10/12/09

Teronggok di Dalam Gudang

Rasanya telah cukup lama teronggok di dalam gudang
Debu melekat menebal dan luka luka dipenuhi karat

Rasanya terlalu berat untuk tidak berkata aku telah usang
Wajah wajah telah menjadi asing di setiap perbincangan

Ada rindu seperti kau menjamahku dahulu
Dan mendengar jerit tawa yang jujur di halaman
Tapi ada cemas jika kau menyentuhku sekarang
Aku tak lagi menjadi sesuatu yang kau inginkan

Teronggok sudah di dalam gudang
Tergeletak seperti barang rongsokan

Hanya saja, entah kenapa engkau selalu hidup di sini
Bersama keliaran jiwaku yang kesepian
Jujur saja aku selalu gagal menulis surat untukmu
Karena terlalu banyak kata kata yang hilang makna
Seperti bunga di etalase
Seperti peristiwa di setiap sinetron Indonesia
Seperti lima ratus dua puluh empat puisiku di koran koran
Menjadi sebuah kemunafikan tak berujung-pangkal

Aku masih mencoba mempercayaimu
Sebagai kidung yang berlagu setelah adzan
Sebagai kleneng lonceng sebelum altar bermadah
Aku masih ingin mendengar kau membuka pintuku
Meski diam diam,
Sebagai pengharapanku akan udara segar di jiwaku

Datang, datanglah engkau kekasihku
Ke dalam sebuah gudang
Dimana teronggok aku di sana
Sebagai rongsokan yang tak lagi berdaya
Jika engkau sebuah cinta
Aku percaya engkau mau memahami dosa dosa.

Jamah, jamahlah aku kekasihku
Ke dalam jiwaku yang penuh luka
Jika engkau sebuah cinta
Engkau pasti mau menerimaku apa adanya.

Kudus, Sept 09

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...