19/09/12

Terbang Papat Assalafiyyah

Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah.


Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa Prambatan Kidul, pada sekitar tahun 1950-an, tersebutlah seorang ustad muda bernama Syahlan. Dia seorang pendatang dari Bangsri, Jepara.

Saat itu, Dukuh Karang Wetan masih jarang yang memeluk agama Islam. Orang-orang menyebutnya sebagai “abangan”. Di dukuh tersebut, Ustad Syahlan kemudian mendirikan sebuah langgar. Tiba pada masa sulit, desa itu mengalami banyak musibah atau pagebluk. Banyak penduduk yang sakit, tidak sedikit yang kemudian meninggal. Saking seringnya, ada ungkapan malam sakit paginya meninggal dan pagi sakit sorenya meninggal.

Maka tercetuslah usulan dari sebagain besar warga agar diadakan Jam’iyyah Tahlil, yang kemudian dikenal dengan DSH (Djam’iyyah Tsamrotul Hidayah), dengan mengagendakan kegiatan Terbang Papat. Dengan para pengurus saat itu yang dipimpin oleh Ustad Syahlan, sementara pengurus Terbang papat dipercayakan kepada H. Abdullah Hanan dari tahun 1950 – 1960. Dan kemudian terus berganti pucuk pimpinannya pada setiap sepuluh tahun, antara lain: Khusnen, Asrofi dan kemudian Maswan Budi Siswanto hingga akhir 1990, yang kemudian dari situ kepengurusan Terbang Papat dipercayakan Remaja Masjid Al Hidayah.

Tahun 1992, kepengurusan Terbang Papat digantikan oleh Remaja Masjid Darul Istiqomah, dengan pimpinan Imam Supardi. Agenda latihannya setiap Minggu malam setelah membaca Sholawat dan Al Barjanzi.

Tahun 1995 dibentuklah kepengurusan baru dan membuat nama Jam’iyyah Terbang Papat yang bernama Assalafiyyah, yang berarti Bongso Kuno. Terpilih juga para pengurus yang baru yakni Suharto HS, Ade Rhomawan, Budiono dengan pelatih tabuh dan vokal M. Shodiqin. Dengan penabuh jidur Moh. Sholeh, dan para penabuh terbang, antara lain: Ahmadi, Imam Supardi, Tuharto, Sabu Chambali, Noor Hadi KW dan Noor Hadi, S.Pd.I.
Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah inilah yang pada acara halal bi halal keluarga besar Djarum tampil menunjukkan kebolehannya. Mereka memiliki visi yang jelas, yakni melestarikan peninggalan budaya Kanjeng Sunan Kudus. Dengan Terbang Papat, diharapkan mereka mampu melakukan syiar untuk membiasakan masyarakat bersholawat nabi, mengajak berbuat kebenaran dan menolak kemungkaran, serta melayani masyarakat.

Prestasi Assalafiyyah, antara lain: menjadi penampil Terbang Papat pada Konggres Seniman se-Indonesia di Gedung DPRD Kudus tahun 2008, berpartisipasi dalam setiap peringatan HUT Kota Kudus, festival Terbang Papat dan menjadi peserta pemecahan rekor Muri di Masjid Agung Kudus, tahun 2012.***

-asajatmiko-

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah.. terbang.. Saya jadi rindu memainkannya.
D TT D T D

Unknown mengatakan...

terima kasih kepada asa jatmiko yang sudah mengenang sejarah kakek saya :-)
semoga semakin sukses karier anda..

Unknown mengatakan...

Terima kasih kepada asa jatmiko yang telah mengenang sejarah kakek saya :-)
semoga semakin sukses karier anda

Asa Jatmiko mengatakan...

Seep....
Majulah kesenian tradisi kita.
Karena di situ, nilai-nilai peradaban kita dilahirkan, menjadi "tanah air dan kampung halaman" kita.
Salam.

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...