaksikan oleh warga masyarakat dan seniman-seniman Jepara.
o 09 Juni 2012, Kampus Universitas Raden Fatah, Demak
Disaksikan oleh para mahasiswa Unisfat dan para siswa sekolah menengah yang ada di dekat kampus tersebut.
o 17 Juni 2012, MA NU Ibtidaul Falah
Disaksikan oleh para pelajar dan guru di sekolah tersebut.
o 25 Juni 2012, SMA N 1 Jekulo, Kudus
--akan berlangsung
o 09 Juli 2012, SMP Keluarga Kudus
--akan berlangsung.
Agenda Depan
Pentas keliling Dhemit - Njawa Teater masih akan berlangsung hingga sebelum memasuki Bulan Ramadhan tahun ini. Paling tidak, harapan kami, akan ada 9 panggung yang kami singgahi untuk mementaskan Dhemit.
Setelah itu, selesai Bulan Ramadhan, dua agenda sudah menanti, antara lain:
1. Pentas Keliling Njawa Teater
Pentas keliling kali ini akan mempergunakan naskah baru, dan juga akan menempati panggung-panggung yang berbeda dari lawatan tour sebelumnya.
Hal ini kami lakukan untuk menambah jam-terbang para pemain, juga memperluas jaringan kerja dan relasi ke komunitas-komunitas seni seluas-luasnya.
2. Film Pendek "Jalan Nirvana"
Njawa Teater juga akan kembali memproduksi sebuah film pendek berjudul Jalan Nirvana, karya adaptasi bebas Asa Jatmiko. Film yang bersetting kehidupan spiritual Hindu-Bali ini sedianya merupakan film yang disponsori oleh Renville Siagian dari yayasan Cempaka Kencana.
Demikian. Terimakasih.
-aj-
Mengapa teater? Ketika masyarakat tengah sibuk dengan teknologi informasi, sibuk dengan urusan karier, ketika anggota masyarakat kita larut dalam perbincangan-perbincangan eksistensi nan narsis dengan orang banyak yang ujung-ujungnya merias diri, sibuk dengan dirinya sendiri. Mengapa di tengah gemalau peradaban kita saat ini, teater masih menjadi salah satu alternatif yang masih menarik.
Begitulah, pada saat gemalau itu melanda dan menghempaskan diri pada tepian paling sunyi, teater dan dengan berbagai kerumitannya yang mengasyikan, tiba-tiba memanggil. Kami semua (anggota Njawa Teater) pada mula merindukan kembali tentang teater adalah pada saat kami telah berbentuk sisa-sisa semangat dari pernah nyala dan pijar sebelumnya. Teater yang telah sempat menjadi rumah kedua, tenggelam bersama gelombang tsunami kehidupan; sebuah kekuatan raksasa yang melindas dan memaksa kami mengungsi ke tepian sunyi.
Lalu di atas bara api semangat yang sisa itu, kami berkumpul kembali. Mencurahkan hati, mengurai apa yang sudah terjadi, dan memaknainya. Hingga pada satu titik, simpul-simpul kami berujung pada satu tekad untuk kembali menggelorakan bara api yang sisa itu, menciptakan satu suasana perbincangan (atau perkabungan) baru bernama teater.
Ada banyak hal yang masih ingin kami bicarakan bersama tentang kehidupan ini, segala sesuatu yang membuat kami bisa berkembang lebih baik dan lebih berdaya menjalani hidup. Di samping itu, gagasan-gagasan yang segar yang terus saja menderas dari hasil perbincangan kami, mengantar pada sebuah rancangan baru dalam bentuk teater. Inilah yang selama ini menjadi tangisan sedih, kemudian kami mengolahnya menjadi kekuatan bersama, dan akhirnya menjadi sebuah nyawa baru, Njawa Teater.
Sejarah
Dipilih waktu itu, malam 1 Sura 1428 Hijriah, sebagai malam dimana kami mendedikasikan diri dalam satu nyawa Njawa Teater. Didirikan oleh Asa Jatmiko, bersama Sutrimo, Aconk Tea, Bambang Susanto, Heru Nugroho, Mas Rien Lintang Safitri, Purna Irawan, Saga Veho dan Anick Cindyrella. Tanda kelahiran itu adalah “Dhemit”, sebuah naskah karya Heru Kesawa Murti, yang diangkat ke dalam sebuah proses penggarapan pentas.
Akan tetapi, jauh sebelum itu, kami telah memulai proses perbincangan bersama yang tak pernah berujung-pangkal, ketika membahas kesenian dan kebudayaan. Demikian juga, agenda-agenda kesenian terus-menerus kami munculkan sebagai wujud kepedulian dan kecintaan kami akan dunia panggung.
Menyelenggarakan pementasan Roadshow Burung Merak – Putu Wijaya di Kudus, tepatnya di GOR Wergu, pada 12 November 2008. Pentas ini merupakan pentas pertama seorang maestro Teater Mandiri, Putu Wijaya, tampil di panggung teater Kudus. Kemudian tahun berikutnya, bersama rekan-rekan yang sama, kami menyelenggarakan pementasan Monolog Kucing – Butet Kertaradjasa di Auditorium UMK. Kemudian pada 2011, Putu Wijaya kembali hadir di Kudus. Sembari memperingati 40 tahun usia Teater Mandiri, ia membawa kelompoknya tersebut ke Auditorium UMK, Kudus dan mementaskan lakon “Aduh”. Sebuah lakon pertama yang dimainkan Teater Mandiri 40 tahun yang lalu.
Arti Sebuah Nama
Apalah arti sebuah nama, jika memang yang memilikinya tidak mampu menunjukan kesungguhannya mewujudkan cita-cita/harapan (sebagaimana nama itu). Tetapi bagi kami, nama lebih dari sekedar visi. Ia juga mestinya dapat menjadi kebanggaan dan memotivasi pribadinya dan setiap orang yang mengenalnya.
Ada dua pengertian Njawa Teater, yang mana keduanya saling berkait dan mengikat. Kami mendifinisikannya sebagai berikut:
1. Njawa Teater
Baca sebagai ejaan lama, menjadi “Nyawa Teater”
Njawa, berarti nafas hidup, jiwa
Teater, berarti hidup atau kehidupan
Njawa Teater menjadi nafas hidup, nyawa kehidupan.
Kami memaknainya lebih dalam lagi, yakni teater yang akan memberikan pengalaman, pelajaran dan pengayaan akan hidup dan kehidupan sehingga ia mempunyai kontribusi positif bagi perkembangan kejiwaan dan kemanusiaan.
Dengan teater, manusia belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih berdaya, meskipun dengan bekal apa adanya. Menjadi kekuatan yang swadaya, swakarsa hingga mampu membuktikan diri sebagai swasembada, menjadi agen-agen perubahan bagi masyarakatnya.
2. Njawa Teater
Baca sebagai ejaan baru, menjadi “Njawa Teater”
Njawa, berarti memiliki sifat (orang, budaya) Jawa.
Njawa Teater menjadi penanda akan kedigdayaan Jawa.
Filosofi Jawa sangat banyak dan kaya. Di dalam teater, kami mengambil satu kunci pengolahan seni yang sudah dicuatkan, dimaknai dan dijalani oleh para seniman Jawa sejak lampau, yakni: wiraga – wirama – wirasa. Pengolahan seni yang sempurna, menurut Jawa, adalah pengejawantahan flkesibilitas raga, kepekaan terhadap irama dan menggulatinya di dalam pang-rasa.
Duabelas Njawa Teater
Para anggota Njawa Teater terdiri dari ragam latar belakang; pendidikan dan profesinya. Kedua-belas Njawa Teater, antara lain:
1. Asa Jatmiko, Pimpinan dan Sutradara
2. Sutrimo, Aktor dan Asisten Sutradara
3. Mas Rien Lintang Safitri, Aktor
4. Aconk Tea, Penata Artistik dan Aktor
5. Heru Nugroho, Aktor dan Management
6. Purna Irawan, Aktor dan Keuangan
7. Charis Rohman, Aktor
8. Saga Veho, Aktor dan Pemusik
9. Soulya Veho, Aktor dan Pemusik
10. Eifan Evangelista, Aktor
11. Anick Cindyrella, Aktor dan Penata Rias
12. Kang Sam, Penata Artistik
Selain itu masih ada beberapa nama pendukung, antara lain: Bambang Susanto dan Andreas Teguh Prayoga.
Jejak Karya
Karya-karya Njawa Teater sudah ada beberapa, tetapi paling tidak ada dua karya terkahir yang diproduksi tahun 2012 ini, sebagai berikut:
• Film Pendek Salah Pilih
Film pendek berjudul “Salah Pilih” ini diproduksi oleh Njawa Teater, dengan dukungan dari Komunitas Kamis Legen (KALEN) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kudus.
Film edukasi tersebut telah ditayangkan di hampir seluruh sekolah menengah di Kudus sepanjang bulan Mei 2012. Proses pembuatannya sendiri sudah selesai pada bulan Maret 2012.
Naskah yang ditulis dan disutradarai oleh Asa Jatmiko ini mengisahkan tentang bagaimana karakter seorang sopir yang dipilih oleh para penumpangnya (para penumpangnya merupakan satu grup teater tradisional yang akan berangkat ke Semarang untuk meramaikan kunjungan Presiden di kota tersebut), untuk menggantikan sopir asli yang saat itu sedang sakit.
Hadir dalam kemasan lokal (Jawa) yang kental, serta menghadirkan peran-peran menarik pemirsa. Ide pembuatan film ini terbukti menarik, karena begitu diperkenalkan ke khalayak, banyak KPU-KPU daerah di Indonesia yang kemudian meminta film tersebut untuk menjadi materi edukasi pemilih pemula di daerahnya.
• Pentas Keliling “Dhemit”
Proses penggarapan naskah Dhemit sempat terhenti dua bulan, karena harus menyelesaikan pembuatan film pendek Salah Pilih. Kemudian menginjak akhir bulan April 2012, Njawa Teater sudah bisa memulai pentas keliling yang pertama. Berikut ini beberapa tempat yang telah disinggahi pentas Dhemit – Njawa Teater:
o 21 April 2012, Balai Desa Cranggang, Dawe, Kudus.
Disaksikan oleh warga masyarakat.
o 28 April 2012, Pendapa Ambarawa
Disaksikan oleh pegiat seni dari sanggar, komunitas dan juga kampus dari Semarang, Salatiga dan sekitarnya.
o 05 Mei 2012, Taman baca Praja Muda, Jepara
Disaksikan oleh warga masyarakat dan seniman-seniman Jepara.
o 09 Juni 2012, Kampus Universitas Raden Fatah, Demak
Disaksikan oleh para mahasiswa Unisfat dan para siswa sekolah menengah yang ada di dekat kampus tersebut.
o 17 Juni 2012, MA NU Ibtidaul Falah
Disaksikan oleh para pelajar dan guru di sekolah tersebut.
o 25 Juni 2012, SMA N 1 Jekulo, Kudus
--akan berlangsung
o 09 Juli 2012, SMP Keluarga Kudus
--akan berlangsung.
Agenda Depan
Pentas keliling Dhemit - Njawa Teater masih akan berlangsung hingga sebelum memasuki Bulan Ramadhan tahun ini. Paling tidak, harapan kami, akan ada 9 panggung yang kami singgahi untuk mementaskan Dhemit.
Setelah itu, selesai Bulan Ramadhan, dua agenda sudah menanti, antara lain:
1. Pentas Keliling Njawa Teater
Pentas keliling kali ini akan mempergunakan naskah baru, dan juga akan menempati panggung-panggung yang berbeda dari lawatan tour sebelumnya.
Hal ini kami lakukan untuk menambah jam-terbang para pemain, juga memperluas jaringan kerja dan relasi ke komunitas-komunitas seni seluas-luasnya.
2. Film Pendek "Jalan Nirvana"
Njawa Teater juga akan kembali memproduksi sebuah film pendek berjudul Jalan Nirvana, karya adaptasi bebas Asa Jatmiko. Film yang bersetting kehidupan spiritual Hindu-Bali ini sedianya merupakan film yang disponsori oleh Renville Siagian dari yayasan Cempaka Kencana.
Demikian. Terimakasih.
-aj-
11/06/12
"Dhemit" Njawa Teater di Kampus Unisfat, Demak
Panggung memiliki keunikan tersendiri.
Meskipun sudah dirancang pada latihan-latihan, panggung merupakan dunia yang memiliki 'kehidupan' sendiri.
Demikian juga, pengalaman di banyak panggung dengan naskah sama, pun melahirkan kenyataan baru yang unik dan tak terduga.
Improvisasi, menjadi daya tarik sekaligus menjadi kunci penyelamat ketika panggung harus dimaknai menjadi kehidupan di atas panggung. Berbeda-beda, tetapi menghadirkan tambahan pengalaman yang seru, menegangkan, dan mengasyikkan.
Inilah beberapa cuplikan Dhemit di Kampus Unisfat, Demak pada 09 Juni 2012, yang dikemas sederhana. Dengan konsep sederhana dan apa adanya, Njawa Teater telah hadir di 4 panggung di empat kota, dan masih 5 panggung menanti di Juni - Juli 2012 ini.
-aj-
foto dan video oleh Heru Nugroho
Pentas keliling Dhemit ini mendapat dukungan rekan-rekan seniman dan komunitas seni. Seluruh kerabat dan keluarga besar Njawa Teater mengucapkan terimakasih, kepada:
1. Tuhan Yang Maha Indah
2. Petroek van Loano
3. Fahmi Veho
4. Petinggi Desa Cranggang, Dawe
5. Daryanto Bended
6. Komunitas Babad Alas, Ambarawa
7. Adhitia Armitrianto
8. Asyari Muhammad
9. Komunitas Taman Baca "Praja Muda", Jepara
10. Arief Kurniawan
11. Teater Sulung, Universitas Raden Fatah, Demak.
12. Arief Fauzi
13. Teater Pelangi, MA NU Darul Hikam, Undaan.
14. Kepala Sekolah MU NU Ibtida'ul Falah, Samirejo, Dawe.
15. Kepala Sekolah SMP Keluarga, Kudus.
dan semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
Meskipun sudah dirancang pada latihan-latihan, panggung merupakan dunia yang memiliki 'kehidupan' sendiri.
Demikian juga, pengalaman di banyak panggung dengan naskah sama, pun melahirkan kenyataan baru yang unik dan tak terduga.
Improvisasi, menjadi daya tarik sekaligus menjadi kunci penyelamat ketika panggung harus dimaknai menjadi kehidupan di atas panggung. Berbeda-beda, tetapi menghadirkan tambahan pengalaman yang seru, menegangkan, dan mengasyikkan.
Inilah beberapa cuplikan Dhemit di Kampus Unisfat, Demak pada 09 Juni 2012, yang dikemas sederhana. Dengan konsep sederhana dan apa adanya, Njawa Teater telah hadir di 4 panggung di empat kota, dan masih 5 panggung menanti di Juni - Juli 2012 ini.
-aj-
foto dan video oleh Heru Nugroho
Pentas keliling Dhemit ini mendapat dukungan rekan-rekan seniman dan komunitas seni. Seluruh kerabat dan keluarga besar Njawa Teater mengucapkan terimakasih, kepada:
1. Tuhan Yang Maha Indah
2. Petroek van Loano
3. Fahmi Veho
4. Petinggi Desa Cranggang, Dawe
5. Daryanto Bended
6. Komunitas Babad Alas, Ambarawa
7. Adhitia Armitrianto
8. Asyari Muhammad
9. Komunitas Taman Baca "Praja Muda", Jepara
10. Arief Kurniawan
11. Teater Sulung, Universitas Raden Fatah, Demak.
12. Arief Fauzi
13. Teater Pelangi, MA NU Darul Hikam, Undaan.
14. Kepala Sekolah MU NU Ibtida'ul Falah, Samirejo, Dawe.
15. Kepala Sekolah SMP Keluarga, Kudus.
dan semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
Langganan:
Postingan (Atom)
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...
-
Oleh. Sutrimo Banyak orang mengenal Kudus sebagai Kota Wali, atau juga Kota Kretek. Namun bukan itu saja, di sisi lain, Kudus juga banya...
-
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah. Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa ...