Wawancara dengan Asa Jatmiko
Asa Jatmiko |
Seperti yang kita ketahui, bahwa akhir-akhir ini kita sering menemukan tag pada media sosial yang bertuliskan #berteateritukeren. Ia hadir menghiasi ruang baca media sosial kita. Dan pada satu momen pelaksanaan Festival Teater Pelajar (FTP) 2016 lalu, jargon tersebut benar-benar tumpah ruah. Setiap orang menyerukan jargon tersebut pada sesi-sesi tertentu pelaksanaan FTP 2016.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik kita. Yaitu siapakah yang pertama kali memunculkan jargon tersebut. Dan tentunya ia mempunyai alasan. Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, maka saya mencoba untuk menelusurinya. Salah satunya adalah mengadakan beberapa kunjungan ke penggiat teater di Kudus.
Berikut kutipan percakapan saya dengan Asa Jatmiko. Dia adalah seorang penggiat teater di Kudus, yang aktif di Teater Djarum dan Njawa Teater.
T. Selamat malam, mas Asa. Perkenalkan, nama saya M. Elang Iswara. Saya sekolah di SMK Farmasi DUTA KARYA. Sekarang saya duduk di kelas 3. Saya ingin bertanya tentang tag #berteateritu keren. Seperti kita ketahui, bahwa jargon #berteateritukeren sering diteriakan sepanjang pelaksanaan FTP. Untuk itulah saya bermaksud menelusuri asal muasalnya. Apakah panjenengan tahu, siapakah yang pertama kali memunculkan jargon tersebut?
J. Saya
memunculkan tagline #berteateritukeren pertama kali ketika saya tengah
berproses bersama Teater Djarum dalam lakon "Petuah Tampah".
Kira-kira pada Mei 2016, tepatnya setelah lakon tersbut dimainkan di Galeri
Indonesia Kaya, Jakarta. Sejak itu saya mengkampanyekan tagline tersebut.
Kemudian memang menjadi semakin melekat dalam setiap publikasi
kegiatan teater di Kudus, dan saya lihat juga kemudian yang mewabah di seluruh
Indonesia, ketika kegiatan digelar Festival Teater Pelajar (FTP) IX Tahun 2016.
Sosialisasi tagline #berteateritukeren pun kemudian "ditangkap dengan baik" oleh
siswa-siswi teater pelajar terutama peserta seleksi hingga final FTP
betlangsung.
Saya menyimpulkan bahwa tagline tersebut "ditangkap dengan
baik", karena sesuai dengan apa yang ingin disampaikan, yakni: sedikit
banyak telah menambah daya dorong semangat teman-teman dalam berteater.
Bahwa kemudian #berteateritukeren kemudian menjadi milik siapapun,
menjadi kebanggaan siapapun, menjadi "gaya dan cara berpikir" anak-anak
berteater yang khas. Karena saya percaya, gairah berteater yang gembira itu
tidak bisa tidak dilahirkan oleh pelakunya sendiri. Tidak bisa dipengaruhi dari
luar. Dan apabila kegembiraan itu dirasakannya, berarti memang berteater itu
keren. Mampu menjadi wahana ekspresi yang bebas dan menggembirakan.
T. Kapankah jargon
"berteater itu keren" pertama kali muncul?
J. Sudah sekaligus saya jawab di atas, ya.
J. Sudah sekaligus saya jawab di atas, ya.
T. Dari banyak kata, mengapa memilih
"keren"? Dan makna apakah yang terkandung dalam jargon tersebut?
J. Karena kata
"keren" tidak jauh dari dunia anak muda, tidak jauh dari dunia
kreativitas, juga tidak jauh dari masyarakat kekinian ketika mengapresiasi hal
tertentu. "Keren" dianggap mewakili semangat tersebut.
Kata "keren" di sini juga karena memiliki nilai positif. Kalau khalayak melihat keren sebagai "wujud", misalnya keren karena ia pakai jam tangan bermerk atau gaya rambutnya keren karena ikut trend saat ini, dan sebagainya. Fisik.
Dalam dunia kreativitas kita ingin mengatakan bahwa dunia teater merupakan wahana pengembangan potensi, kepribadian, cinta budaya, cara berpikir yang lebih luas, dewasa menghadapi perbedaan, dan karea itu semualah yang membuat berteater itu keren.
Kata "keren" di sini juga karena memiliki nilai positif. Kalau khalayak melihat keren sebagai "wujud", misalnya keren karena ia pakai jam tangan bermerk atau gaya rambutnya keren karena ikut trend saat ini, dan sebagainya. Fisik.
Dalam dunia kreativitas kita ingin mengatakan bahwa dunia teater merupakan wahana pengembangan potensi, kepribadian, cinta budaya, cara berpikir yang lebih luas, dewasa menghadapi perbedaan, dan karea itu semualah yang membuat berteater itu keren.
T. Tujuan dari
jargon tersebut?
J.
Agar
semua teman-teman yang berteater menemukan kegembiraan dalam berteater. Kalau
ikut teater tapi malah membuat menderita, berarti teater buat dia belum keren.
Oleh karenanya, segera saja angkat kaki.
Berteater itu keren, mencoba mengajak kita semua yang berteater untuk memaknai lebih. Terutama agar kita semakin berdaya dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman apa yang membuat kita semakin berdaya? Salah satunya karena pengalaman ketika kita berteater. Keren, kan?
Berteater itu keren, mencoba mengajak kita semua yang berteater untuk memaknai lebih. Terutama agar kita semakin berdaya dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman apa yang membuat kita semakin berdaya? Salah satunya karena pengalaman ketika kita berteater. Keren, kan?
T. Dari sudut pandang mana anda menilai bahwa teater itu
keren? Kekerenan seperti apa, misalnya.
J. Keren,
karena orang teater memiliki sudut pandang yang unik dan menarik untuk memaknai
kehidupan. Keren, karena orang teater memiliki keberanian yang tidak ngawur,
tetapi bertanggungjawab. Ini semua ada dalam latihan-latihan saat kita
berteater. Keren, karena kita menjadi lebih peka dan peduli terhadap orang
lain. Keren, karena kita bisa bangga dengan kreativitas kita, dan bukan bangga
karena kita kemana-mana naik moge atau mobil mewah, berhape keluaran terbaru,
berbaju necis ala artis-artis televisi. Itu kita malah ndak keren!
T. Banyak orang awam menilai jargon tersebut tak lebih dari kalimat
basa-basi. Bagaimana komentar Anda?
J. Semua yang
kita omongkan adalah basa-basi. Yang tidak basa-basi, hanya hal-hal yang tidak
kelihatan, seperti: niat baik, semangat belajar, menghargai orangtua,
mendonorkan darah kita di PMI, dan semacamnya.
"Bhineka Tunggal Ika" itu juga jargon dan bisa saja mereka menyebut sebagai basa-basi bahwa berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Yang penting itu, bahwa kata-kata yang tertulis itu benar-benar membawa nilai atau tidak. Jika tidak, ya hanya basa-basi.
Demikian juga kata-kata "Merdeka ataoe Mati!". Tinggal seberapa besar kita mampu beri nilai, itu yang pentng.
"Bhineka Tunggal Ika" itu juga jargon dan bisa saja mereka menyebut sebagai basa-basi bahwa berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Yang penting itu, bahwa kata-kata yang tertulis itu benar-benar membawa nilai atau tidak. Jika tidak, ya hanya basa-basi.
Demikian juga kata-kata "Merdeka ataoe Mati!". Tinggal seberapa besar kita mampu beri nilai, itu yang pentng.
T. Tentunya anda mempunyai harapan-harapan yang begitu menggunung,
sehingga menganggap teater itu memang keren. Menurut anda, bagaimana
perkembangan teater di Kudus jika dibandingkan dengan di daerah lain?
J.
Teater
di Kudus semakin baik. Semakin bergairah kembali. Paling tidak dalam 5 tahun
terakhir ini. Rekan-rekan teater di Kudus memiliki stamina dan kemauan untuk
berproses, bergelut dan berkompetisi sehat. Saya tidak ingin menghakimi
kota-kota lainnya, tetapi nyatanya itu sekarang ada di Kudus. Dan hal tersebut
membanggakan.
Maka perkembangan yang baik ini jangan kemudian disikapi bahwa teater di Kudus sudah baik. Justru karena teater di Kudus makin marak dan bergairah, maka semakin banyaklah ragam kualitas dan gaya pertunjukannya.
Maka perkembangan yang baik ini jangan kemudian disikapi bahwa teater di Kudus sudah baik. Justru karena teater di Kudus makin marak dan bergairah, maka semakin banyaklah ragam kualitas dan gaya pertunjukannya.
T. Bagaimana penghargaan pemerintah terhadap seniman yang berkarya
di daerah Kudus?
J. Tidak berkomentar. Saya hanya ingin menegaskan bahwa kesenian
yang merupakan salah satu tonggak kebudayaan, adalah cermin masyarakat yang
mampu berkembang lebih baik. Dan perjalanan kesenian, sama sekali tidak
bergantung kepada siapapun, kecuali pada para pelakunya.
T. Harapan ke depan untuk pemerintah dalam hal kesenian, terutama di
bidang teater?
J. Tidak mau berharap banyak. Pemerintah jalankan saja
program-programnya dengan baik, tidak ada korupsi, transparan, demokratis.
Kesenian dan teater dalam hal ini, akan tetap menemukan jalannya sendiri untuk
kehidupan dan masyarakat.
T. Adakah saran, pesan, ide, terhadap pemerintah daerah untuk
memajukan di bidang teater?
J.
Untuk
Pemda? Tidak ada. Saya tidak ingin berkomentar. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar