Arena perhelatan Fire of Excellence Moment tahun 2012 ini istimewa, dengan kehadiran mobil kereta, digelar di kawasan terbuka kompleks Gudang Sidorekso dalam naungan rindang pepohonan Trembesi, sajian musik rancak Egarobot Percussion yang memukau, hingga permainan orkestra angklung yang mengharu-biru, membungkus gelar FOE menjadi semakin hidup dan semarak.
Tahun 2012 ini, acara puncak penghargaan kepada rekanan atau mitra bisnis PT Djarum berprestasi atau sering disebut sebagai acara Fire of Exellence (FOE) diselenggarakan di kompleks Gudang Sidorekso, pada 20 April 2012. Para tamu diajak berkeliling mengunjungi kompleks Sidorekso Warehouse dengan mempergunakan dua unit mobil kereta yang dibranding Djarum 76 dan Djarum Super Mild untuk satu mobil golf. Ada beberapa stasiun, dan di stasiun terakhir Gudang F4 dan F5, mereka langsung disambut oleh rekan-rekan dari Departemen Purchasing, seperti Yustinus Dodik Ardiyanto, Victor Kurniawan Ismanto dan Yudianto Handoyo.
Kemudian Eric Wibowo, Sugianto, Siswo Santoso dan Muslikan memandu para tamu dengan menjelaskan berbagai jenis tembakau dan cengkeh, yang berasal dari berbagai daerah, seperti: tembakau dari Weleri, Temanggung, Bojonegoro dan lain-lain yang merupakan bahan baku utama dari produksi rokok kretek Djarum. Dengan antusias, para tamu menikmati eksibisi di kompleks Gudang Sidorekso. Tidak digunakannya besi sebagai penyangga susunan tembakau juga mendapatkan perhatian dari para tamu. Bambu-bambu ini, menurut Eric Wibowo, lebih kuat karena dia bisa lentur dibandingkan besi. Secara safety, bambu juga lebih aman. Terlebih, ada satu kesempatan dimana para tamu dapat berfoto langsung, photo-booth, dengan latar belakang lorong susunan (stapel) tembakau yang tersusun rapi dan bersih. Foto tersebut nantinya langsung jadi, dan diambil sebelum pintu keluar di Gudang F4.
Pada stand berikutya adalah cengkeh di gudang cengkeh, kemudian telah menunggu pula satu stand istimewa, yakni gelaran tembakau dan semua rempah-rempah yang tersaji di sebuah meja panjang. Di meja tersebut pula duduk sebuah boneka kayu, seorang perempuan cantik yang tengah menggiling rokok. Setelah itu, para tamu dipersilakan membubuhkan tandatangan kehadiran pada sebuah pigura besar berlatar belakang pepohonan, menyiratkan pesan hijau sebagaimana kampanye yang gencar dilakukan melalui Djarum Trees for Life. Kemudian memasuki arena utama perhelatan FOE, telah menunggu berbagai sajian hidangan minuman dan makanan, siap untuk dinikmati. Di arena tersebut, para tamu juga bisa menyempatkan berfoto di stand photo-booth, dimana foto tersebut langsung dapat terunggah ke akun netsos seperti facebook.
Di bawah rindang pohon Samanea Saman, atau lebih kita kenal Trembesi, yang sudah berumur sekitar 20 tahun, acara inti FOE digelar. Tempat duduk para tamu yang ditata sebagaimana tempat duduk di cafe, dengan tetap mengesankan akrab dengan suasana alamiah nan segar hasil hembusan oksigen dari beberapa pohon Trembesi yang menaungi. Tak kalah pula, penataan panggung yang artistik, yang terbagi ke dalam tiga buah panggung dari bagian kiri kemudian memanjang ke kanan: panggung musik, kemudian panggung berlatar belakang video yang dibangun dari sebuah mobil truk Djarum Trees for Life yang juga dipergunakan untuk pergelaran tari kreasi, kemudian di bagian paling kanan adalah panggung penghargaan FOE. Alunan musik khas Sunda yang dimainkan Egarobot Percussion sudah mulai merayap terdengar, menambah rekatan suasana alam pedesaan yang hijau dan alamiah, sangat terasa di batin setiap tamu.
Tak berapa lama, Mitawati berlenggak-lenggok lemah gemulai memainkan satu pertunjukan tari Golek Sulung Dayung dari Yogyakarta. Tarian ini mengisahkan kepedulian dan kecintaan seorang puteri keraton terhadap lingkungannya. Kesan keakraban dengan lingkungan di arena FOE memang sangat kuat. Sebuah video raksasa berukuran tinggi 4 meter dan panjang sekitar 15 meter, terus-menerus menayangkan kampanye dan aktivitas Djarum Trees for Life.
Memasuki detik-detik pertama acara, lima orang 5 penari berparas cantik, dengan kostum putih-putih, memasuki panggung. Dengan lincah dan lentur, mereka meliuk-liukkan tubuhnya menurutkan irama musik Egarobot Percussion. Lantas panggung semakin bergemuruh ketika kelima penari itu naik ke panggung, tidak hanya menari, melainkan juga memainkan perkusi. Lima pasang kendang dipasang berdiri, kemudian di belakangnya dua buah tambur kecil (bentuknya serupa rebana). Berlenggok, menabuh perkusi, bersorak, mainkan perkusi di belakang mereka, bersorak, demikian seterusnya menurutkan irama rancak khas Jawa Barat. Suasana yang seharusnya dingin karena sempat diguyur hujan, menjelma hangat oleh komposisi musik dan tari yang disajikan.
Cicilia dan Michael tampil ke panggung mengawal acara, memaparkan bahwa tujuan diselenggarakannya FOE tahun 2012 di Gudang Sidorekso adalah agar para mitra bisnis dapat memberi kesempatan melihat lebih jelas dan langsung bagaimana sarana pergudangan di PT Djarum. Gudang Sidorekso yang sudah berumur 18 tahun silam, berdiri di atas lahan seluas 25,5 Hektar, dan merupakan salah satu dari sepuluh gudang yang dimiliki perusahaan.
Biasanya, gudang hanya terdiri atas unit-unit bangunan saja. Tapi di Gudang Sidorekso tidak, di sana terasa teduh dengan banyaknya pepohonan hijau dan rindang. Ini adalah bukti kepedulian perusahaan terhadap lingkungannya, dan diperkuat lagi dengan adanya program Djarum Trees for Life, yang sekaligus menjadi tema perhelatan FOE tahun ini. Bersamaan dengan itu, para tamu dan mitra bisnis disuguhi tayangan video program Djarum Trees for Life. Tentang asal-muasal hingga perkembangan kepedulian Djarum terhadap lingkungan, menyiapkan pembibitan hingga penanaman Trembesi di sepanjang jalur Pantura. Tahun 2012, penanaman Trembesi sudah merambah dari Losari, perbatasan jawa barat. Dan tahun 2013, Trembesi akan ditanam hingga Jawa Timur.
Penghargaan untuk The Best Bisnis Partner pada FOE tahun ini dipersembahkan untuk 4 kategori, yakni: Sigaret Making SKM, Sigaret Making SKT, Main Packaging dan General Packaging. COO PT. Djarum Victor R. Hartono langsung mengumumkan pemenang masing-masing kategori, sekaligus menyerahkan award kepada pemenang.
Dari nominasi-nominasi yang ada, PT Henkel Group berhak memperoleh penghargaan untuk kategori Sigaret Making SKM. Untuk kategori Sigaret Making SKT, penghargaan direbut oleh PT. Sidodadi Kudus. Kemudian penghargaan untuk kategori Main Packaging diberikan kepada PT. Indopoly Swakarsa Industri. Dan terakhir untuk kategori General Packaging, setelah melewati nominasi-nominasi akhirnya pemenang penghargaan disabet oleh PT. Kedawung Setia.
Dalam sambutannya yang langsung diungkapkan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, Victor R. Hartono menceritakan bagaimana awal mula PT Djarum memulai peduli terhadap lingkungan melalui program Djarum Treef For Life. Adalah Julius Hadinata, Production Director pada sekitar tahun 1979, telah menjadi orang pertama pencetus gagasan ini. Menurutnya, Kudus sudah terlalu panas, dan akan lebih sejuk jika ditanami pohon. Rupanya, belakangan program kita tersebut kemudian disambut hangat oleh banyak pihak, terlebih dengan masalah pemanasan global dan menipisnya oksigen di atmosfer kita. Mulailah beberapa tahun lalu, kita mulai concern terhadap lingkungan.
Kalau orang Amerika yang kaya bisa melakukan banyak penelitian, canggih-canggih, lanjut Victor R. Hartono. Kita akui saja-lah kalau kita nggak bisa. Tapi kalau urusan menanam, kita bisa. Berhubungan dengan banyak pihak, kita bisa. Oleh karena itu, kita kembangkan budaya menanam seperti menanam Trembesi ini. Dan kita memilih Jalur Pantura untuk program ini, karena biasanya Jalur Pantura dipergunakan oleh rekan-rekan kita untuk jalur mudik pada saat lebaran. Selama ini sepanjang jalur itu terasa sangat panas, seperti dipanggang. Sehingga dengan adanya Trembesi ini, mudah-mudahan dapat membantu mengurangi hal itu. Maka kita pilih dulu Jalur Pantura untuk kita tanami Trembesi.
Selain itu, kita juga menyediakan bibit-bibit Trembesi di lokasi pembibitan yang sudah dan terus kita kembangkan. Para mitra bisnis yang ingin menanam Trembesi, bisa dipersilakan membawa Trembesi, demikian Victor R. Hartono sebelum menutup sambutannya dan mengucapkan terimakasih kapada semua mitra bisnis Djarum.
Gelar FOE ditutup dengan atraksi yang mengesan bagi setiap hadirin, yakni orkestra angklung. Karena setiap hadirin diberi satu buah angklung dan membuat komposisi musik bersama secara harmoni. Dipimpin oleh Mbak Ketty dengan gaya dan joke-nya yang khas, orkestra angklung ini mendendangkan beberapa lagu. “Meskipun kita berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, tetapi ketika kita bermain angklung, kita bisa menyanyikan lagu bersama-sama. Perbedaan yang ada, perbedaan nada, justru semakin menambah warna dan keharmonisan, kata Mbak Ketty. Beberapa lagu dimainkan bersama, seperti: Kemesraan dan Falling in Love serta Cucakrowo. Orkestra angklung diakhiri dengan memainkan lagu penutup We Are The Champhion. Sukses!! (aj)
23/04/12
15/04/12
Semarak Lomba dalam Nuansa Tempo Doeloe
HUT 61 PT. Djarum – Lomba Giling & Pak Tahun 2012
Ulang tahun ke-61 PT. Djarum di lingkungan SKT (Sigaret Kretek Tangan) tahun 2012 ini tetap mengagendakan lomba giling dan pak sebagai menu utama. Tetapi tidak semata-mata ada, kegiatan lomba yang diikuti oleh para karyawan borong di SKT kali ini benar-benar istimewa. Berbeda dengan kegiatan tersebut tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, meskipun sederhana, tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan tersebut memiliki warna dan memberikan kesan mendalam di hati seluruh insan SKT.
Peserta lomba merupakan duta-duta yang terpilih dari unit kerja SKT masing-masing. Sebanyak 25 unit kerja SKT bagian giling dan 23 bagian pak, turut ambil bagian dan berupaya keras untuk bisa hadir sebagai jawara. Semangat itu terpancar dari kesiapan dan kedisiplinan mereka mengikuti seluruh rangkaian acara, semenjak pendaftaran hingga pada hari H digelarnya acara.
Istimewa, dari Yel-yel hingga Miss SKT
Banyak hal yang membuat kegiatan lomba giling dan pak yang berlangsung pada hari Minggu, 15 April 2012 ini benar-benar terasa istimewa. Diantaranya adalah lomba yel-yel, pengumuman pemenang yang langsung dilakukan pada hari itu, diadakannya fun game dan kostum peserta lomba.
Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah diadakannya lomba giling dan pak, lomba yelyel diselenggarakan. Lomba yel-yel ini diikuti oleh para duta SKT masing-masing, yang nantinya mengikuti lomba giling dan pak. Beberapa unsur penting yang dinilai adalah kreativitas, kekompakan dan koreografi. Serta tidak kalah pentingnya, durasi tampilan yang tidak boleh melebihi 2 menit.
Pembatasan waktu 2 menit ternyata tidak menghalangi kreativitas para peserta. Mereka terlihat sudah memanfaatkan waktu-waktu latihan mereka, sehingga sebagian besar peserta tampil mempesona, mengharu-biru dan ada juga yang membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. Keseriusan dalam mempersiapkan lomba yel-yel ini memang akhirnya disambut meriah oleh para penonton yang memadati area sekitar panggung yang didirikan di dalam Brak SKT Megawon 2.
Tampil sebagai yel-yel terbaik menurut juri Christy Marinda Handoyo, Surlinda dan Junita Fransisco, adalah penampilan yel-yel dari SKT Karangbener, kemudian disusul SKT Megawon 1 dan juara ketiga direbut oleh SKT Gribig. Para juri ini sengaja dihadirkan dari rekan-rekan non-SKT, seperti Christy Marinda Handoyo dari SKM Krapyak, Surlinda dari Bagian GS dan Junita Fransisco dari Purchasing Staff – Wrapping and Flavour.
Sudah menjadi prasyarat yang ditentukan oleh panitia lomba giling dan pak tahun ini, seluruh peserta diharuskan mengenakan pakaian kebaya. Maka apa yang berbeda secara mencolok pada penyelenggaraan kali ini adalah hadirnya nuansa karyawati SKT kita “tempo doeloe”. Sebagaimana dikatakan Manager SKT Oey Riwayat Slamet dalam sambutan pembukaan acara lomba, hari ini kita juga mengenang masa lalu. Seperti rekan-rekan kita pada waktu lalu, dimana karyawati SKT berkebaya pada saat kerja.
Oey Riwayat Slamet juga mengemukakan bahwa penyelenggaraan lomba giling dan pak merupakan apresiasi atau penghargaan dari management kepada teman-teman SKT yang dinilai di dalam pekerjaannya, mampu dan layak untuk ditampilkan di depan umum. Sehingga management berharap bahwa penghargaan akan diberikan kepada mereka yang benar-benar berprestasi. Tampak hadir, Senior Manager Engineering Iswanto, Senior Manager HRD FX Supanji, Koordinator Manager SKT Iskak Tjahyono Wijaya, Manager SKT Herryanto Subagyo memberikan dukungan moril tersendiri bagi rekan-rekan di lingkungan SKT.
Sementara itu, di luar gedung juga meriah. Terdengar sorak-sorai para penonton dan juga peserta lomba giling dan pak. Satu panggung kecil berukuran 4 x 2 m, menjadi titik pusat perhatian seluruh mata. Di situlah berlangsung game-game menarik, seperti joget holahoop meniup balon hingga pecah, hingga ajang Miss SKT. Sontak saja semua berteriak-teriak, ada yang minta ingin tampil, ada yang bersorak mendukung kawannya, mengelu-elukan. Sang pembawa acara, Minto Nugroho, sungguh patut mendapat acungan jempol. Di tangannya, irama acara menjadi berlangsung meriah dan tidak menjenuhkan.
SKT Pengkol dan SKT Garung Tampil Juara
Cara kerja yang memenuhi standar, pencapaian kualitas dan kuantitas rokok atau pak (bungkus) yang dihasilkan oleh tim giling dan pak dalam waktu 45 menit, inilah yang menjadi dasar dari perhitungan dan penilaian para juri. Singkatnya, para tim giling dan pak dipacu di dalam lomba untuk memenuhi produk dengan cara kerja yang standar, cepat dan berkualitas.
Tujuh juri lomba giling dan tujuh juri lomba pak yang telah dipilih dari beberapa unit kerja SKT, memperhatikan bagaimana teknik dan cara kerja peserta lomba sesuai dengan work instruction yang ada, kemudian menghitung jumlah rokok batangan atau pak yang berkualitas yang dihasilkan, serta dihitung pula jumlah rokok batangan atau pak yang tidak baik yang bisa berakibat mengurangi perolehan nilai.
Akhirnya lomba giling dan pak melahirkan para jawara baru, sebagai berikut: untuk Lomba Giling, Juara 1 direbut oleh SKT Pengkol dengan nilai 842, Juara 2 diraih oleh SKT Megawon 3 dengan nilai 815 dan Juara 3 disabet oleh SKT Jetak dengan nilai 800. Sementara untuk Lomba Pak, Juara 1 diraih oleh SKT Garung dengan perolehan nilai 865, Juara 2 direbut oleh SKT Juana dengan nilai 792 dan Juara 3 dengan nilai 674 disabet oleh SKT Blolo. Hadiah-hadiah pemenang langsung diserahkan pada hari itu juga oleh Iskak Tjahyono Wijaya.
Pengumumam pemenang yang langsung dilakukan ini tentu saja membuat acara semakin seru. Semua peserta tidak langsung meninggalkan arena lomba, hingga saat pengumuman berlangsung. Menurut Aris Eko Supriyatno sebagai Koordinator Operasional Lomba, ini dilakukan agar peserta tidak merasa ‘digantung’ dalam ketidakpastian.
Pelaksanaan lomba tahun ini dikomandani oleh Superintendent SKT Kristian Hadi. Dalam perbincangan singkat dengan WKD, Kristian Hadi mengungkapkan kelegaannya. Rekan-rekan panitia yang terbagi dalam tim kreatif, tim support, tim juri, tim key-in semuanya telah menunjukan kerja keras dan kerjasama yang baik. Hal ini juga diakui Aris Eko Supriyatno yang juga Supervisor SKT Sudimoro, mengatakan bahwa pada pelaksanaan tidak ada kendala yang berarti. Semua tim berjalan dengan baik dan mempunyai komitmen yang tinggi supaya acara ini bisa sukses. (aj)
Panitia Lomba Giling & Pak SKT tahun 2012, berfoto bersama setelah selesai perhelatan lomba. Foto: Asa, Benny A.
Ulang tahun ke-61 PT. Djarum di lingkungan SKT (Sigaret Kretek Tangan) tahun 2012 ini tetap mengagendakan lomba giling dan pak sebagai menu utama. Tetapi tidak semata-mata ada, kegiatan lomba yang diikuti oleh para karyawan borong di SKT kali ini benar-benar istimewa. Berbeda dengan kegiatan tersebut tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, meskipun sederhana, tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan tersebut memiliki warna dan memberikan kesan mendalam di hati seluruh insan SKT.
Peserta lomba merupakan duta-duta yang terpilih dari unit kerja SKT masing-masing. Sebanyak 25 unit kerja SKT bagian giling dan 23 bagian pak, turut ambil bagian dan berupaya keras untuk bisa hadir sebagai jawara. Semangat itu terpancar dari kesiapan dan kedisiplinan mereka mengikuti seluruh rangkaian acara, semenjak pendaftaran hingga pada hari H digelarnya acara.
Istimewa, dari Yel-yel hingga Miss SKT
Banyak hal yang membuat kegiatan lomba giling dan pak yang berlangsung pada hari Minggu, 15 April 2012 ini benar-benar terasa istimewa. Diantaranya adalah lomba yel-yel, pengumuman pemenang yang langsung dilakukan pada hari itu, diadakannya fun game dan kostum peserta lomba.
Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah diadakannya lomba giling dan pak, lomba yelyel diselenggarakan. Lomba yel-yel ini diikuti oleh para duta SKT masing-masing, yang nantinya mengikuti lomba giling dan pak. Beberapa unsur penting yang dinilai adalah kreativitas, kekompakan dan koreografi. Serta tidak kalah pentingnya, durasi tampilan yang tidak boleh melebihi 2 menit.
Pembatasan waktu 2 menit ternyata tidak menghalangi kreativitas para peserta. Mereka terlihat sudah memanfaatkan waktu-waktu latihan mereka, sehingga sebagian besar peserta tampil mempesona, mengharu-biru dan ada juga yang membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. Keseriusan dalam mempersiapkan lomba yel-yel ini memang akhirnya disambut meriah oleh para penonton yang memadati area sekitar panggung yang didirikan di dalam Brak SKT Megawon 2.
Tampil sebagai yel-yel terbaik menurut juri Christy Marinda Handoyo, Surlinda dan Junita Fransisco, adalah penampilan yel-yel dari SKT Karangbener, kemudian disusul SKT Megawon 1 dan juara ketiga direbut oleh SKT Gribig. Para juri ini sengaja dihadirkan dari rekan-rekan non-SKT, seperti Christy Marinda Handoyo dari SKM Krapyak, Surlinda dari Bagian GS dan Junita Fransisco dari Purchasing Staff – Wrapping and Flavour.
Sudah menjadi prasyarat yang ditentukan oleh panitia lomba giling dan pak tahun ini, seluruh peserta diharuskan mengenakan pakaian kebaya. Maka apa yang berbeda secara mencolok pada penyelenggaraan kali ini adalah hadirnya nuansa karyawati SKT kita “tempo doeloe”. Sebagaimana dikatakan Manager SKT Oey Riwayat Slamet dalam sambutan pembukaan acara lomba, hari ini kita juga mengenang masa lalu. Seperti rekan-rekan kita pada waktu lalu, dimana karyawati SKT berkebaya pada saat kerja.
Oey Riwayat Slamet juga mengemukakan bahwa penyelenggaraan lomba giling dan pak merupakan apresiasi atau penghargaan dari management kepada teman-teman SKT yang dinilai di dalam pekerjaannya, mampu dan layak untuk ditampilkan di depan umum. Sehingga management berharap bahwa penghargaan akan diberikan kepada mereka yang benar-benar berprestasi. Tampak hadir, Senior Manager Engineering Iswanto, Senior Manager HRD FX Supanji, Koordinator Manager SKT Iskak Tjahyono Wijaya, Manager SKT Herryanto Subagyo memberikan dukungan moril tersendiri bagi rekan-rekan di lingkungan SKT.
Sementara itu, di luar gedung juga meriah. Terdengar sorak-sorai para penonton dan juga peserta lomba giling dan pak. Satu panggung kecil berukuran 4 x 2 m, menjadi titik pusat perhatian seluruh mata. Di situlah berlangsung game-game menarik, seperti joget holahoop meniup balon hingga pecah, hingga ajang Miss SKT. Sontak saja semua berteriak-teriak, ada yang minta ingin tampil, ada yang bersorak mendukung kawannya, mengelu-elukan. Sang pembawa acara, Minto Nugroho, sungguh patut mendapat acungan jempol. Di tangannya, irama acara menjadi berlangsung meriah dan tidak menjenuhkan.
SKT Pengkol dan SKT Garung Tampil Juara
Cara kerja yang memenuhi standar, pencapaian kualitas dan kuantitas rokok atau pak (bungkus) yang dihasilkan oleh tim giling dan pak dalam waktu 45 menit, inilah yang menjadi dasar dari perhitungan dan penilaian para juri. Singkatnya, para tim giling dan pak dipacu di dalam lomba untuk memenuhi produk dengan cara kerja yang standar, cepat dan berkualitas.
Tujuh juri lomba giling dan tujuh juri lomba pak yang telah dipilih dari beberapa unit kerja SKT, memperhatikan bagaimana teknik dan cara kerja peserta lomba sesuai dengan work instruction yang ada, kemudian menghitung jumlah rokok batangan atau pak yang berkualitas yang dihasilkan, serta dihitung pula jumlah rokok batangan atau pak yang tidak baik yang bisa berakibat mengurangi perolehan nilai.
Akhirnya lomba giling dan pak melahirkan para jawara baru, sebagai berikut: untuk Lomba Giling, Juara 1 direbut oleh SKT Pengkol dengan nilai 842, Juara 2 diraih oleh SKT Megawon 3 dengan nilai 815 dan Juara 3 disabet oleh SKT Jetak dengan nilai 800. Sementara untuk Lomba Pak, Juara 1 diraih oleh SKT Garung dengan perolehan nilai 865, Juara 2 direbut oleh SKT Juana dengan nilai 792 dan Juara 3 dengan nilai 674 disabet oleh SKT Blolo. Hadiah-hadiah pemenang langsung diserahkan pada hari itu juga oleh Iskak Tjahyono Wijaya.
Pengumumam pemenang yang langsung dilakukan ini tentu saja membuat acara semakin seru. Semua peserta tidak langsung meninggalkan arena lomba, hingga saat pengumuman berlangsung. Menurut Aris Eko Supriyatno sebagai Koordinator Operasional Lomba, ini dilakukan agar peserta tidak merasa ‘digantung’ dalam ketidakpastian.
Pelaksanaan lomba tahun ini dikomandani oleh Superintendent SKT Kristian Hadi. Dalam perbincangan singkat dengan WKD, Kristian Hadi mengungkapkan kelegaannya. Rekan-rekan panitia yang terbagi dalam tim kreatif, tim support, tim juri, tim key-in semuanya telah menunjukan kerja keras dan kerjasama yang baik. Hal ini juga diakui Aris Eko Supriyatno yang juga Supervisor SKT Sudimoro, mengatakan bahwa pada pelaksanaan tidak ada kendala yang berarti. Semua tim berjalan dengan baik dan mempunyai komitmen yang tinggi supaya acara ini bisa sukses. (aj)
Panitia Lomba Giling & Pak SKT tahun 2012, berfoto bersama setelah selesai perhelatan lomba. Foto: Asa, Benny A.
14/04/12
Roadshow DHEMIT
Pentas Njawa Teater
Lakon: Dhemit
Karya: Heru Kesawa Murti
Sutradara: Asa Jatmiko
Pemain: Sutrimo, Charis Rohman, Purna Irawan, Mas Rien, Aniek, Saga Veho, Soulya Veho, Evan Evangelista, Aconk Tea.
Pimpinan Produksi: Heru Nugroho
Supervisi: Andreas Teguh Prayoga.
Produksi Tahun 2012.
09/04/12
Embun Tajalli
Judul Buku : Embun Tajalli; Seikat Sajak dan Cerpen Penulis Yogyakarta; Penyair Tamu dari Singapura
Penyunting : Asa Jatmiko, Endang Susanti Rustamaji, Mustofa W. Hasyim, Sigit Sugito, Sri Wintala Achmad, dan Teguh Winarsho AS
Penerbit : Divisi Sastra Indonesia Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XII bekerja sama dengan Yaysan Aksara Indonesia
Tahun : 2000
Tebal : 253
ISBN : 979-95817-9-5
Lahirnya antologi sajak dan cerpen Embun Tajalli, yang menghimpun karya-karya penyair Yogyakarta dan Singapura ini, sungguh di luar dugaan. Ini bukan lagi sesuatu yang mustahil, malah sebuah mimpi yang benar-benar menjadi kenyataan. Kelahiran antologi ini bukan saja dilihat sebagai gabungan usaha murni, tapi jalinan ukhuwah yang akan berterusan bak kata puitis Masuri S.N., “Selagi hayat dikandung badan.” Kami sangat gembira dengan lahirnya antologi puisi dan cerpen ini dan juga berharap semoga di Singapura suatu hari nanti, akan juga dapat berbuat usaha yang sama seperti ini.”
(Johar Buang, Masuri S.N., dan Djamal Tukimin)
Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama berisi sajak-sajak penyair Yogyakarta, yakni Abdul Azis Sukarno, Abdul Wachid BS, Akhmad Muhaimin Azzet, Akhmad Sekhu, Amien Wangsitalaja, Aning Ayu Kusuma, Arief Fauzi Marzuki, Bambang JP, Bambang Widiatmoko, Binhad Nurrohmat, Boedi Ismanto SA, Didik Komaidi, Edi Lyrisacra, Evi Idawati, Fauzi Absal, Hamdy Salad, Hardiyanto, Hari Leo Aer, Hazwan Iskandar Jaya, Iman Budi Santosa, Joko Pinurbo, Kuswahyo SS Raharjo, Kuswaidi Syafi’i, Kodirun Yahya, Mathori A Elwa, Marcellus Nur Basah, Marhalim Zaini, Mustofa W Hasyim, M. Fuad Riyadi, M. Haryadi Hadipranoto, Nurla Gautama (Nurel Javissyarqi), Otto Sukatno CR, Raudal Tanjung Banua, Salman Yoga, Santosa Warna Atmaja, Sigit Sugito, Sri Hartati, Sri Wintala Achmad, Ulfatin Ch, Wildan Em Asrori, dan Zainal Arifin Thoha.
Bagian kedua berisi sajak-sajak penyair Singapura, yakni Djamal Tukimin, Djohar Buang, dan Masuri S.N.
Mulai sini cari dulu di FB:Bagian ketiga berisi cerpen cerpenis Yogyakarta, yakni Abidah El Khalieqy, Agus Noor, Aprinus Salam, Arwan Tuti Artha, Edi AH Iyubenu, Endang Susanti Rustamaji, Erwito Wibowo, Joni Ariadinata, R. Toto Sugiarto, Satmoko Budhi Santosa, Sunardi D. Suwito, Teguh Winarsho AS, dan Whani Darmawan.
Buku itu dicetak terbatas oleh Divisi Sastra Indonesia Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XII bekerja sama dengan Yaysan Aksara Indonesia pada tahun 2000. Saat ini sudah tidak ditemukan di pasaran. Waduh, sayang sekali ya, Mbak Ambar. Tapi, untuk kepentingan dokumentasi, hampir semua penulis yang terlibat di dalamnya rata-rata masih menyimpannya.(Azzet)
-----------------------------
Catatan: tulisan ini saya ambil dari blog-nya Kang Akhmad Muhaimin Azzet. Terimakasih, ya Kang.
06/04/12
03/04/12
Titik Balik "Malam Sampai Malam"
Lokasi: Societet Militery Taman Budaya Yogyakarta
Waktu: 24 Februari 2011 pukul 19.30 WIB
Titik Balik “Malam Sampai Malam”
Keluarga sebagai tempat bernaung dan tempat belajar awal seorang manusia tidak bisa lepas dari berbagai macam permasalahan di dalamnya. Terlebih lagi di Indonesia yang memuat adanya suatu budaya patriarki di salah satu kebudayaan daerahnya. Jawa, bukan hanya sebagai daerah melainkan dengan budaya keluarga patriarkinya sangatlah menarik untuk dilirik lebih jauh.
Budaya patriarki dengan laki-laki sebagai pusat keluarga rasanya tidak sarat juga dengan adanya konflik. Di mana kadangkala dominasi laki-laki begitu kuat sehingga membuat korban tersendiri bagi kaum perempuan. Dari sinilah Teater Lilin Universitas Atma Jaya Yogyakarta mencoba menampilkan sebuah kisah di mana dominasi laki-laki dalam sebuah keluarga Jawa menimbulkan perasaan sakit dan tertekan bagi kaum perempuan. Kasih dan ketundukan yang terlalu dalam kadangkala begitu dalam dan terasa memojokkan.
Dengan sebuah naskah karya Asa Jatmiko dengan berbagai macam adaptasi oleh sutradara Mordenit Banyuurip mencoba menampilkan sisi lain keluarga Haryo yang kental dengan budaya patriarki. Haryo sang bapak yang menimbulkan berbagai macam luka di keluarganya membuat seluruh anggota keluarga menjadi tidak berkembang, susut, bingung, dan tertekan.
Keluarga Haryo di mana Intan si anak yang dinodai oleh ayah kandungnya sendiri. Santi si anak yang sengaja ditutupi sehingga tidak pernah mengetahui akan kejadian pelik keluarganya. Nendra anak laki-laki yang mencoba untuk menerjang budaya patriarki dengan melawan segala kekuasaan ayahnya. Dan Marti seorang ibu yang setia dan penuh kasih menunggu suaminya dan harus menanggung segala perlakuan sang ayah kepada anak-anaknya.
Apakah keluarga ini akan menerima Haryo sebagai bapak yang baik walaupun dia sudah melakukan perbuatan yang sesungguhnya tidak bisa dimaafkan? Ataukah kesetiaan Marti menjadi berpindah ke kasih sayang yang tulus kepada Parmin pembantunya? Ataukah Nendra yang menaruh dendam kepada keluarganya rela mengulang kesalahan ayahnya lagi?
Temukan jawabannya dan temukan juga rasa kasih sayang dalam budaya patriarki yang dialami keluarga Haryo dalam Studi Pentas Teater Lilin UAJY di Societet Militery Taman Budaya Yogyakarta. Pada 24 Februari 2011 pukul 19.30 WIB dengan HTM Rp 6000,00 (pre sale) atau Rp 8000,00 (on the spot). Informasi pemesanan tiket hubungi 081248508312 (Ajeng). Terimakasih dan salam budaya.
Tulisan ini saya ambil dari website Universitas Atmajaya
Waktu: 24 Februari 2011 pukul 19.30 WIB
Titik Balik “Malam Sampai Malam”
Keluarga sebagai tempat bernaung dan tempat belajar awal seorang manusia tidak bisa lepas dari berbagai macam permasalahan di dalamnya. Terlebih lagi di Indonesia yang memuat adanya suatu budaya patriarki di salah satu kebudayaan daerahnya. Jawa, bukan hanya sebagai daerah melainkan dengan budaya keluarga patriarkinya sangatlah menarik untuk dilirik lebih jauh.
Budaya patriarki dengan laki-laki sebagai pusat keluarga rasanya tidak sarat juga dengan adanya konflik. Di mana kadangkala dominasi laki-laki begitu kuat sehingga membuat korban tersendiri bagi kaum perempuan. Dari sinilah Teater Lilin Universitas Atma Jaya Yogyakarta mencoba menampilkan sebuah kisah di mana dominasi laki-laki dalam sebuah keluarga Jawa menimbulkan perasaan sakit dan tertekan bagi kaum perempuan. Kasih dan ketundukan yang terlalu dalam kadangkala begitu dalam dan terasa memojokkan.
Dengan sebuah naskah karya Asa Jatmiko dengan berbagai macam adaptasi oleh sutradara Mordenit Banyuurip mencoba menampilkan sisi lain keluarga Haryo yang kental dengan budaya patriarki. Haryo sang bapak yang menimbulkan berbagai macam luka di keluarganya membuat seluruh anggota keluarga menjadi tidak berkembang, susut, bingung, dan tertekan.
Keluarga Haryo di mana Intan si anak yang dinodai oleh ayah kandungnya sendiri. Santi si anak yang sengaja ditutupi sehingga tidak pernah mengetahui akan kejadian pelik keluarganya. Nendra anak laki-laki yang mencoba untuk menerjang budaya patriarki dengan melawan segala kekuasaan ayahnya. Dan Marti seorang ibu yang setia dan penuh kasih menunggu suaminya dan harus menanggung segala perlakuan sang ayah kepada anak-anaknya.
Apakah keluarga ini akan menerima Haryo sebagai bapak yang baik walaupun dia sudah melakukan perbuatan yang sesungguhnya tidak bisa dimaafkan? Ataukah kesetiaan Marti menjadi berpindah ke kasih sayang yang tulus kepada Parmin pembantunya? Ataukah Nendra yang menaruh dendam kepada keluarganya rela mengulang kesalahan ayahnya lagi?
Temukan jawabannya dan temukan juga rasa kasih sayang dalam budaya patriarki yang dialami keluarga Haryo dalam Studi Pentas Teater Lilin UAJY di Societet Militery Taman Budaya Yogyakarta. Pada 24 Februari 2011 pukul 19.30 WIB dengan HTM Rp 6000,00 (pre sale) atau Rp 8000,00 (on the spot). Informasi pemesanan tiket hubungi 081248508312 (Ajeng). Terimakasih dan salam budaya.
Tulisan ini saya ambil dari website Universitas Atmajaya
Tentang "Malam Sampai Malam"
Oleh Fina Amalia
Tulisan ini saya ambil dari tulisan Fina Amalia di KOMPASIANA | FIKSI | 26 February 2012 | 20:0378
Kisah ini sebenarnya merupakan sinopsis dari naskah yang baru-baru ini dipentaskan oleh UKM Teater di kampus saya, Universitas Atmajaya Yogyakarta dalam rangka kegiatan studi pentas. Naskah dengan judul Malam Sampai Malam ini dibuat oleh Asa Jatmiko dan diadaptasi oleh senior saya di teater, Mas Denit. Pementasannya sendiri dilakukan pada tanggal 24 Februari 2012 lalu di Gedung Societet Military Taman Budaya Yogyakarta. Sinopsis yang saya tulis di sini merupakan hasil adaptasi dari pementasan kemarin, bukan sinopsis naskah asli.
Naskah “Malam Sampai Malam” ini bercerita tentang sebuah keluarga di Jawa. Kepala keluarga ini adalah Ramones Haryo, seorang pria rantau dari daerah Indonesia Timur. Di Jawa ia bertemu dan jatuh cinta dengan perempuan Jawa yang cantik, Marti. Mereka mengikat cinta di usia muda. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai tiga orang anak, yang tertua seorang anak laki-laki bernama Nendra. Anak kedua dan ketiga perempuan, yaitu Intan dan Santi. Nendra pada mulanya anak yang baik dan sangat mengidolakan ayahnya. Intan, adalah sosok anak perempuan yang cantik dan menjadi idola di kalangan pria, namun nasib baik tak berpihak padanya. Santi sendiri merupakan anak perempuan yang begitu lugu dan polos.
Suatu ketika, takdir buruk menimpa keluarga ini. Sang ibu, Marti, yang merupakan keturunan ningrat terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya sebagai seorang pebisnis. Karena kesibukannya, ia lalai menjalankan tugas sebagai istri dan ibu. Ketika Marti pergi ke luar kota, Haryo yang merasa kesepian pun terjerat nafsu setan. Anak perempuannya, Intan, ia perkosa. Saat itu Nendra dan Santi sedang berlibur di rumah nenek mereka. Di rumah mereka hanya ada Yu Tinem, pembantu mereka yang langsung meminta dipulangkan ke desa setalah memergoki Ramones Haryo melakukan perbuatan bejat tersebut. Karena perbuatan itu, Haryo dijebloskan ke penjara selama lima tahun.
Dalam kurun waktu lima tahun itu, keluarga Ramones Haryo berada dalam kondisi buruk. Nendra, si anak sulung berubah menjadi seorang pemberontak. Ia kerap mabuk-mabukan, keroyokan, bahkan tak lagi menaruh sopan santun kepada orang tua. Baginya, sosok ayah yang yang dia idolakan justru menjadi pihak yang telah membuatnya hancur dan berubah. Di dalam hatinya tumbuh dendam kepada ayahnya dan hasrat untuk membunuhnya. Intan sebagai korban kejadian itu terpaksa melewati hari-hari berat. Sempat ia mengandung, namun ibunya, Marti, memaksanya untuk menggugurkan kandungannya demi menjaga nama baik keluarga. Namun bertahun-tahun ia lewati, Intan menemukan sosok pria yang siap menerima dirinya apa adanya, yaitu pria rantau dari Medan, Rafel. Santi sebagai anak bungsu tak pernah diberitahu tentang kejadian itu. Semua anggota keluarga menyembunyikannya. Marti sendiri menjadi rapuh seketika, ia merasa begitu berdosa dengan semua anggota keluarga. Ia sering menyalahkan dirinya atas kejadian itu. Di satu sisi ia masih sulit menerima kejadian itu, namun di sisi lain ia begitu merindukan Ramones Haryo walaupun setan sempat membutakan hati Haryo. Di tengah gejolak dalam keluarga Ramones Haryo, muncul sosok Parmin sebagai pembantu menggantikan Yu Tinem. Parmin adalah sosok pembantu yang selalu siap mendengarkan keluhan dari majikannya, mulai dari Marti sampai Santi. Ia bahkan sosok pembantu yang bisa menghibur para majikannya.
Kisah ini berujung dengan pulangnya Haryo ke rumah mereka setelah dibebaskan dari penjara. Namun Nendra masih tak bisa menerima kepulangan ayahnya. Keinginan membunuh ayahnya juga masih kuat. Di saat anggota keluarga yang lain sudah memaafkan Ramones Haryo dan dengan lapang dada menerima kepulangannya, Nendra yang begitu dendam pun membunuh ayahnya tepat di depan seluruh anggota keluarga Ramones Haryo. Penyesalan datang ketika di ujung kematiannya, Haryo berkata, “Ayah mencintai kalian semua.”
#malamsampaimalam
Saya sebagai penulis naskah MALAM SAMPAI MALAM tersebut, mengucapkan banyak terimakasih atas apresiasinya, juga kepada sahabat-sahabat Teater Lilin - Universitas Atmajaya Yogyakarta dan seluruh sahabat yang telah kembali berproses dan menyelami dengan tekun naskah yang saya tulis pada 1996-an tersebut.
Tulisan ini saya ambil dari tulisan Fina Amalia di KOMPASIANA | FIKSI | 26 February 2012 | 20:0378
Kisah ini sebenarnya merupakan sinopsis dari naskah yang baru-baru ini dipentaskan oleh UKM Teater di kampus saya, Universitas Atmajaya Yogyakarta dalam rangka kegiatan studi pentas. Naskah dengan judul Malam Sampai Malam ini dibuat oleh Asa Jatmiko dan diadaptasi oleh senior saya di teater, Mas Denit. Pementasannya sendiri dilakukan pada tanggal 24 Februari 2012 lalu di Gedung Societet Military Taman Budaya Yogyakarta. Sinopsis yang saya tulis di sini merupakan hasil adaptasi dari pementasan kemarin, bukan sinopsis naskah asli.
Naskah “Malam Sampai Malam” ini bercerita tentang sebuah keluarga di Jawa. Kepala keluarga ini adalah Ramones Haryo, seorang pria rantau dari daerah Indonesia Timur. Di Jawa ia bertemu dan jatuh cinta dengan perempuan Jawa yang cantik, Marti. Mereka mengikat cinta di usia muda. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai tiga orang anak, yang tertua seorang anak laki-laki bernama Nendra. Anak kedua dan ketiga perempuan, yaitu Intan dan Santi. Nendra pada mulanya anak yang baik dan sangat mengidolakan ayahnya. Intan, adalah sosok anak perempuan yang cantik dan menjadi idola di kalangan pria, namun nasib baik tak berpihak padanya. Santi sendiri merupakan anak perempuan yang begitu lugu dan polos.
Suatu ketika, takdir buruk menimpa keluarga ini. Sang ibu, Marti, yang merupakan keturunan ningrat terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya sebagai seorang pebisnis. Karena kesibukannya, ia lalai menjalankan tugas sebagai istri dan ibu. Ketika Marti pergi ke luar kota, Haryo yang merasa kesepian pun terjerat nafsu setan. Anak perempuannya, Intan, ia perkosa. Saat itu Nendra dan Santi sedang berlibur di rumah nenek mereka. Di rumah mereka hanya ada Yu Tinem, pembantu mereka yang langsung meminta dipulangkan ke desa setalah memergoki Ramones Haryo melakukan perbuatan bejat tersebut. Karena perbuatan itu, Haryo dijebloskan ke penjara selama lima tahun.
Dalam kurun waktu lima tahun itu, keluarga Ramones Haryo berada dalam kondisi buruk. Nendra, si anak sulung berubah menjadi seorang pemberontak. Ia kerap mabuk-mabukan, keroyokan, bahkan tak lagi menaruh sopan santun kepada orang tua. Baginya, sosok ayah yang yang dia idolakan justru menjadi pihak yang telah membuatnya hancur dan berubah. Di dalam hatinya tumbuh dendam kepada ayahnya dan hasrat untuk membunuhnya. Intan sebagai korban kejadian itu terpaksa melewati hari-hari berat. Sempat ia mengandung, namun ibunya, Marti, memaksanya untuk menggugurkan kandungannya demi menjaga nama baik keluarga. Namun bertahun-tahun ia lewati, Intan menemukan sosok pria yang siap menerima dirinya apa adanya, yaitu pria rantau dari Medan, Rafel. Santi sebagai anak bungsu tak pernah diberitahu tentang kejadian itu. Semua anggota keluarga menyembunyikannya. Marti sendiri menjadi rapuh seketika, ia merasa begitu berdosa dengan semua anggota keluarga. Ia sering menyalahkan dirinya atas kejadian itu. Di satu sisi ia masih sulit menerima kejadian itu, namun di sisi lain ia begitu merindukan Ramones Haryo walaupun setan sempat membutakan hati Haryo. Di tengah gejolak dalam keluarga Ramones Haryo, muncul sosok Parmin sebagai pembantu menggantikan Yu Tinem. Parmin adalah sosok pembantu yang selalu siap mendengarkan keluhan dari majikannya, mulai dari Marti sampai Santi. Ia bahkan sosok pembantu yang bisa menghibur para majikannya.
Kisah ini berujung dengan pulangnya Haryo ke rumah mereka setelah dibebaskan dari penjara. Namun Nendra masih tak bisa menerima kepulangan ayahnya. Keinginan membunuh ayahnya juga masih kuat. Di saat anggota keluarga yang lain sudah memaafkan Ramones Haryo dan dengan lapang dada menerima kepulangannya, Nendra yang begitu dendam pun membunuh ayahnya tepat di depan seluruh anggota keluarga Ramones Haryo. Penyesalan datang ketika di ujung kematiannya, Haryo berkata, “Ayah mencintai kalian semua.”
#malamsampaimalam
Saya sebagai penulis naskah MALAM SAMPAI MALAM tersebut, mengucapkan banyak terimakasih atas apresiasinya, juga kepada sahabat-sahabat Teater Lilin - Universitas Atmajaya Yogyakarta dan seluruh sahabat yang telah kembali berproses dan menyelami dengan tekun naskah yang saya tulis pada 1996-an tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...
-
Oleh. Sutrimo Banyak orang mengenal Kudus sebagai Kota Wali, atau juga Kota Kretek. Namun bukan itu saja, di sisi lain, Kudus juga banya...
-
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah. Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa ...