10/12/09

Sepucuk Surat Indah

Karya
Asa Jatmiko

Para Pemeran:
WAHYU
KAKEK
TEMAN 1
TEMAN 2
TEMAN 3

Ilustrasi pembuka
Narasi/Surat Kawanku, aku tidak tahu, mengapa orang-orang sulit untuk bersyukur. Banyak mengalami peristiwa gembira, haruslah disyukuri. Sering mengalami peristwa sedih pun, seharusnya tetap disyukuri. Dulu sebelum cacat seperti ini, aku banyak bergembira. Aku masih bebas berlari kemanapun aku mau. Ke gereja sendiri, ke taman bunga bersama kawan-kawanku. Saat itu sungguh aku merasa Tuhan dekat sekali dengan aku. Aku merasa selalu dihibur, diberi apapun yang aku mau. Ya, aku merasa Tuhan begitu dekat sekali.
Tapi kini, aku tak bisa lagi, karena kedua kakiku lumpuh. Sebuah keadaan tubuhku, dimana tak mungkin aku mendapatkannya utuh kembali seperti dulu. Aku sempat kecewa kepada Tuhan. Aku menangis. Aku marah.
Kawanku, ternyata pikiranku salah. Aku pikir hidup ini sudah berakhir saat aku tak lagi punya kaki yang normal. Aku kira Tuhan semakin menjauhi aku, orang yang punya banyak kekurangan. Nyatanya tidak. Aku telah belajar banyak dari pengalaman ini. Tuhan tidak pernah menjauhi kita. Kita lah yang sering menjauhi Tuhan. Kita lah yang sering menolak cintaNya.
Kini aku dapat bercerita kepadamu, kawan. Tidak ada alasan apapun untuk kita tidak bersyukur. Lihat saja aku, apa yang aku punya dalam hidup ini? Aku tak memiliki apa-apa kecuali nyawa yang membuatku hidup sampai detik ini. Dan apakah aku benar-benar memiliki nyawa? Karena nyawa ku semata-mata milik Tuhan. Milik Tuhan, kawanku. Itulah kenapa aku tiap hari berdoa dan bersyukur kepadaNya, atas semua yang melekat pada hidupku. Dan betapa hari ini aku bersyukur, karena Tuhan telah bangkit dari alam maut. Untuk apa, kawanku, untuk membebaskan dosa-dosa kita! Apa kau tidak merasakan betapa Tuhan sangat mencintai kita?

Tiba-tiba terdengar guntur. Lalu terdengar hujan deras.

Wahyu (Sambil melipat dan memasukkan surat yang dipegangnya ke dalam saku bajunya. Ia melihat ke arah langit)
Hujan lagi. Sudah beberapa hari ini hujan turun tiada henti.

Kakek (terdengar Kakek mengetok pintu) Boleh aku masuk, Nak?

Wahyu Iya, masuklah Kek! Ayo cepat masuk, hujan di luar begitu deras.

Kakek Terimakasih.

Wahyu Kakek pasti kedinginan. Saya ambilkan baju dulu ya….

Kakek Tidak usah. Kakek terburu-buru.

Wahyu Ada apa, Kek?

Kakek (menangis) Air sungai yang desa kami meluap, Nak. Kami kebanjiran. Kakek kemari hendak meminta pertolongan, apakah kami boleh mengungsi di rumah ini sampai air surut?

Wahyu Oh…. Boleh Kek! Boleh! Saya senang sekali bisa membantu Kakek.

Kakek Dimana ayah dan ibumu?

Wahyu Sedang pergi ke luar kota. Tidak masalah. Nanti saya akan bilang pada orangtua saya kalau kakek di sini.

Kakek Terimakasih. Tapi kakek harus kembali dulu

Wahyu Kenapa?

Kakek Kakek harus menjemput nenek. Dia sedang berteduh di sana…

Wahyu Baiklah, Kek! Sementara Kakek menjemput nenek, saya akan membuatkan minuman hangat untuk kakek dan nenek, ya!

Kakek Baiklah. Terimakasih.

Kemudian mereka berdua keluar.

Narasi/Surat Hai kawanku. Aku sudah membaca suratmu. Aku senang sekali dengan apa yang kau lakukan. Itu tindakan yang baik sekali, Wahyu. Kamu menolong orang-orang yang kebanjiran, lalu menerima mereka di dalam rumahmu. Itu tindakan terpuji, Wahyu.

Tiba-tiba teman-temannya berteriak dari luar, memanggil Wahyu. Wahyu langsung melipat surat dan memasukkannya ke saku baju.

Teman-teman Wahyu! Wahyu!! (teman-temannya mendekati Wahyu)

Teman 1 Wahyu, kami semua tidak suka dengan apa yang kamu lakukan kemarin?!

Teman 2 Iya! Kami menyesal memilihmu jadi ketua kelas.

Wahyu Memang ini ada apa?

Teman 3 Semenjak kamu jadi ketua kelas, jadi banyak aturannya! Kami semua tidak suka aturan-aturan yang dibuat!

Wahyu Ooo, itu….

Teman 1 Di larang buang sampah di sembarang tempat, hah! Apa itu?!

Teman 2 Kan sudah ada petugas piket, biar mereka yang bertugas membersihkan dong!!

Teman 3 Harus merawat tanaman di depan kelas, harus ini harus itu….bla bla bla…. kebanyakan aturan kalau begini caranya, Bos!!

Wahyu Terus apa mau kalian?

Teman-teman Ya, kembali seperti biasa!

Teman 1 Makan di kelas seenaknya, buang sampah sekenanya, tidak ada acara merawat tanaman….pokoknya bebas.

Teman 2 Kalau begini terus, kapan kita bermain, ya nggak?! (teman-temannya mengiyakan)

Teman 3 Awas ya, kalau besok aturan itu tidak dihapus! Tahu sendiri akibatnya!

Kemudian teman-teman Wahyu pergi. Setelah teman-temannya tidak kelihatan, Wahyu kembali mengambil surat dari saku baju lalu membacanya.

Narasi/Surat Kamu harus bisa, kawanku. Kamu harus bisa meyakinkan mereka bahwa apa yang kamu lakukan adalah benar. Memang tidak serta merta. Memang tidak semudah membalik telapak tangan. Tetapi kamu jangan sampai berhenti.
Seperti aku, kawanku, tak pernah berhenti untuk berusaha hidup dengan penuh semangat. Meskipun kadang dicibir dan dicemooh orang-orang. Mungkin mereka akan bilang bahwa aku hanya sampah, manusia yang tidak berguna. Tidak, kawanku. Aku mengatakan pada diriku, aku tetap manusia yang bisa memiliki arti.
Kawanku, tahukah kau kenapa aku menjadi cacat dan lumpuh seperti sekarang ini?
Ini terjadi karena soal yang sepele: kita tidak pernah mau belajar untuk berdisiplin diri. Dan itulah yang akan kau ingat selalu, kawanku: ketidakdisiplinan adalah sumber malapetaka….
Kawanku, Tuhan telah menciptakan lingkungan yang indah ini untuk kita. Burung-burung berkicau di ranting-ranting pohon yang rindang. Kupu-kupu menyerbuki bunga-bunga agar pohon-pohon berbuah bagi kita. Apakah kita hendak merusaknya?
Jika kau ingin memanggil burung-burung dekat ke halaman rumahmu, tanamlah pohon di halaman rumahmu. Jika kau ingin memanggil kupu-kupu menghiasi jendela kamarmu, tumbuhkan bunga-bunga di tamanmu. Bukankah semua ini adalah pekerjaan indah yang berakhir dengan indah, kawanku?
Air mengalir dari gunung dengan jernihnya. Apakah kita tega untuk membuatnya keruh, dengan sampah-sampah yang kita buang seenaknya?
Apakah kita tidak ada rasa syukur sedikit pun dengan keindahan ini, kawanku?

Terdengar ilustrasi penutup.

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...