02/02/14

RAMA SHINTA “The True-Love”

Adaptasi Naskah dan Sutradara: Asa Jatmiko, yang dipersembahkan buat t.t.


SCENE 1
Setting: Pagelaran Kraton Mantili

TARIAN ARAK-ARAKAN MASUKNYA PRABU JANAKA KE PANGGUNG. KEMUDIAN NAMPAK 2 PRAJURIT MEMBAWA GENDEWA RAKSASA, DI BELAKANGNYA BERJALAN SHINTA, KEMUDIAN PRABU JANAKA YANG BERJALAN BERDAMPINGAN DENGAN PERMAISURINYA.

GENDEWA RAKSASA DILETAKAN DI STAGE TERTINGGI YANG TERLETAK DI BELAKANG. PRABU JANAKA DAN PERMAISURI MENEMPATI TEMPATNYA, DEMIKIAN JUGA SHINTA. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN SEORANG MENTERI BERJALAN MENDEKAT DAN MENGHORMAT. LALU DENGAN TANGANNYA, PRABU JANAKA MEMPERSILAKAN MENTERI TERSEBUT UNTUK BERBICARA KEPADA KHALAYAK. SANG MENTERI MENUJU TENGAH, LALU MEMBUKA LEMBARAN KAIN BERTULISKAN SABDA PRABU JANAKA TENTANG SAYEMBARA.

MENTERI Atas perkenan Paduka Prabu Janaka, Sang Penguasa Tunggal Kerajaan Mantili, saya akan membacakan Pengumumam Sayembara. Sayembara ini sangat adi dan penting nilainya bagi kita semua, terutama karena menyangkut kelangsungan dan kejayaan Kerajaan Mantili, sebagai sebuah kerajaan yang sejahtera di bawah Paduka Yang Mulia Prabu Janaka.
Saudara-saudara yang kami muliakan; para raja, para bupati serta para pemuda dari seluruh pelosok negeri dan mancanegara. Inilah petikan pengumuman sayembara yang digelar oleh raja kami tercinta, Sang Prabu Janaka:
“SEBAB BARANGSIAPA YANG MAMPU MENARIK GENDEWA RAKSASA, GENDEWA PUSAKA PRABU JANAKA PENGUASA MANTILI, AKAN DIHADIAHKAN KEPADANYA DEWI SHINTA TITISAN DEWI WIDOWATI PUTRA SANG PRABU SEBAGAI ISTRINYA SELAMA-LAMANYA”

JANAKA (BERDEHEM)

MENTERI Saya Sang Prabu…? (BERJALAN MENDEKAT LALU MENGHORMAT)

JANAKA Paman, sayembara ini sudah berlangsung hampir satu minggu. Sudah ndak usah diulang-ulang lagi pengumumannya. Langsung saja, panggil peserta berikutnya.

MENTERI Daulat Sang Prabu.

JANAKA Atau sudah ndak ada lagi pesertanya, Paman? Jangan-jangan sudah tak ada yang mampu memenangkan sayembara ini. Bagaimana anakku, Shinta, apakah masih perlu dilanjutkan sayembara ini?

SHINTA Ayahanda. Saya akan menunggu sampai ada pemenangnya. Kalau tidak ada yang mampu menarik gendewa raksasa, biarlah saya ndak usah kawin saja.

JANAKA Lho---lho…jangan berkata begitu. Ini soalnya biaya, nduk…membengkak gara-gara harus menjamu para raja dan bupati berhari-hari… anggaran belanja kita sudah mepet lho?!

SHINTA Ayahanda koq gitu? Ya sudah, biarlah saya ndak usah kawin saja!

PERMAISURI Kangmas Prabu, jangan begitu. Sayembara ini kan buat anakmu sendiri, bukan buat orang lain.

JANAKA Iya, sayang. Tapi sampai kapan? Kalau sayembara ini selesai sampai nunggu ada pemenang, ya Mantili bangkrut. Gendewa Raksasa itu pusaka pemberian dewa. Hanya seorang dewa atau manusia titisan dewa yang mampu menariknya. Siapapun tidak akan mampu menarik Gendewa Raksasa itu. Makanya saya pesimis…

PERMAISURI Dua hari lagi ya? Bagaimana? Ini kan hari Jum’at, besok Sabtu, terus minggu.

JANAKA Lantas kenapa harus sampai hari minggu?

PERMAISURI Minggu kan tanggal merah. Hari libur. Yang ikut akan lebih banyak di hari minggu. Jadi peluangnya kan masih terbuka lebar, to?

SHINTA Ayahanda. Ibunda. Siapapun yang tidak mampu menarik Gendewa, itu artinya tidak akan mampu memberi Shinta kebahagiaan nantinya. Demikian juga, siapapun yang mampu menariknya, pertanda dia akan mampu membuat Shinta bahagia. Maka Shinta tak akan pernah ragu-ragu untuk mencintainya.
Tidak usah menunggu hingga dua hari lagi. Biar hari ini hari terakhir sayembara. Kalau tetap tidak ada pemenang, itu berarti takdir Shinta untuk hidup sendiri selamanya.

PERMAISURI Anakku sayang, jangan berkata begitu to. Optimis! Ya, anakku?

SHINTA (SHINTA MENATAP PELAN KE ARAH IBU DAN AYAHNYA. KEMUDIAN KEMBALI MENUNDUK)

JANAKA Paman, langsung panggil peserta berikutnya!

MENTERI Baik, Sang Prabu.
(MUNDUR KE SAMPING KEMUDIAN MENGAMBIL CONTEKAN KERTAS DARI SAKUNYA) Baiklah, saya panggil peserta berikutnya….
(MUNCUL SEORANG PESERTA BERPERAWAKAN BESAR. IA BERJALAN KE TENGAH PANGGUNG MEMAMERKAN TUBUH KEKARNYA. LALU MENUJU KE STAGE GENDEWA. DAN GAGAL MENARIK BUSUR GENDEWA TERSEBUT. SAMPAI BEBERAPA ORANG MENCOBANYA, DAN GAGAL.
SAAT PESERTA TAMPIL KE TENGAH, SANGA MENTERI BOLEH MEMBERI INFORMASI TAMBAHAN, MISALNYA NAMA, ASAL, HOBBY, DAN SEBAGAINYA.
Dan inilah peserta terakhir untuk hari ini….
(RAMA DAN LAKSMANA MUNCUL) Pemuda ini datang dari sebuah desa kecil di pegunungan. Profesinya adalah pencari rumput untuk makan ternak.

Sebentar, Nak…sebentar… Ini sayembara buat perorangan, bukan berregu!

LAKSMANA Saya tahu. Saya adiknya. Hanya menemani, ndak ikut sayembara.

RAMA Benar, ini Laksmana, adik saya. Hanya menemani saya.

MENTERI Owh, baiklah… jangan curang loh ya…?

MENDENGAR INI, SEMUA YANG HADIR MENCIBIRNYA. MEREMEHKANNYA. RAMA BERJALAN KE TENGAH, BERDIRI SEBENTAR MENGHADAP PENONTON)

RAMA Nama saya Rama Wijaya. Biasa dipanggil Wijay….tapi saya lebih suka dipanggil RAMA.
(LALU IA BERJALAN KE ARAH GENDEWA DITEMPATKAN. SEBELUM SAMPAI, IA DICEGAT LAKSMANA)

LAKSMANA Sukses yang Kang!

RAMA Iya. Doakan aku, Dhimas.

INILAH SAAT PERTAMA KALI TERLIHAT BAYANGAN (SILUET) DI LAYAR BELAKANG: RAMA MEMEGANG GENDEWA DENGAN PELAN. SUNYI. SELURUH MATA TERTUJU PADANYA. DAN SAAT RAMA BERHASIL MENARIK BUSUR GENDEWA ITU, BAHKAN HINGGA BERDERIT BUNYINYA, MAKA BERGEMURUHLAH SORAK SORAI. DAN KEMUDIAN BERANGSUR KEMBALI SUNYI TATKALA RAMA MELETAKKAN KEMBALI GENDEWA ITU DAN BERJALAN KE HADAPAN JANAKA. LAKSMANA MENCEGAT DAN MEMELUKNYA. MUSIK MENANJAK.

JANAKA (TEPUK TANGAN) Kamu telah berhasil. Selamat ya! Ohya, siapa namamu?

RAMA Nama saya Rama Wijaya, Sang Prabu.

JANAKA Anakku, lihatlah. Ini pemuda yang kamu tunggu?

SHINTA Ah, ayahanda…. (TERSIPU MALU)

JANAKA Tapi, apakah benar kamu seorang tukang rumput?

PERMAISURI Kangmas…

JANAKA Istriku…aku hanya ingin konfirmasi sekali lagi.

SHINTA Ayahanda, aku akan menepati janjiku. Siapapun yang mampu menarik gendewa itu, akan menjadi suamiku. Siapapun lelaki itu, dari manapun asalnya, betapapun miskinnya…

PERMAISURI So sweet….anakku. Ibunda bangga padamu.

RAMA Jadi….bagaimana Sang Prabu?

JANAKA Jadi apanya? Ya jadi-lah…. Tapi sabar dulu. Begini, aku setuju kamu menjadi suami Shinta. Aku pun akan merestui kalian. Bahkan aku tetap ingin melangsungkan pernikahan ini secara besar-besaran, demi kebahagiaan putriku tercinta ini.
Aku akan mengirim duta untuk menjemput kedua orangtuamu, datang ke pesta pernikahan kalian. Dimana rumahmu?

JANAKA Rumah saya ada di Ayodya, sang Prabu.

MENTERI Sebentar…mohon maaf sang prabu. Saya pernah bermalam di Ayodya sewaktu ikut training kepemimpinan di sana. Rumahmu….di Ayodya…dari Penginapan TELAGA PUTRI, ke arah mana?

RAMA Ke selatan, Paman.

MENTERI Berapa kilo?

RAMA Kira-kira 2 kilo, Paman.

MENTERI 2 kilo dari Penginapan itu? Itu kan alun-alun kraton Ayodya? Ah, kamu juga pedagang kakilima di alun-alun?
RAMA Bukan, Paman. Selatannya alun-alun.

MENTERI Selatannya alun-alun Ayodya? Wah…wah…. Sang Prabu, dia bercanda ini. Dia mengaku tinggal di istana Ayodya. Sebelah selatan alun-alun itu kan kraton.

JANAKA Benar kamu bercanda, Rama? Berani-beraninya kamu bercanda di hadapan raja?

SHINTA Ayahanda…pertanyaannya ya jangan begitu? Begini lho…”Rama, apakah rumahmu benar di istana Ayodya?”

RAMA (LANGSUNG DIJAWAB RAMA) Benar, sang Prabu…

JANAKA Apa?! Kamu siapa sebenarnya?

RAMA Nama saya Rama Wijaya. Biasa dipanggil Wijay….tapi lebih suka dipanggil Rama. Ayahanda saya bernama Prabu Dasarata, sang Prabu.

TIBA-TIBA MUSIK BERGEMURUH. SEMUA YANG HADIR, KECUALI JANAKA DAN PERMAISURI, BERSIMPUH DAN MENYEMBAH RAMA.

JANAKA Baiklah. Rama, ini adalah kehormatan bagi Mantili, kalau engkau memperistri Shinta. Anugrah bagi Mantili, karena dua kerajaan besar akan menjadi saudara. Keberhasilan kamu menarik gendewa raksasa itu, menjadi pertanda kalian resmi kalian ditunangkan. Bersabarlah hingga nanti ketika aku dan ayahandamu bertemu, merundingkan kapan hari baik untuk menikahkan kalian.
Kamu sendiri bagaimana, Shinta?

SHINTA Ayahanda, semenjak dia muncul, jantungku berdebaran sampai sesek nafas saya. Melihat wajahnya untuk pertama kalinya, Shinta melihat pribadi yang matang dan meneduhkan. Hati Shinta berdeburan seperti gelora ombak laut selatan, Ayahanda.
Dan saat ia berjalan, Shinta merasa ia tengah menemani Shinta berjalan di sebuah taman. Entahlah, Shinta merasa tenang. Bahkan sesaat sebelum ia menarik gendewa, Shinta merasa yakin Kakanda Rama mampu menariknya. Dan ia telah membuktikannya, Ayahanda.
Kakanda Rama, menarik busur gendewa adalah sebuah pilihan, kemana hatimu akan diarahkan.

RAMA Benar, adinda Shinta. Sudah bulat tekadku untuk mengarahkan anak panah cintaku kepadamu.

SHINTA Ayahanda, aku juga akan menyerahkan hidupku kepadanya. Kemanapun kakanda Rama pergi, aku akan mengikuti. Senang dan susah, akan kami hadapi bersama. Karena aku percaya, kakanda Rama akan membawa Shinta pada kebahagiaan selamanya.

JANAKA Duuh…aduuh…gendukku Shinta….kata-katamu indah melebihi pujanggaku sendiri. Weeh…ayahanda bangga kepadamu, Shinta. Semoga benar inilah hidupmu yang kamu impikan selama ini.
Paman, aku akan kembali ke paseban bersama permaisuri. Suruh beberapa pengawal untuk mengantarkan Rama dan Laksmana ke ruang istirahat. Dan, segera tutup sayembara ini, umumkan ke seluruh penjuru negeri: Rama Wijaya pemenangnya!

MENTERI MENGHORMAT. SEMUA MENGHORMAT.
RAMA DAN SHINTA BERDUET, MENYANYI. LAGU: …………………….
PANGGUNG BERANGSUR GELAP.



SCENE 2
Setting: Hutan Dandaka
TERLIHAT BEBERAPA POHON DAN SESEKALI MELINTAS BINATANG-BINATANG HUTAN. PANGGUNG REMANG. SEHINGGA NYARIS HANYA TERLIHAT SOROT-SOROT MATA BINATANG YANG BERSINAR, BERLARIAN. DEMIKIAN JUGA RIMBUN POHON, BERGERAK-GERAK, DAN SESEKALI BERPINDAH.
MUSIK MASUK MENGIRINGI ALUNAN KOOR.

KOOR:
DI SINI PERTEMPURAN HATI DIMULAI
UTUHNYA SEPASANG HATI HARUS TERUJI
SETIA SEPERTI LANGIT MEMAYUNGI BUANA
PERCAYA SEPERTI BUMI MENERIMA SEGALA

DI BALIK SEMAK DI BALIK POHON-POHON
AKAL DAN NAFSU JAHAT BERSEKONGKOL
NAMUN SEMUA AKAN JADI TERBUKA
KETIKA MATAHARI MENYINARI SEMUA

ASAL MAIN SIKAT, JANGAN
ASAL MODAL KUAT, JANGAN
TAKDIR TELAH DIGARISKAN
TAKDIR TELAH DIGARISKAN

RAHWANA MASUK DENGAN KEMARAHAN LUAR BIASA. SEMAK-SEMAK, POHON-POHON DAN BINATANG-BINATANG DIUSIRNYA, SEHINGGA MEREKA TUNGGANG-LANGGANG KETAKUTAN. DI ANTARA MEREKA, ADA MARICA. LAMPU BERANGSUR TERANG.

RAHWANA Pergi! Kalian semua pergi!
Kalian hanya menggangguku di sini! Enyah dari hadapanku! Sana, cari tempat lain!

MEREKA BERLARIAN KELUAR, TERMASUK MARICA. TETAPI BEGITU RAHWANA TAHU ADA MARICA, IA LANGSUNG MEMANGGILNYA.

RAHWANA Marica! Kau di sini rupanya?!
Marica!!

MARICA Aku di sini saja, ya? (KETAKUTAN)

RAHWANA Sini!

MARICA Kamu ngomong saja, aku dengerin dari sini, ya?

RAHWANA Kamu takut? Ha?! Kamu takut?! Aku akan semakin marah kalau kamu tidak mendekat kemari, Marica! Sini!!

MARICA Takut si nggak!

RAHWANA La terus kenapa ndak mau mendekat ke sini?

MARICA Kamu sudah berapa minggu ndak mandi? Ndak kuat aku, baumu ndak enak!

RAHWANA Asem! (MARAH) Aku ndak akan mandi, Marica! Tidak akan mandi!

MARICA La kenapa? Rahwana lagi galau ya? “cemungud ea…cemungud ea”….

RAHWANA Haaish!! Kamu itu tuli apa goblok, to Marica? Nih lihat…. (MENGAMBIL HP-NYA)
Coba kamu baca status terbaru Shinta…

MARICA (MENGEJA) “A-khir-nya su-dah ku-da-pat-kan! Yip-piee…”
(NGOMONG BIASA) Akhirnya sudah kudapatkan yippie…., maksudnya apa?

RAHWANA Huaaa….ncen gublok kamu itu! Artinya Shinta sudah mendapatkan pemenang sayembara itu. Artinya lagi, Shinta sudah punya calon suami!!
Laa…terus nasib cintaku gimana, coba??!!

MARICA Rahwana, mbok kamu itu tahu diri. Meskipun kamu berwajah jelek begitu, tapi tetap jiwanya ksatria gitu loh…

RAHWANA Maksudmu, Marica?!

MARICA Kamu seneng sama Shinta?

RAHWANA Ho-oh…

MARICA Kamu tahu, siapa yang berhak mendapatkan Shinta?

RAHWANA Pemenang sayembara menarik gendewa raksasa.

MARICA Kamu ikut sayembara?

RAHWANA Ndak.

MARICA Katamu kamu seneng, ingin mendapatkan Shinta? Koq ndak ikut sayembara?

RAHWANA Aku….aku…

MARICA Kenapa? Takut kalah?! (TERTAWA) Laah…kamu itu lucu! Kamu seneng sama Shinta. Kamu ingin mendapatkan Shinta. Ada sayembara untuk mendapatkan Shinta, kamu ndak ikut. Ya sudah to…ikhlaskan…Shinta jadi milik pemenang sayembara, to.

RAHWANA Tidak, Marica! Cintaku kepada Shinta, adalah cinta suci. Aku harus mendapatkan Shinta, apapun caranya. Kamu harus membantuku, Marica!

MARICA Ha?! Maksud lo?!

RAHWANA Kamu harus membantuku mendapatkan Shinta, bagaimanapun caranya. Shinta harus menjadi pendampingku, menjadi permaisuri bagi Alengkadiraja!
MARICA Aku mbantu gimana, Rahwana? Aku bingung sama kekarepanmu.

RAHWANA (KEMBALI MEMPERLIHATKAN HP-NYA). Ni baca di komentar status Shinta tadi. Seorang teman Shinta ada yang bertanya, “Shinta, kamu dimana? Weeh…selamat, ya!”

MARICA Terus? Shinta sudah mbalesi?

RAHWANA “Aku di hutan Dandaka, bareng kakanda Rama dan Laksmana, Sob”

MARICA Mereka lagi di sini?

RAHWANA Iya, Marica! Duuh…tubuhku gemetar, Marica….ingin segera bertemu Shinta. Shinta ada di hutan ini. Marica….please…tolong aku, ya?

MARICA Haiish…. laki-laki itu kalahnya cuma sama wanita. Biar pun badannya gedhe, raksasa, wajahnya sangar… klemak-klemek juga kalau lagi begini. La njur caranya gimana?

RAHWANA Aku akan menculik Shinta untuk kubawa ke Alengka. Kamu jadilah kijang kencana. Buat dirimu menarik perhatian Shinta. Kalau Shinta menginginkan kijang kencana, Rama pasti akan berusaha mengejarmu. Saat itu, berlarilah menjauh, agar Rama mengejarmu hingga tak lagi bersama Shinta. Saat itulah, aku akan….menculiknya…hahahaa….

MARICA Tapi Rahwana….

RAHWANA (SAMBIL PERGI) Lakukan perintahku. Atau kamu tidak akan melihat lagi dunia ini! Sebentar lagi mereka akan melintasi daerah ini. Cepat bersembunyi, Marica!

MARICA Tapi Rahwana…. Waah…dasar Rahwana edan!

MARICA PUN KEMUDIAN BERLARI KELUAR, BERSEMBUNYI. MUSIK MASUK. TAK LAMA KEMUDIAN RAMA, SHINTA DAN LAKSMANA MASUK.

RAMA Wah…indah sekali di sini. Lihatlah Shinta… sungai dengan air yang jernih, menyentuh batu-batu. Menimbulkan suara gemericik yang menyegarkan.

SHINTA Iya, Kakanda. Aku suka dengan tempat ini.

RAMA (TERSENYUM).

LAKSMANA Sebaiknya kita istirahat sebentar di sini, Kakanda.

RAMA Iya, Dhimas. Kita istirahat dulu di sini.

SHINTA (BERLARIAN KECIL MENGEJAR KUPU-KUPU. SESEKALI MENCIUM WANGI BUNGA. IA MENGAMBIL HP-NYA, IA BERJINGKAT HENDAK MEMOTRET KUPU PADA SEBUAH BUNGA)
Yeah…keren! Bunga dan kupu ini di keputren Mantili tidak ada. Upload ah, biar ibunda juga tahu….

RAMA Shinta…kamu motreti apa?

SHINTA Bunga…. Kupu-kupu… batu kali… sungai… indah ya…? Ini satu lagi, sepasang burung yang lagi bermesraan… kelihatan mereka bahagia sekali ya…?

RAMA Kamu mau gambar yang lebih indah, Shinta?

SHINTA Mau…mau… gambar apa?

RAMA Sebentar… Dhimas Laksmana!

LAKSMANA Ya, Kakanda!

RAMA MEMBERIKAN HP ITU KE LAKSMANA.

RAMA Tolong foto-ke ya?

LAKSMANA Siap!

LAKSMANA MEMOTRET RAMA DAN SHINTA. BEGITU SELESAI MEMOTRET, SHINTA MELIHAT SEKELEBATAN SEEKOR KIJANG KENCANA.

SHINTA Sebentar, Kakanda…

RAMA Ada apa, Shinta?

SHINTA Sssst…jangan keras-keras

RAMA Iya… Ada apa?

SHINTA Kakanda lihat di sebelah sana… itu kijang yang lucu….

RAMA Owh…yang di sebelah pohon besar itu? Iya, seekor kijang.

SHINTA Dia melihat ke arah kita, Kakanda… (LEBIH MENDEKAT) Hei…kijang…sini…
Dia tidak lari. Kanda, kijang itu manis sekali ya….dia tidak takut denganku.

RAMA Iya, Shinta. Karena kecantikan hatimu….
Dia terpesona dengan kecantikanmu, Shinta.

SHINTA Ah, Kakanda… Aku ingin lebih dekat. Nampaknya kijang itu bersahabat melihat kita. Kakanda tahu, apa yang membuat kijang itu manis dan lucu? (SHINTA LEBIH MENDEKAT).

RAMA Apa ya?

SHINTA Seluruh tubuhnya berwarna keemasan. Sepanjang hidup, aku baru melihatnya.

KETIKA SHINTA LEBIH DEKAT LAGI, KIJANG ITU TIBA-TIBA BERLARI KE SAMPING PANGGUNG.

SHINTA Hei…kijang…jangan lari. Sini… (SHINTA MENDEKATINYA LAGI, DAN KIJANG ITU MENGHINDARINYA KETIKA SUDAH DIDEKATNYA). Kakanda…

RAMA Sudahlah. Biarkan dia hidup bebas di sini.

SHINTA Tapi dia lari-lari terus… Maukah Kanda menangkapnya buatku?

RAMA Kamu menginginkannya? (SHINTA MENGANGGUK) Baiklah.

KEMUDIAN RAMA BERJINGKAT MENDEKATI KIJANG. SAMPAI BEBERAPA KALI USAHA ITU GAGAL. SAMPAI AKHIRNYA KIJANG ITU KELUAR PANGGUNG.
TIBA-TIBA SHINTA MENANGIS, KARENA KIJANG ITU LARI MASUK KE DALAM HUTAN.

RAMA Shinta… Shinta, sayangku. Sudah, jangan menangis. Aku akan menangkapnya untukmu. Tunggu di sini, ya?

LAKSMANA Kakanda?

RAMA Dhimas Laksmana, aku titip Shinta. Tolong jaga dia ya… Aku akan mengejar kijang tadi, dan segera kembali.

LAKSMANA Jangan! Kakanda tidak boleh berangkat sendiri. Biarkan aku yang menangkapnya, Kanda.

RAMA Tidak usah. Biar aku saja.

LAKSMANA Tidak Kanda. Lebih baik Kanda Rama di sini bersama Mbakyu Shinta. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, untuk selalu menjagamu, Kanda. Ijinkan aku yang mengejarnya. Aku tidak ingin Kakanda mendapat kesulitan.

RAMA Kamu meremehkan aku?

LAKSMANA Maafkan aku. Bukan begitu maksudku, Kanda.

RAMA Baiklah, sekarang begini saja. Kita kejar kijang itu berdua. Shinta, kamu tunggu di sini ya?

SHINTA Iya, Kakanda.

LAKSMANA Aduuh…bukan begitu juga maksudku. Berbahaya untuk seorang perempuan sendirian di hutan.

RAMA Kalau begitu aku yang mengejarnya. Tolong jaga Shinta, Dhimas Laksmana… (LANGSUNG PERGI)

LAKSMANA Kakanda! (TIBA-TIBA LAKSMANA MERASA GELISAH)
Mbakyu Shinta. Aku harus berada di dekat Kakanda Rama. Aku akan menyusulnya, Mbakyu.

SHINTA Iya, Laksmana. Kamu sangat berbakti dan setia kepada kakakmu. Susul kakakmu, dan segera kembali, ya…

LAKSMANA Aku akan melindungi mbakyu dengan pagar perlindungan. (LAKSMANA MEMBUAT LINGKARAN MENGELILINGI SHINTA).
Mbakyu Shinta, pagar ini akan melindungi mbakyu selama kami pergi. Tidak akan ada bahaya apapun selama mbakyu ada di dalam lingkaran ini. Ingat pesan saya ini, ya mbakyu. Kalau mbakyu sampai keluar dari lingkaran ini, Laksmana tidak dapat menolong jika mbakyu mendapat bahaya.

SHINTA Iya, sudahlah. Jangan khawatirkan aku. Aku akan ingat pesanmu. Berangkatlah.

LAKSMANA Aku mohon diri, mbakyu (PERGI KELUAR)

TAK BERAPA LAMA, DARI SISI PANGGUNG YANG LAIN, MASUKLAH SEORANG KAKEK BERTONGKAT. IA BERJALAN LEMAH SEKALI. TUBUHNYA BERGETAR SEPERTI MENAHAN LAPAR.

KAKEK Tolong….kasihani saya… tolonglah saya…. Sudah lebih 3 hari belum makan. Tolonglah saya, ndoro….

SHINTA Kakek? Kakek lapar?

KAKEK Iya, ndoro. Mohon belas kasihannya, ndoro… apakah ada tersisa makanan? Saya kelaparan dan rasanya hampir mati…

SHINTA Duh…kasihan sekali. Kakek, saya punya makanan. Itu bekal kami, tadi kami taruh di bawah pohon itu. Kamu boleh ambil yang kamu mau. Sana, ambil sendiri ya….

KAKEK Aduuh ndoro, terimakasih banyak. Ndoro putri baik sekali. Tetapi…

SHINTA Tetapi apa? Sudah ndak apa-apa. Ambil saja sana, ya…

KAKEK Saya akan menjadi seorang yang lancang, ndoro… kalau saya mengambilnya sendiri. Ndoro saja yang ambilkan untuk saya.

SHINTA Ah, ndak apa-apa. Ambil saja, Kek.

KAKEK (DIA MALAH TERJATUH SAKING TIDAK KUATNYA MENAHAN LAPAR)

SHINTA (SPONTAN MENJERIT, DAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH KAKEK) Kakek…, jangan pingsan di sini. Baikah, aku ambilkan ya….

KETIKA SHINTA HAMPIR BANGKIT UNTUK MENGAMBIL BEKAL UNTUK KAKEK, KAKEK ITU BANGUN DAN MENGIKAT KEDUA TANGAN SHINTA. KAKEK BERUBAH MENJADI RAHWANA. RAHWANA TERTAWA. SHINTA MERONTA MEMANGGIL-MANGGIL RAMA)

RAHWANA Kakandamu tidak akan mendengar jeritanmu, Shinta. Marica, yang kau lihat sebagai kijang kencana tadi, telah membawa Rama jauh memasuki hutan Dandaka ini.

SHINTA Kijang itu? Kijang itu Marica?

RAHWANA (TERTAWA) Sekarang kamu sendirian. Dan segera akan kuboyong ke Alengka. Di sana tempatmu yang lebih pantas, Shinta..: istana megah dengan harta berlimpah. Kamu akan melengkapkan keindahan istanaku, menyempurnakan rasa bahagia di dalam hidupku, kebahagiaan Rahwana. Ikut bersamaku ya…?

SHINTA Aku tidak mau. Kanda! Kakanda Rama! Tolong aku…!

RAHWANA Kakandamu sudah jauh dari sini, tak akan mendengar panggilanmu, Shinta.

SHINTA Kakanda Rama akan menghancurkanmu jika kamu membawaku, Rahwana.

RAHWANA Siapa takut? Hahahaa….. Kita ke Alengka, Shinta! Hahahaa…..

KEMUDIAN MEREKA KELUAR. MUSIK KERAS.
LAYAR BESAR MENAMPILKAN RAHWANA TERBANG MEMBAWA SHINTA.







SCENE 3
Setting: Angkasa Raya
RAHWANA MEMBAWA SHINTA DENGAN TANGAN TERIKAT. SHINTA MERONTA-RONTA MINTA DILEPASKAN, JUGA BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL RAMA DAN MEMINTA TOLONG KEPADA SIAPAPUN YANG MENDENGARNYA.
SEMENTARA RAHWANA TETAP MEMAKSA SHINTA UNTUK MAU DIBOYONG KE ALENGKA.

SHINTA Rahwana, berhenti dulu! Berhenti dulu, aku capeek!!
Mestinya kan aku dibawa terbang…lha koq malah berlarian seperti ini?! Capek aku!

RAHWANA Ayolah, Shinta! Kamu harus aku boyong ke istanaku, Alengkadiraja! Kamu akan menjadi permaisuriku selama-lamanya.

SHINTA Lepaskan aku, Rahwana. Lepaskanlah aku. Kamu tahu aku sudah memiliki Rama, kan?

RAHWANA Aku tidak peduli!

SHINTA Lho…koq begitu?

RAHWANA Lha wong cinta koq!

SHINTA Please….lepaskan aku ya!

RAHWANA Tidak bisa, Shinta cah ayu…. Rahwana akan menggempur siapapun yang menghalangi cinta Rahwana. Termasuk kalau Rama menghalangiku.

SHINTA Kamu ndak takut? Kanda Rama itu sakti mandraguna. Gendewa raksasa pusaka kerajaanku saja bisa diangkatnya….

RAHWANA Hahahaaaa….jangankan hanya Rama. 100 Rama pun Rahwana tak akan gentar! Rama itu bagi Rahwana: keciiil…. Hahahaa….

SHINTA Rahwana…!

RAHWANA Ehm…jangan panggil aku begitu, dong…. Panggil aku “Kakanda….” Ya? Ya?

SHINTA Emoh! Ini serius: lepaskan apa tidak?!

RAHWANA Ndak!

SHINTA Kalau tidak dilepaskan, aku bunuh diri saja!

RAHWANA Kenapa bunuh diri? Itu tidak baik. Nanti arwahnya jadi gentayangan… Jangan….ya?

SHINTA Biarin! Gentayangan untuk mbunuh kamu! Aku mau bunuh diri saja kalau begitu!

RAHWANA Jangan Shinta…, please…! Mau ya ke Alengkadiraja bersama Kakanda Rahwana?

SHINTA Emooh!

RAHWANA (TERPANCING KEMARAHANNYA) Sudah, ndak usah banyak cingcong, sekarang kita terbang ke Alengka. Mau atau tidak mau, Rahwana tetap akan membawamu!

SHINTA (MERONTA-RONTA DAN MEMINTA TOLONG)

RAHWANA DAN SHINTA BERPUTAR MENGELILINGI PANGGUNG, SEOLAH DI ANGKASA. SEPANJANG PERJALANAN SHINTA MENJERIT MINTA TOLONG.
MAKA TIBA-TIBA DATANGLAH BURUNG JATAYU. KEDATANGANNYA MENGEJUTKAN RAHWANA.

JATAYU Berhenti!

RAHWANA Ehm…. Siapa kamu? Berani-beraninya menghentikan langkah kaki Rahwana, ha?

JATAYU Aku Jatayu. Kamu koq berani-beraninya membawa kabur perempuan milik orang?

RAHWANA Eeeits! Kamu jangan bicara ngawur! Ini calon permaisuriku, putri titisan Dewi Widowati.

SHINTA Jatayu? Kamukah itu? Kamu kenapa ada di sini?

JATAYU Iya, Shinta. Aku mendengar suaramu, menjerit-jerit meminta tolong. Rupanya kamu telah dibawa kabur orang durjana ini!

RAHWANA He! Kamu bukan saudaraku bukan orangtuaku, seenaknya bilang aku orang durjana! Aseem tenan iq! Apa maksudmu sebenarnya?

JATAYU Kembalikan Shinta ke hadapan Rama Wijaya.

RAHWANA What? Edaaan po? Tidak bisa! Ngomong koq seenak wudelmu dhewe!

JATAYU Artinya aku harus memaksamu menyerahkan Shinta?

RAHWANA Kamu menantang Rahwana?!

JATAYU Aku tidak menantang. Aku memberimu pilihan!

RAHWANA Haaish, sama saja! Kamu minggir atau aku patahkan lehermu!? Minggir!!

JATAYU Aku akan minggir kalau Shinta kamu kembalikan.

RAHWANA Sudah, ndak usah banyak omong, hadapi aku kalau kamu menginginkan Shinta.

SHINTA Adduh aduuh…sudah-sudah… damai-damai, please…. Aku tidak suka kekerasan begini!

JATAYU Tidak apa-apa, Shinta. Rahwana memilih begitu. Aku tidak suka melihat orang berbuat semaunya begini!

SHINTA Hati-hati Jatayu…

JATAYU Baik Shinta….

KEMUDIAN MEREKA PERANG. BEBERAPA KALI MASING-MASING BERHASIL MEMUKUL LAWANNYA. SAMPAI AKHIRNYA JATAYU-LAH YANG KALAH DAN TERJATUH KE BUMI.
MELIHAT JATAYU SUDAH MENJADI LEMAH DAN HAMPIR MATI, RAHWANA LANGSUNG PERGI MEMBAWA SHINTA.

TAK BEGITU LAMA, RAMA DAN LAKSMANA TERGOPOH-GOPOH BERLARIAN MASUK KE PANGGUNG. MEREKA MENCARI-CARI SHINTA. TETAPI YANG DITEMU ADALAH JATAYU.

LAKSMANA Hei, Kangmas Rama…. Ada seekor burung…. (IA MENDEKATI JATAYU. KEMUDIAN TERKEJUT MELIHAT LUKA-LUKANYA) Ha?! Dia terluka, Kangmas. Kasihan sekali. (MEMPERHATIKAN SEKALI LAGI) Sepertinya hampir mati….

RAMA Kasihan sekali. Coba kamu ambilkan obat merah sama kapas, ya? Kita tolong, mudah-mudahan bisa selamat.

LAKSMANA Cari obat merah dan kapas, dimana Kangmas Rama?

RAMA Di situ, ruang P3K!

JATAYU Sudah….ndak usah repot-repot! Sebentar lagi juga aku akan mati.

LAKSMANA Bisa bicara? Burung bisa bicara juga rupanya?

RAMA Jangan berkata begitu. Kami akan menyelamatkanmu. Bertahanlah… Cepat, Laksmana…!

JATAYU Tidak usah!
Apakah aku tidak salah dengar, salah satu dari kalian bernama Rama?

LAKSMANA Iya, ini Kangmas Rama. Aku Laksmana, adiknya. Kamu siapa?

JATAYU Aku Jatayu. Kamu sedang apa di hutan ini?

RAMA Aku sedang mencari Shinta, kekasihku. Ia hilang dari tempat kami berkumpul.

JATAYU Ehm. Shinta tidak hilang. Ia dibawa kabur oleh Rahwana. Aku ingin menolong Shinta, karena dia adalah sahabatku di Kerajaan Mantili. Tapi rupanya, Rahwana terlampau kuat. Aku terluka dan dikalahkan olehnya. Aku minta maaf…

RAMA Rahwana?! Sudahlah… aku berterimakasih atas bantuanmu hingga kamu terluka parah seperti ini. Dibawa kabur kemana, Jatayu?

JATAYU Ia dibawa ke Alengkadiraja untuk dijadikan permaisuri Rahwana.

LAKSMANA Gila! Kangmas, ayo kita kejar Rahwana!

RAMA Sebentar. Sabar, Dhimas…. Kita tolong Jatayu dulu, baru kita ke Alengka.

LAKSMANA Baiklah, kalau begitu.

JATAYU Tidak usah Rama. Aku berterimakasih atas niat baikmu hendak menolongku. Tapi menurut skenario, sesudah aku menceritakan hal ini, aku mati. Aku mati dulu ya…

RAMA-LAKSMANA Jatayu…!

RAMA Kita langsung ke Alengka, Dhimas!

LAKSMANA Siap!

KEMUDIAN MEREKA KELUAR PANGGUNG. PANGGUNG GELAP.




SCENE 4
Setting: Keputren / Tamansari Argasoka di Alengka
MUSIK:
TERLIHAT SHINTA TENGAH MURUNG. DI SAMPINGNYA, TERLIHAT TRIJATA, BERMAKSUD MENGHIBUR SHINTA.

TRIJATA Shinta, semenjak kamu datang ke Alengka, aku belum pernah melihatmu tersenyum. Aku yakin, wajahmu semakin bersinar ketika kamu tersenyum sebentar saja…

SHINTA Bagaimana aku bisa tersenyum, Trijata? Hatiku gundah dan hancur di sini.
Apa alasannya agar aku bisa tersenyum, Trijata? Kegembiraan tak kurasakan di tempat ini.
Apa kau juga bisa tersenyum ketika hatimu menangis?

TRIJATA Tentu saja tidak, Shinta. Hanya para biduan dan aktor yang bisa melakukannya.
Pancaran wajah kita menjadi cerminan suasana hati kita.
Tetapi Shinta, bukankah alasan untuk tersenyum bisa diciptakan?

SHINTA Ajari aku bagaimana caranya?

TRIJATA Dengan menikmati keindahan keputren ini, mungkin?

SHINTA Di sini indah, tetapi masih lebih indah hutan Dandaka, Trijata. Meskipun di sana sepi, terasing, dan miskin…tetapi ada Kanda Rama di sisiku. Aku tak pernah mempersoalkan dimana aku berada. Yang kupersoalkan, dimana kekasihku saat aku ada dan membutuhkannya. (SEDIH)
Aku terlalu mencintai Kanda Rama Wijaya, Trijata. Aku tak bisa dipisahkan seperti ini.

TRIJATA Iya, aku mengerti. Tetapi kita juga mesti menyadari, tidak setiap keinginan dapat tercapai. Tidak semua hal memenuhi harapan. Dan tidak semua impian menjadi kenyataan, Shinta.
Sikap batin kitalah yang membimbing arah hidup kita menjadi lebih bijak.

SHINTA Sikap batin?

TRIJATA Iya, Shinta. Sikap batin, dengan mencoba menerima ikhlas takdir kita?

SHINTA Ini bukan takdirku. Alengka bukan takdirku. Orang gila itu bukan takdirku!

TRIJATA Orang gila? Rahwana?

SHINTA Tentu saja, siapa lagi kalau bukan dia?!

TRIJATA Shinta, mungkin kita agak berbeda pandangan, ya. Kamu merasa bahwa kamu sangat mencintai Rama, dan Rama-lah orang yang kamu anggap paling mencintaimu. Bukankah begitu?

SHINTA Tidak ada cinta yang lebih besar daripada cintaku kepada Kanda Rama.

TRIJATA Tetapi menurutku, tidak ada cinta yang lebih besar melebihi cinta kakakku Rahwana kepadamu, Shinta. Dia memikirkanmu sepanjang waktu. Baginya, tidak ada tema pembicaraan yang menarik, selain membicarakanmu.

SHINTA Itu bukan urusanku. Maksudku, apakah dia juga memikirkanku? Peduli dengan apa yang aku rasakan?

TRIJATA Tentu saja, Shinta. Karena cintanya padamu, tentu saja kakakku akan membahagiakanmu.

SHINTA Dengan cara apa? Dengan cara bagaimana? Sementara aku tidak bahagia bersamanya? Kebahagiaanku adalah bersama Kanda Rama.

TRIJATA Shinta, aku sangat memohon padamu. Bersedialah menjadi permaisuri Rahwana.

TERDENGAR GERAMAN SUARA RAHWANA. SEBENTAR KEMUDIAN RAHWANA MEMASUKI KAPUTREN.

TRIJATA Shinta, dia menuju kemari. Bersikaplah manis, ya? Terimalah pinangannya…

TRIJATA MEMATUT-MATUT PAKAIAN SHINTA, TATA RIAS SHINTA. SHINTA DIAM SAJA. SEMENTARA ITU RAHWANA MASUK.

RAHWANA Trijata, bagaimana?

TRIJATA Owh, Kakak…rupanya kamu yang datang!

RAHWANA Apakah Shinta sudah mau?

TRIJATA Maafkan aku. Kakak tanya sendiri saja, ya?

RAHWANA Haaish…ndak ada gunanya kamu itu! Terus kamu ngapain aja di sini?
Shinta, tambatan hatiku….
Sudah beberapa hari kamu berada di kaputren Alengka. Tentu kamu sudah sempat memikirkan dan mempertimbangkan permohonanku. Bukankah begitu?

SHINTA Aku ndak bisa berpikir, apalagi mempertimbangkan. Stres aku di sini.

RAHWANA Hahahaa….aku tahu, kamu bingung untuk memilih salah satu di antara dua? Kamu ndak usah bingung, apa yang ada di depan mata, itulah jawabannya.
Ayolah, cah ayu…. Mau ya?
Di sini semua kebutuhanmu akan kupenuhi, asal kamu mau menjadi permaisuriku.
Coba katakan, Shinta, kamu inginkan apa?

SHINTA Aku tidak menginginkan apa-apa.

RAHWANA Mobil sport mewah, aku siapkan. Kamu bisa keliling Alengka sesukamu. Atau kereta kencana yang ditarik 20 kuda, akan Rahwana penuhi. Apa, katakanlah, Shinta…
Apakah yang harus aku lakukan untukmu, agar kamu menerima cintaku?
Gunung Hilamaya, akan kupetik dan kupersembahkan padamu.
Danau Tondanau yang indah atau Taman Bunaken yang asri, kalau perlu kupidahkan di sini agar kamu betah.

SHINTA Tidak. Aku tidak membutuhkan semuanya itu.

RAHWANA Tapi kamu tetap akan menerima cintaku, bukan?

SHINTA Tidak juga.

RAHWANA Baiklah, Shinta. Jujur saja, aku hampir-hampir putus asa untuk membujukmu. Aku tidak peduli lagi, apakah kamu cinta atau tidak, kamu harus menjadi permaisuriku.
Mendekatlah kemari, sayangku….

SHINTA ora sudi!

RAHWANA SEKARANG AGAK MEMAKSA SHINTA.

RAHWANA Aku tidak peduli lagi dengan jawabanmu. Aku menganggap semua jawabanmu adalah iya! Maka kemarilah… dan biar kugendong kemana-mana…
Hahahaaa…. takgendong…kemana-mana….

SHINTA Hei!! Nggilani malahan…!

RAHWANA SEMAKIN DEKAT KE SHINTA. SHINTA MASIH BERDIRI DI TEMPATNYA. SEOLAH MEMBERI PELUANG RAHWANA UNTUK LEBIH MENDEKATINYA.
DAN KETIKA RAHWANA BENAR-BENAR TELAH BERDIRI DI SAMPINGNYA, SHINTA JUSTRU MENUNJUKAN SEOLAH DIRINYA “MENERIMA” RAHWANA. TAPI ITU HANYA MUSLIHAT. PADA SAAT YANG TIDAK DIDUGA RAHWANA, SHINTA MENGAMBIL PUSAKA RAHWANA YANG BERUPA PISTOL.

SHINTA (SAMBIL MENODONGKAN PISTOL KE ARAH KEPALANYA SENDIRI)
Berhenti! Kalau kamu melangkah lebih dekat lagi, maka aku akan bunuh diri.
Biar kamu puas menggendong jasadku kemana-mana. Begitu?
Biar kamu senang memiliki jasadku.
Jika itu yang kamu ingin paksakan.
Tapi dengar, kamu tidak akan pernah mendapatkan cinta seorang Shinta!

RAHWANA Shinta… jangan begitu, to? Please…. Jangan….
Sini, kembalikan senjata itu, Shinta…. Ya?

RAHWANA MEMOHON DAN SIMPUH DI TANAH.
TRIJATA TERGOPOH-GOPOH MASUK.

TRIJATA Ada apa ini?

SHINTA Tidak usah turut campur, Trijata.

TRIJATA Iya…iya…Shinta… Tapi kembalikan dulu senjata itu, ya… Bahaya!

SHINTA Tidak berbahaya kalau kakakmu tidak lagi memaksakan cintanya kepadaku.

TRIJATA Iya…iya… Kak, sudahlah. Mengalah dulu, ya… Kamu sayang sama Shinta, kan?

RAHWANA MENGANGGUK. BUJUKAN TRIJATA MEMBUAT SHINTA LEBIH REDA, DAN MEMBIARKAN TRIJATA MENGAMBIL SENJATA YANG DIPEGANGNYA. PANDANGAN MATA SHINTA KOSONG.

TRIJATA Kita mundur dulu saja.

RAHWANA Shinta… Shinta…
Maka katakan apa keinginanmu?

SHINTA Kamu ingin tahu?

RAHWANA Iya

SHINTA Ingin tahu apa ingin tahu banget?

RAHWANA Katakan….

SHINTA Kanda Rama

RAHWANA Coba ulangi….

SHINTA Aku hanya ingin Kanda Rama. Aku kangeeeeen…..Kanda Ramaaaa….

RAHWANA Cukup! Tidak usah diulangi lagi!
Hrrgggh!! Jadi kamu benar-benar menolakku, Shinta?!
Kamu sama sekali tidak menghargai sedikit pun perjuanganku? Kamu sama sekali tidak melihat sedikit pun bagaimana hatiku terlunta-lunta menderita tanpamu? Kamu sama sekali tidak memberi kesempatan untuk Rahwana?
Hhrrggghh!! Shinta….Shintaaa!
Kalau begitu maumu, maka sekarang aku hanya punya satu pilihan!

SHINTA Tepat sekali! Hanya satu: kembalikan aku ke hadapan Kanda Rama. Ya?

RAHWANA Uenak saja! Sebaliknya: Aku harus melenyapkan Rama! Aku harus memusnahkannya, agar kamu tidak lagi tergila-gila kepadanya!

TRIJATA Sudah…! Sudah…!! Kita biarkan Shinta istirahat dulu, Kak.

TRIJATA MENGAJAK RAHWANA PERGI. RAHWANA MUNDUR DENGAN MASIH PENUH AMARAH.

RAHWANA Tidak bisa kalau begini caranya, Trijata! Aku harus membunuh Rama! Aku harus membunuh Rama!! (KELUAR)

SEMENTARA SHINTA DENGAN PANDANGAN DINGIN DAN KOSONG, SEOLAH TIDAK PEDULI DENGAN SUARA RAHWANA DAN TRIJATA LAGI. MUSIK MENGGELAYUT MASUK, MENGIRINGI SHINTA MENGURAI ISI HATINYA (SEDIH RINDU KEPADA RAMA) DENGAN BERNYANYI:…………….

KARENA MENDENGAR NYANYIAN SHINTA YANG MENYAYAT HATI, MASUKLAH HANOMAN KE KAPUTREN DAN MENEMUI SHINTA.
SHINTA TERKEJUT BUKAN KEPALANG.

SHINTA Hei! Kamu ini siapa? Kamu orang Alengka? Anak buah Rahwana juga?
Kaputren ini mestinya indah, aku mengakuinya. Tetapi jadi tidak indah lagi karena dihuni oleh orang-orang yang tidak nggenah. Rajanya buto! Wajahnya ora karuan! Tambah lagi anak buahnya kayak begini!! Hhrrgghh!! Makin stress aku di sini…!!
Mau apa kamu?!

HANOMAN Mohon maaf beribu maaf, sebelumnya, jika kedatangan saya mengejutkan Paduka. Memang benar seperti kata semua orang, saya jelek, karena memang wujud saya adalah kera. Tetapi saya sama sekali bukan anak buah Rahwana. Saya Hanoma, dari Gua Kiskenda.

SHINTA Kamu bukan orang sini, koq blusukan di sini? Kamu sedang mencari siapa?

HANOMAN Saya sudah mengintai istana ini kurang lebih 1 minggu, untuk mencari-cari Paduka. Baru tadi, ketika saya mendengar paduka bernyanyi, saya kira paduka-lah orang yang saya cari. Benarkah Paduka adalah Dewi Shinta?

SHINTA Sik sik…! Aku perlu hati-hati menjawab. Semua orang mengaku mencari Shinta soalnya. Banyak juga penggemarnya, ya? Buat apa kamu mencari Shinta? Kamu seneng sama dia?

HANOMAN Saya sangat menghormatinya.

SHINTA Ini bahaya! Menghormatinya apa menaruh hati? Hanoman, kalau kamu mencari Shinta yang kamu senengi, bukan di sini. Aku bukan Shinta yang kamu cari itu!

HANOMAN Aduuh! Mohon maaf kalau begitu. Di sini banyak sekali putri-putri cantik jelita simpanan Rahwana. Saya kesulitan untuk mencari Shinta.
Aduuh, aduuuh….mati kalau begini. Saya bisa mendapat hukuman dari Prabu Rama kalau saya sampai gagal menjalankan misi ini.
Mohon maaf beribu maaf….kalau begitu saya telah mengganggu waktu paduka, perkenankan saya segera meninggalkan kaputren ini.

SHINTA Sik sik…!
Kamu tadi menyebut Prabu Rama? Siapa dia?

HANOMAN Prabu Rama yang memerintahkan saya untuk membawa pulang Dewi Shinta dari cengkraman Rahwana.

SHINTA Oo…jadi Kanda Rama yang mengutusmu kemari Hanoman?! Sekarang dia berada dimana? Cepat katakan! Dia sehat kan? Dia baik-baik saja?! Katakan, Hanoman…Kanda Rama bagaimana, makin ganteng? Katakan cepat, Hanoman!

HANOMAN Jadi paduka ini Dewi Shinta kekasih Prabu Rama?

SHINTA Tepat sekali!

HANOMAN LANGSUNG HORMAT MEMBERI SEMBAH.

HANOMAN Terimalah salam hormat saya. Prabu Rama sehat wal afiat, paduka.

SHINTA Apakah dia juga sering menyebut namaku? Kanda Rama kangen ndak sama aku?

HANOMAN Tentu saja, paduka. Setiap saat selalu menyebut nama paduka. Maka setelah bertemu Jatayu yang mengabarkan bahwa paduka dibawa Rahwana, Prabu Rama memerintahkan kepada saya untuk membawa paduka pulang kembali ke pangkuan Prabu Rama. Prabu Rama sangat merindukan paduka.

SHINTA Ya…sudah. Kita mau berangkat sekarang? Tunggu di sini, aku mandi dulu, ya?

HANOMAN Hmm…apa tidak sebaiknya kita segera berangkat saja, Paduka? Sebelum kehadiran saya diketahui prajurit Rahwana.

SHINTA Ya wis… yuk!

MUSIK MASUK.
WAJAH SHINTA BERBINAR MENDENGAR KABAR KEKASIHNYA. IA BERJALAN, KEMUDIAN HANOMAN MENGIRINGKANNYA DARI BELAKANG.
TETAPI BARU BEBERAPA LANGKAH, TIBA-TIBA RAHWANA MASUK DIIRINGI BEBERAPA ORANG PENGAWALNYA.

RAHWANA Berhenti!
Hahahaa…. Kamu hendak menculik calon permaisuri Rahwana, ha?
Berani-beraninya kamu masuk ke Alengka untuk mencuri!

HANOMAN Hanoman tidak pernah mencuri. Hanoman hanya menyelamatkan jiwa dua orang manusia agar tetap bisa bersatu. Karena demikianlah seharusnya, dan tidak seorang pun memiliki hak untuk memisahkannya.

RAHWANA Haaish! Omonganmu seperti orang bijaksana saja! Bercermin! Wajahmu saja sudah jelek seperti itu, berani-beraninya ngajari Rahwana tentang hak, tentang jiwa….mbelgedesss….!

HANOMAN Apapun perkataanmu, Rahwana. Kamu memang pinter, tetapi pintermu membuatmu kamu keblinger! Merebut yang bukan hakmu!!

RAHWANA Cukup!
Lama-lama semakin dlewer omonganmu!
Pengawal, tangkap Hanoman!
Karena dia sudah mencuri calon permaisuri, bakar dia hidup-hidup!

MUSIK KERAS
RAHWANA LANGSUNG MENARIK SHINTA, KELUAR.
BEBERAPA PENGAWAL MENGEROYOK HANOMAN. HINGGA AKHIRNYA HANOMAN KALAH, DIBELENGGU, KEMUDIAN DIBAKAR DI DALAM PERAPIAN YANG BESAR.

SAAT PEMBAKARAN ITULAH, HANOMAN MALAH SEPERTI MENDAPAT KEKUATAN SUPERNYA. DALAM KONDISI TUBUH TERBAKAR, IA MENGOBRAK-ABRIK ISTANA ALENGKA HINGGA SELURUH ISTANA TERBAKAR.

HANOMAN Sekarang saat untuk menyerbu Alengka!
Majulah dan pimpinlah seluruh pasukan!
Prabu Rama…! Prabu Rama…!
Kita gempur Alengka!

KEMUDIAN HANOMAN KELUAR.
MUSIK MAKIN KERAS.





SCENE 5
Setting: Alengka
SUASANA PEPERANGAN.
TARIAN PERANG PASUKAN KERA/HANOMAN MELAWAN PASUKAN ALENGKA/RAHWANA.
SETELAH BEBERAPA SAAT BERLANGSUNG, DARI ARAH YANG BERLAWANAN, MASUKLAH RAMA, LAKSMANA DARI KANAN, DARI KIRI MASUKLAH RAHWANA BERSAMA INDRAJIT ADIKNYA.

RAHWANA Hhhrrrggghh….bedebah! Pasukanmu ngobrak-abrik pencilakan di negaraku! Tak tahu aturan!

RAMA Bukankah kamu yang pencilakan dan tidak tahu aturan, Rahwana? Siapa Shinta sehingga kamu dengan seenak hatimu merebutnya dariku?

RAHWANA Itu soal lain! Soal perang ini soal Negara! Soal Shinta adalah soal cinta!

RAMA Kamu juga yang telah membawa persoalan cinta ke tengah peperangan seperti ini. Aku hanya meladeni apa yang kamu inginkan.

RAHWANA Kalau kamu tidak ingin hancur-lebur di sini, lebih baik tarik semua pasukanmu untuk mundur. Jangan menghalang-halangi langkah Rahwana untuk memperistri Shinta!

RAMA Aku tidak akan menghalang-halangi langkahmu, sepanjang langkahmu sesuai tatanan.

RAHWANA Mundur! Apa kamu tidak takut dengan kedigdayaanku?

RAMA Pantang bagi Rama untuk mundur. Dan tidak ada kata takut hanya untuk menghadapi seorang raksasa yang bermoral bejat sepertimu, Rahwana.

RAHWANA Majulah, kamu akan kutumpas habis tanpa sisa, Rama!

RAMA Akan kuhadapi, Rahwana, keluarkan semua kedigdayaanmu!

RAHWANA Indrajit! Indrajit!

INDRAJIT Ya, kangmas?!

RAHWANA Kamu milih menghadapi siapa? Kalau kamu berani, kamu hadapi Rama, ya? Biar aku yang menghadapi Laksmana adiknya.

INDRAJIT Kangmas…masalahnya bukan berani atau tidak. Lawan siapapun aku pasti berani.

RAHWANA La iya… sekarang majulah!

INDRAJIT La ya ndak imbang, to Kangmas…. Aku lawan Laksmana saja!

RAHWANA Wooosh….dasar pengecut!

INDRAJIT Laah…koq aku sing pengecut?! Bukannya kamu yang mau menghindari Rama?! Kamu takut, to?

RAHWANA Takut? Hahahaaaa….besarnya gunung saja remuk di genggamanku, apalagi kalau hanya seorang Rama…. Kuueciiiilll….!!!

INDRAJIT Ya sudah, aku biar lawan Laksmana!
Hei Laksmana! Kamu ngapain ikut-ikutan perang mbantu kakakmu?

LAKSMANA Kamu sendiri ikut perang, Indrajit? Buat siapa?

INDRAJIT Ya, buat kangmasku, to?! Kamu itu gimana…

LAKSMANA Sudah, kamu ndak usah ikut mbantu masmu yang ndak bener itu. Mundur saja sana!

INDRAJIT Eeelaaah…malah ngomong ndak bener kamu ini! Kamu yang mundur!

LAKSMANA Kalau begitu majulah! Akan kuhadapi!

LANTAS MEREKA BERTEMPUR. LAKSMANA MENGHADAPI INDRAJIT. RAHWANA MENGHADAPI RAMA. LAKSMANA AKHIRNYA MENGALAHKAN INDRAJIT, SEMENTARA RAMA LARI TUNGGANG-LANGGANG KELUAR.
SESAAT SETELAH KELUAR, TERDENGAR JERITAN SHINTA MEMINTA TOLONG. SEMENTARA RAHWANA TERDENGAR TERUS MEMAKSA DAN MENGANCAM SHINTA. KEMUDIAN KELUARLAH RAHWANA DENGAN SHINTA YANG TERSANDERA.

RAHWANA Lihatlah Rama…ini Shintamu? Hahahaa…
Kalau kamu tidak mundur dari peperangan ini, maka Shinta juga harus mati.
Dan kita semua tidak ada yang akan mendapatkan Shinta. Hahahaa…
Bagaimana, Rama? Kamu mencintainya, kan?
Kalau kamu mencintainya, mundurlah. Biarkan Shinta berbahagia bersama Rahwana.

TERLIHAT RAMA MENGAMBIL ANAK PANAH DAN MEMBIDIKKAN BUSURNYA KE RAHWANA.

SHINTA Kanda….! (TAKUT)
Jangan Kanda…. Nanti kalau sampai Shinta yang kena gimana?

RAHWANA Bidikkan anakpanahmu, Rama. Bukankah kamu seorang pemanah ulung?! Hahahaa… Kita akan sama-sama senasib, kehilangan Shinta….hahahaa…

LAKSMANA Kangmas…. Pikirkan lagi, Kangmas!

ANTARA GERAMAN DAN TAWA RAHWANA, JERIT TAKUT SHINTA DAN KEKHAWATIRAN LAKSMANA, RAMA TETAP MEMBIDIKKAN PANAHNYA KE ARAH RAHWANA. RAUT MUKANYA TENANG DAN MANTAP. MUSIK KERAS.
LALU PADA HITUNGAN YANG TAK TERDUGA, TIBA-TIBA MUSIK BERHENTI, ANAK PANAH MELESAT MENGENAI RAHWANA. RAHWANA TERHUYUNG-HUYUNG. MUSIK KEMBALI MASUK. SHINTA TERLEPAS DARI TANGAN RAHWANA. AMBRUKLAH DIA.

RAHWANA Rama…hahahaa…. Kamu benar-benar ksatria T O P deh….
Aku mati di tanganmu. Seperti yang sudah digariskan dewa-dewa.
Dan kamu akan mendapatkan Shinta….
Tetapi ketahuilah, Shinta yang sekarang beda dengan Shinta saat masih bersamamu.
Shinta…akuilah…akuilah di hadapan kekasihmu,

SHINTA Akui…akui…apa? Apa maksudmu?

RAMA Katakan Shinta. Adakah yang kamu rahasiakan di hadapan Rama?

SHINTA Ndak ada, Kanda. Ndak ada yang Shinta rahasiakan.

RAHWANA Shinta, akui saja…kau sudah tidak suci lagi. Hahahaaa…dan Rahwana yang telah menodai kesucianmu… Katakan, Shinta!

RAMA Shinta?! Benarkah?

SHINTA Bohong, Kanda! Itu fitnah! Aku masih suci. Cintaku masih suci kepadamu, Kanda. Tak ada yang berubah… Kanda Rama, jangan percaya kepada omongannya!

RAHWANA Selanjutnya, kalian selesaikan sendiri perselisihan kalian, ya?! (MATI)

SHINTA Kanda… (MAU MENDEKAT. TETAPI PANDANGAN RAMA SEPERTI MENERBITKAN KETAKPERCAYAAN PADA SHINTA) Percayalah…aku masih setia padamu. Cintaku masih suci. Percayalah padaku, kanda… (SEDIH, MENANGIS)

LAKSMANA Kangmas? Bagaimana ini?

RAMA Aku tidak tahu, Laksmana.
Shinta….aku…aku…
Bukan berarti aku tidak mempercayaimu. Aku percaya kepadamu, Shinta. Tapi aku tidak percaya kepada Rahwana. Rahwana itu jalang! Liar tanpa tatanan! Bagaimana mungkin dia bisa menaklukan hawa nafsunya sendiri terhadapmu…. Kamu pasti sudah di….(TIDAK MELANJUTKAN)

SHINTA Kanda Rama….

RAMA Maaf… Shinta….

RAMA PERGI. SHINTA KEMUDIAN MENATAP LAKSMANA.
LAKSMANA MENUNDUK.
MELIHAT HAL ITU, SHINTA KEMUDIAN MUNDUR DAN PERGI.

LAMPU MEREMANG, KEMUDIAN GELAP.
MUSIK MENGGELAYUT SEDIH.


SCENE 6
Setting: Istana Rama. Rama dan Shinta, berada di kamar masing-masing. Terletak di sisi kanan dan kiri panggung.
RAMA MONDAR-MANDIR DI DALAM KAMARNYA. WAJAHNYA TERLIHAT GUSAR. SESEKALI IA BERHENTI DAN MENGHELA NAFAS PANJANG. LALU MULAI MONDAR MANDIR LAGI.

RAMA Shinta…bukankah kamu yang mengatakan sendiri, akulah yang mampu mengangkat gendewa raksasa bagimu. Menurutmu, akulah yang akan mampu membahagiakanmu. Hanya aku Shinta, yang kau percaya bisa menghadirkan rasa bahagiamu.

SHINTA Kanda, mengapakah hatimu ragu padaku? Bukankah ini bagian dari perjalanan kita menuju kebahagiaan? Aku menemanimu sepanjang perjalanan. Dari istana ke hutan, dari hutan ke pengasingan…aku terus-menerus menyebut namamu, Kanda.

RAMA Hatiku selalu mencarimu, Shinta. Menggapai-gapai menjangkaumu. Aku tahu kamu adalah kebaikan bagiku. Kamulah keindahan sajak cinta. Kamulah kebahagiaan dalam kitab kehidupanku.

SHINTA Lantas mengapa kamu masih ragu, Kanda? Pernahkah kamu bayangkan, di Argasoka bersama Rahwana aku kesepian merindukanmu? Aku sendiri berusaha keras untuk menjaga cintaku, Kanda. Dan aku yakin aku mampu.
Semua makanan terasa pahit di lidahku.
Semua bunga di taman Argasoka nampak muram di mataku.
Semua kata-kata indah Rahwana dan Trijata terasa perih mengiris dadaku.
Karena aku hanya memandangmu.
Aku hanya mengharapkanmu, Kanda.
Kamu ksatriaku, yang akan selalu ada dan membelaku.

RAMA Kenangan akan hari-hari kita hanya akan menjadi kenangan, Shinta, dan berhenti di kenyataan.
Kenangan saat musim hujan, hanya akan bersisa menjadi genangan.
Kenangan saat musim kemarau, hanya akan bersisa menjadi embun di ujung daun.
Kenyataan hari ini meleburkan harapan, Shinta.
Kenyataan yang kutemui menghancurkan impian tentang kebahagiaan kita.
Aku tidak ingin, cinta terbelah oleh sebuah rahasia.
Aku hanya ingin percaya, dan rahasia adalah padang terbuka buat kita berdua.

SHINTA Kanda….apa yang kamu maksud dengan kenyataan?
Adakah beda dengan perkataan?
Apakah Kanda menganggap perkataan Rahwana juga adalah kenyataan?

RAMA Aku tidak tahu.
Huuft… Apakah benar yang dikatakan oleh Rahwana? Apakah ia sungguh-sungguh telah menodai Shintaku, cantikku, kekasihku?

(PENUH KEMARAHAN)
Arghhh…. Pusing! Pusinggg… Seperti mau pecah saja kepalaku ini.
Dasar Rahwanaaa..! Lintah bedebah berwajah tampahhhh..!
Berani-beraninya dia merampas milikku, menodai kekasihku!

SHINTA Kanda, dengarlah kata-kataku.
Jika aku mempercayaimu, maka akan kuturut apa kata-katamu. Dan biarlah terjadi.
Jika aku menyayangimu, maka kuhadapi apa yang harus kuhadapi untukmu.
Jika aku mencintaimu, maka biarlah darah dan hatiku yang berbicara sendiri di hadapanmu.
Kanda, aku akan menurut kata-katamu.

RAMA Shinta….
Shinta….
Ooh….Dewa… Jagat Dewa Batara….!
Ini sakit tiada terkira…
Mencintai Shinta tak ubahnya menghadapi mautku sendiri…
Aku tak kuasa menanggungnya.
Dewa…Jagat Dewa Batara…. Mengapa cinta mesti suci yang kau minta?
Bukankah sudah cukup penderitaan Shinta di Alengka untuk menggantikan ini semua? Bukankah sudah cukup?
Biarlah aku menerimanya apa adanya….
Biarlah aku menerima Shinta, tanpa menuntut apa-apa…

MUSIK MASUK. MENGANTAR WISNU MUNCUL DI ATAS PANGGUNG, MENGHADAPI RAMA

WISNU Anakku, Rama….

RAMA Oh…Ayahanda Dewa Wisnu, maafkan ananda.

WISNU Aku mengerti kebimbanganmu. (TERSENYUM)
Kamu adalah manusia biasa, pewaris tahta, sekaligus seorang ksatria, Rama.

RAMA Maksud ayahanda?

WISNU Rama, kamu seorang manusia biasa.
Artinya, wajar saja kamu mencintai dan ingin dicintai sepenuh hati. Seperti halnya presiden juga manusia, rocker juga manusia….
Kutanya sekali lagi, siapa yang tengah kamu cintai?

RAMA Shinta, Ayahanda.

WISNU Shinta.
Tetapi kamu juga adalah seorang pangeran pewaris tahta Ayodya.
Artinya kamu harus tahu betul: bagaimana bebet – bibit – bobot dari seorang yang kamu cintai.
Bebet: menimbang wanita dari bagaimana keluarga dan lingkungannya selama ini. Apakah dia dari keluarga yang baik-baik, lingkungan yang juga baik…

RAMA Ayahanda, tak diragukan lagi Shinta berasal dari lingkungan keluarga kerajaan. Keluarga baik-baik yang diteladani seluruh rakyatnya.

WISNU Sekarang Bibit. Menimbang dari asal-usul keturunannya. Anak siapa Shinta?

RAMA Tentu ayahanda sudah mengetahui, Shinta adalah anak Prabu Janaka, sang prabu dari Kerajaan Mantili.

WISNU Sekarang bagaimana Bobot-nya: apakah dia wanita yang memiliki integritas, kredibilitas, memiliki mental dan moral yang baik. Apakah Shinta meyakinkanmu akan nilai ini?

RAMA Sepanjang yang saya tahu, Shinta seorang wanita yang baik, berbudi pekerti yang luhur, menjunjung tinggi kesetiaan dan sangat mencintai saya, ayahanda.
Tetapi….inilah yang membuat saya ragu. Shinta sempat diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka. Sebelum gugur di medan laga, Rahwana sempat mengatakan bahwa Shinta sudah tidak suci lagi. Rahwana telah menodainya, ayahanda….
Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana….

WISNU Rama, tetapi kamu juga adalah seorang ksatria.
Kamu harus ksatria juga untuk memutuskan segala perkara. Termasuk perkara cinta.

RAMA Itu artinya, saya harus membawa Shinta untuk menjalankan hukuman pati obong, ayahanda? Bagaimana saya bisa tega melakukannya?

WISNU Kamu seorang ksatria. Aku percaya kepada keputusanmu, Rama. Sudah dulu, ya… Ayahanda masih ada urusan lain…peresmian kerajaan baru di Antartika. Lain waktu kita lanjut lagi….(PERGI)

RAMA Tapi…ayahanda… Terimakasih ayahanda.

Hmm…
Shinta, maafkan aku.
Kamu harus menjalani pati obong.
Aku benar-benar minta maaf. Aku harus memutuskan perkara ini, agar tidak menjadi masalah buat kita di kemudian hari.
Jika kamu memang sudah tidak suci, kuikhlaskan kamu kembali menjadi debu.
Jika kamu memang masih suci, aku percaya kamu akan terselamatkan dari api.
Dan aku berdoa untukmu. Menunggumu.

PANGGUNG KEMUDIAN REDUP.
SAAT PANGGUNG KEMBALI TERANG, TERLIHAT PERAPIAN BESAR, DAN SHINTA BERDIRI DI ATAS PERAPIAN ITU. API BEGITU BESAR. MENJILATI TUBUH SHINTA. SHINTA TERSENYUM.
DENGAN ABA-ABA DARI TANGAN RAMA, MAKA TERLEPASLAH SHINTA DAN JATUH KE TENGAH PERAPIAN. TERDENGAR BUNYI GEMURUH, JUGA BUNYI SEPERTI KAYU TERBAKAR SESEKALI TERDENGAR MELETUP.
RAMA MENATAP PERAPIAN DENGAN IBA. DEMIKIAN JUGA SEMUA YANG HADIR, MENUNDUK. SETELAH BEBERAPA SAAT, TIBA-TIBA MUSIK BERHENTI: KELUARLAH SHINTA DARI TENGAH PERAPIAN. BEGITU MENGETAHUI SHINTA SELAMAT DARI API, SEMUA ORANG BERSIMPUH MENGHORMATNYA. KECUALI RAMA YANG TERPANA MELIHAT SHINTA.

RAMA Shinta…

SHINTA Kanda…
MEREKA SALING MENDEKAT KE TENGAH PANGGUNG, SALING BERPEGANGAN TANGAN.

RAMA Shinta. Aku tak akan pernah meninggalkanmu barang sedetik pun. Aku hanya ingin membawamu pada kebahagiaan. Aku mencintaimu.

SHINTA Kanda, kamulah kebahagiaanku. Dalam hidup dan matiku. Aku pun mencintaimu, Kanda.

MEREKA DUET, MENYANYIKAN LAGU:………….
KEMUDIAN TERBURAILAH KEMBANG API MENYEMARAKKAN SUASANA.
KOOR:
DI SINI PERTEMPURAN HATI DIMULAI
UTUHNYA SEPASANG HATI HARUS TERUJI
SETIA SEPERTI LANGIT MEMAYUNGI BUANA
PERCAYA SEPERTI BUMI MENERIMA SEGALA

DI BALIK SEMAK DI BALIK POHON-POHON
AKAL DAN NAFSU JAHAT BERSEKONGKOL
NAMUN SEMUA AKAN JADI TERBUKA
KETIKA MATAHARI MENYINARI SEMUA

ASAL MAIN SIKAT, JANGAN
ASAL MODAL KUAT, JANGAN
TAKDIR TELAH DIGARISKAN
TAKDIR TELAH DIGARISKAN

DITUTUP DENGAN MUSIK THEMA. SEMUA BERSUKARIA.

TAMAT

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...