Jepara - Prosesi akad nikah pasangan Asyari Muhammad dan Yuliana Khoirun Nisa telah usai dan berjalan lancar, Sabtu (29/10) kemarin. Senin malam (31/10) untuk memeriahkan pesta perkawinan, di rumahnya Jl. Kauman I RT.03 RW.02 Margoyoso Kalinyamatan Jepara disemarakkan dengan Pesta Budaya.
Selepas maghrib, kediaman penyair ternama ini sudah dipadati oleh tamu yang datang dari berbagai penjuru. Sejak pukul 18.00-20.00 WIB rumahnya tidak ada spesial kecuali hanya hiruk-pikuk tamu undangan serta suara tembang-tembang yang keluar dari CD Player maupun MP3. Namun saat jarum jam telah menujukkan pukul 20.05 WIB suasana berubah. Berubah menjadi panggung pertunjukan untuk menghibur pasangan mempelai serta hadirin yang datang.
Ya, begitulah Pentas Budaya yang membahana dari gang I desa Margoyoso. Tampil dalam kesempatan itu Firda n Friends menghentakan organnya. Ada juga pembacaan puisi dari MM Bhoernomo (Kudus), Ullyl Ch (Kudus), Catur (Pekalongan) dan Mustaqim Umar (Jepara). Dua teater pelajar Jepara, Bosas (SMKN 3 Jepara) serta Tekad Kap (SMAN 1 Mayong) mempertontonkan aksi panggungnya. Selain itu beberapa grup band juga ikut tampil; Fos, Jam Station, Kopi Ireng, Cupu-cupu dan Blucious.
Kado Pernikahan
Bersamaan dengan pesta perkawinannya mereka memberikan kado pernikahan untuk hadirin berupa Kumpulan Puisi Sebatang Rusuk Untukmu. Buku puisi setebal 87 itu ditulis oleh puluhan penyair diantaranya; Budhi Setyawan, Sosiawan Leak, Hendro Martojo, Asa Jatmiko, Galih Pandu, Hadi Lempe, Nurani Mettawati, Sunardi KS, Apito Lahire, Seruni, Budi Ismanto, Dian Hartati dan masih banyak lagi.
Asyari Muhammad kepada Wartawan mengatakan Kumpulan Puisi memang sengaja dibuat semacam buku saku agar bisa dibawa kemana-kemana. "Kado pernikahan memang kami sengaja dibuat simpel agar bisa ditenteng kemana-kemana," katanya disela-sela menjamu tamu undangan.
Antologi puisi itu, ungkapnya di cetak dengan jumlah terbatas. "Karena buku kami cetak dengan sangat terbatas maka buku kami bagikan untuk para penulis maupun teman-teman yang berkecimpung di dunia sastra," tambahnya.
Dengan keterbatasan yang ada, ia meminta maaf kepada sahabat-sahabat yang kebetulan belum kebagian kado pernikahannya. "Sekali lagi kami meminta kepada teman-teman saya yang belum kebagian buku. Hal itu karena keterbatasan yang kami miliki," tuturnya. (Syaiful Mustaqim/ FM) diambil dari INDONESIA TODAY
27/12/11
Artefak Cinta
Sudah tertulis di atas batu,
Hanya cinta sehebat waktu.
Akulah rakai pikatan yang membangun ini candi.
Seluruh kekuatan dan perhatian tercurah di sini.
Engkaulah prameswara,
Yang datang dan membaca relief dan artefaknya.
Dan kau akan tahu,
Yang terbaca di puncaknya adalah cinta.
Prasasti bagi ruang dan waktu yang rapuh.
Pegangan bagi hati kita sering terjatuh.
Di tabir malam kau bernyanyi di taman lumbini.
Suara bening yang mengambar dari lubuk hati.
Engkau putuskan memilihku sebagai jalan tengah.
Antara bumi dan hati: menyatu dan takkan belah.
Menjelmakan sungai.
Melayarkan perahu kita.
Ke samudra penuh cinta.
Aku membiarkanmu mencium keningku,
Karena apalah dayaku melawan kuatnya cintamu.
Engkau adalah kepercayaan
Tempatku menggantungkan harapan
Dian untuk menyusuri kehidupan.
Kudus, 2007
21/12/11
Camo 102, Summer Hills
Dago. Kemegahan yang sunyi.
Dan dia pergi.
Gerimis. Lalu bersisakan rintih anak gadis.
Di ujung rambut yang 12 tahun, menyisir trotoar.
Ada sih kerlip mata.
Tetapi risih.
Tetes gerimis kental meramu cerita.
Mereka ketemu di satu prahara.
Dia bertatto Dago.
Hal hujan, dan kelilingan perbukitan.
“cinta mesti dibasuh di sini.”
Kubangan untuk berendam-diri.
Agar tak menjauh dari suhu alam.
Dia telah pergi. Ke dasar kubangan.
Di Camo aku mengenangnya;
Menjadi puisi, yang kini kau baca.
“perih,
tapi penuh cinta.”
Trotoar Dago, Bandung - 11/11/11.
Dan dia pergi.
Gerimis. Lalu bersisakan rintih anak gadis.
Di ujung rambut yang 12 tahun, menyisir trotoar.
Ada sih kerlip mata.
Tetapi risih.
Tetes gerimis kental meramu cerita.
Mereka ketemu di satu prahara.
Dia bertatto Dago.
Hal hujan, dan kelilingan perbukitan.
“cinta mesti dibasuh di sini.”
Kubangan untuk berendam-diri.
Agar tak menjauh dari suhu alam.
Dia telah pergi. Ke dasar kubangan.
Di Camo aku mengenangnya;
Menjadi puisi, yang kini kau baca.
“perih,
tapi penuh cinta.”
Trotoar Dago, Bandung - 11/11/11.
19/12/11
Djarum Sumbangsih Sosial - Operasi Katarak Mata II
"Ini merupakan operasi kedua," kata Masiran, 70, salah seorang peserta operasi katarak mata persembahan dari Djarum Sumbangsih Sosial. Dua bulan sebelumnya, di acara yang sama, Masiran telah menjalani operasi katarak untuk mata sebelah kiri. Dan pada 17 dan 18 Desember yang lalu, menjalani operasi untuk mata sebelah kanan. Akhirnya semakin lengkaplah, terang dunia kembali dirasakan oleh kedua matanya yang selama ini terselubung kabut katarak.
"Saya sungguh bersyukur. Operasi ini terlaksana atas bantuan Djarum," lanjut Masiran. Saya mendoakan semoga orang Indonesia merokok Djarum semuanya, kata Masiran penuh syukur. Begitulah luapan kegembiraan Masiran, sebagaimana disampaikannya kepada WKD sesaat sebelum meninggalkan RS Mardi Rahayu.
Operasi Katarak Mata tahap kedua telah berlangsung. Ada 46 saudara yang telah berhasil doperasi, 2 orang dinyatakan gagal karena alasan kesehatan, sementara 4 orang lainnya yang direncanakan ikut, akhirnya tidak datang sampai pelaksanaan operasi berakhir.
Pada kesempatan tersebut tampak hadir FX Supanji, Senior Manager HRD berada di tengah-tengah kegiatan berlangsungnya operasi katarak mata tahap kedua ini, bersama Budi Darmawan, Corcomm Manager. Kemudian terlihat pula Petrus Eko Singgih dari HRD, didampingi Elyta Handayani dari Public Affair dan Fransisca Berty dari EHS PT. Djarum. Ditambah rekan-rekan medis, seperti; Tatik, Yati, Lina dan Sri Mukti. Semua melayani dengan sepenuh hati, saudara-saudara dari keluarga Djarum yang menjalani operasi.
Pada kesempatan tersebut, Budi Darmawan juga menyampaikan selamat kepada seluruh peserta operasi katarak tahap kedua. "Pada kesempatan berikutnya, kami juga ingin keluarga Djarum mengajak tidak hanya saudara tetapi mungkin juga tetangganya yang menderita katarak, yang kebetulan kurang mampu, dapat kita bantu menjalani operasi katarak ini." Semoga.***
Liputan: Asa Jatmiko
09/12/11
Asah Pena Jurnalis WKD
----------------------------------------------------
Pengantar: Pada sebuah penerbangan dari Semarang ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan jurnalistik koresponden WKD (Warta Keluarga Djarum), sambil menunggu boarding, sebagaimana para penumpang lain yang sibuk membaca, seolah saya terpanggil juga untuk ikut sibuk membaca. Akhirnya saya ambil saja satu majalah yang terselip di belakang kursi penumpang di depan saya. Sebuah media internal milik sebuah BUMN. Media tersebut tersaji dalam dwi bahasa, Indonesia – Inggris. Keren. Tutur bahasa tulisnya baik, penataan foto dan gambar-gambar ilustrasinya menarik. Dan ketika saya membaca Bali pada salah satu halamannya, saya lupa sedang terbang di atas Pulau Jawa.
----------------------------------------------------
Bertempat di Summer Hills, Bandung, para jurnalis WKD yang selama ini aktif dan konsisten menjadi koresponden WKD dari seluruh site Djarum di Indonesia, berkumpul untuk pelatihan jurnalistik, 9 – 11 November 2011. Inilah pertemuan pertama semenjak lahirnya WKD 9 tahun ini, setelah melihat bagaimana meniscayakan WKD sebagai media komunikasi internal keluarga Djarum yang lebih baik dan lebih menarik ke depan.
Rudijanto Gunawan selaku pemimpin redaksi menuliskan tagline pada saat pembukaan acara “Pelatihan Jurnalistik Pertama WKD”. Pelatihan ini, harapan Rudijanto Gunawan dalam sambutannya di depan 27 peserta, akan menambah kemampuan jurnalis kita di WKD. Kata “pertama” yang dimaksudkan adalah konsistensi kita semua untuk terus mengembangkan WKD ini, berikutnya dan terus-menerus. Dari selorohan Warta Karepe Dhewe menjadi Warta keluarga Djarum yang benar-benar lebih baik. Syukur-syukur menjadi Warta Keluarga Dunia, ujarnya disambut tepuk tangan antusias peserta pelatihan. Itulah sekelumit perwujudan semangat untuk memajukan media kita tercinta.
Ruang Konferensi di Summer Hills Hotel pada malam pertama sungguh telah menampakkan gairahnya, ketika pelatihan sesi pertama dimulai. Tampil sebagai narasumber adalah Rudy Novriyanto, seorang wartawan senior Majalah TEMPO. Ia memaparkan bagaimana sebuah media internal bisa dibangun dan dikembangkan secara maksimal.
Bertolak dari pengalamannya di TEMPO, Rudy Novriyanto banyak menjelaskan tentang bagaimana sistem keredaksian disusun, peranan dan fungsi dewan redaksi, reporter hingga tahap yang paling krusial dan menentukan, yakni ketika redaksi mulai membuat perencanaan materi sampai pilihan-pilihan rubrikasi yang sesuai dengan potensi yang dimiliki keluarga Djarum.
Rekan-rekan yang datang dari penjuru Indonesia, secara antusias dan menggebu merespon setiap sesi diskusi. Bahkan, acapkali pertanyaan yang diajukan oleh peserta meluas dari topik pembicaraan, seperti soal teknik menulis dan ragam gaya penyajian berita, misalnya. Padahal sesi mengenai hal itu baru akan digelar besoknya.
Sekali lagi, peran serta aktif seluruh peserta telah membuktikan, bahwa memang ada kerinduan yang kuat untuk segera memperbaiki WKD. Baik dari tampilan, lay-out hingga kualitas penyampaian berita sehingga di tangan pembaca WKD juga akan menjadi media yang dinantikan kehadirannya. Tidak hanya sekedar hadir, sesaat dibaca kemudian ditinggalkan tergeletak di atas meja atau rak buku. WKD bisa menjadi sebuah media yang berisi jalinan komunikasi yang indah, informatif sekaligus manusiawi. Layaknya kita menantikan kedatangan suami atau istri kita setiap sore sehabis bekerja, dinantikan karena kehangatan dan keakrabannya, untuk kemudian bersama-sama membicarakan berbagai hal - merangkai masa depan lebih baik.
Ayo Menulis!
Semakin lengkaplah pelatihan jurnalistik koresponden WKD, dengan dihadirkannya Sigit Rahardjo, seorang wartawan Tabloid KONTAN dari Gramedia Group, sebagai narasumber pada keesokan harinya. Sigit Rahardjo banyak menguraikan lebih banyak mengenai teknik menulis, bagaimana memulai, mengusir ‘hantu-hantu’ yang membelenggu pikiran saat sedang menulis hingga ragam gaya penulisan dan praktek reportase kemudian menyajikannya ke dalam sebuah tulisan liputan.
Siapkan alat tulis apa saja, kertas, mesin tik, komputer, laptop atau tablet, dan jangan tunggu apa-apa lagi. Jangan berpikir terlalu lama ketika hendak menulis. Terlalu lama berpikir hanya akan memberi kesempatan pada Tuan Penyensor di dalam diri kita untuk menghakimi keinginan menulis.
Tak satu pun dari kita yang tidak bisa menulis, kata Sigit Rahardjo. Oleh karena itu, siapapun yang bisa menulis sebenarnya bisa menjadi seorang penulis. Menulis apa saja, mulai dari menulis surat, sms bahkan sekedar menulis pesan di secarik kertas. Mari kita buktikan, ajaknya. Lalu Sigit Rahardjo memberi tugas ringan untuk seluruh peserta, setiap peserta membuat sms ajakan makan malam kepada rekan di sebelah kirinya, dan kirimkan. Semua peserta melakukannya, karena menulis sms memang sudah menjadi kebutuhan dan kebiasaan kita semua selama ini. “Gampang, kan? Ternyata semua memang bisa menulis,” tegasnya.
Lebih dalam Sigit menjelaskan bagaimana teknik menulis yang baik dan enak dibaca. Susunan kalimat yang idealnya memenuhi unsur SPOK (Subyek – Predikat – Obyek – Keterangan), kecermatan penulisan kata dan kalimat dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Serta bagaimana sebuah berita dibangun dan dituangkan secara lengkap dengan memiliki unsur-unsur Apa – Siapa – Kapan – Dimana – Mengapa – Bagaimana atau lebih dikenal sebagai 5W + 1H.
WKD dan Pelatihan Jurnalistik
Pelatihan jurnalistik untuk para koresponden WKD ini diikuti oleh 27 peserta yang berasal dari Kantor HQ Jakarta (Andrianto Wibowo Nuswanto, Budi Erianto, Dhanny Winata Hoeniarto, Fredric Wijaya dan Vivi), Kudus (Soejatno, Endar Mardian Utama, Muh. Sholihin, Jumari HS dan Asa Jatmiko), DSO Pekanbaru (Singgih Wahyu Dewantoro), DSO Tangerang (Wawan Dwi Santosa), DSO Subang (Erick Riyanto), DSO Cirebon (Fransiskus Adityas), DSO Bandung Kabupaten (Rickardo Siagian), DSO Tasikmalaya (Willy Andriansyah), RSO Bandung (Yudhi Artanto dan Bambang Laksana), DSO Banjar (Yudi Syarif), DSO Purwokerto (Andrejas Barkah Sanjoto), DSO Tegal (Fahmi B. Kurniawan), RSO Semarang (Antonius Yudo Prihartono), DSO Jogjakarta (Haris Fujiari), DSO Malang (Eko Sulistiyo), DSO Palu (Pratiwindya Dewangga Putra), DSO Denpasar (I Putu Parnata), dan dari RSO Surabaya (Martan Arlianto).
Seakan menjawab apa yang selama ini dirindukan oleh semua peserta yang selama ini aktif mengisi lembaran WKD, bahwa pelatihan jurnalistik tersebut sangat penting bagi peningkatan kemampuan menulis untuk media dengan baik. Selain itu, dengan pertemuan tersebut juga akan memberikan gambaran lebih jelas tentang bagaimana WKD akan bergerak dan berkembang ke depan, menyatukan visi-misi dan konsep pengembangan media WKD sehingga langkahnya bisa berderap bersama dan berirama.
Kemampuan menulis memang memerlukan banyak latihan dan praktek. Sedikit ketrampilan saja, tetapi dibarengi dengan kemauan yang kuat untuk selalu berlatih, mengasah kepekaan dan kejelian dalam mengamati peristiwa, tetap akan banyak membantu keberhasilan untuk menuliskan berita dengan baik. Tidak harus menjadi “ahli”, karena tugas utama rekan-rekan tetaplah pekerjaan masing-masing di bagiannya, tetapi paling tidak para jurnalis WKD paham dan nantinya mampu menulis dengan kaidah jurnalistik yang baik.
Maka tak ubahnya ladang gersang, program pelatihan ini telah menjadi air hujan bagi WKD; menyegarkan kembali semangat menulis, menumbuhkan tunas-tunas kecintaan menulis dan diharapkan nantinya subur bersemi dan berbuah. WKD yang hadir dengan tulisan-tulisan bernas, berwawasan tetapi juga menarik akan dirindukan kehadirannya. Dari sinilah, WKD tidak hanya terbit untuk kemudian diletakkan begitu saja setelah membolak-balik halamannya sebentar, melainkan akan menjadi bahan pengembangan, pendokumentasian, sarana saling mengenal dan menyatukan, media yang berisi tulisan saling berbagi semangat, dan akhirnya WKD menjadi media yang mampu berkontribusi bagi Djarum. Sebagaimana diamini oleh para peserta pelatihan, seperti Soejatno dan A. Yudo Prihartono bahwa WKD juga niscaya dapat menjadi agen perubahan yang penting bagi kemajuan Djarum.
Fotografi Berperan Penting
Potensi dunia fotografi di kalangan karyawan Djarum selama tiga tahun terakhir menunjukan perkembangan yang sangat tajam. Dunia fotografi sudah bukan barang langka, bahkan sudah sangat akrab, ditandai dengan adanya wadah Djarum Photography Club (DPC), misalnya. Memang pada kenyataannya pula, makin banyak rekan-rekan Djarum yang sekarang sudah memiliki sendiri peralatan fotografi dari model lama dan termurah hingga model kamera yang digital, canggih dan berharga tinggi. Dari kamera pocket hingga DSLR. Hal ini menunjukan hobby dan kecintaan terhadap fotografi telah mewabah dan bahkan telah menjadi trend.
Bukankah ini juga merupakan potensi? Potensi inilah yang seyogyanya ditangkap oleh WKD, sebagai media ekspresi, pengembangan pengetahuan serta tidak kalah penting adalah mengkomunikasikan berbagai pernik dan perkembangan Djarum melalui gambar/foto.
Tetapi, menyitir kata-kata seorang fotografer senior Indonesia Arbain Rambey, bahwa tidak pernah ada kamera yang terbaik, yang ada hanya fotografer terbaik. Yang penting adalah manusianya, bukan alatnya. Maka pelatihan juga menghadirkan Hendra Suhara, seorang fotografer yang juga bekerja di KONTAN. Foto yang baik adalah foto yang jelas dan mudah dipahami oleh semua orang yang melihatnya, kata fotografer Hendra Suhara. Dengan demikian, foto seharusnya mampu ‘berbicara’ sendiri meskipun tidak disertai keterangan foto atau dijelaskan oleh fotografernya.
Pada foto jurnalistik, kaidah 5W + 1H tetap merupakan hal wajib dalam setiap melakukan pemotretan, tambahnya. Lalu lebih jauh Hendra menjelaskan banyak tentang teori fotografi serta tips-tips pemotretan agar menghasilkan foto yang baik. Dari sini kita semua bisa berharap, WKD ke depan akan tampil penuh warna dan menarik. Berita akan disajikan dengan bahasa yang enak dibaca, sementara foto-foto akan tampil dengan gambar yang tidak hanya indah, juga mampu ‘berbicara’ dan mudah dimengerti.
WKD ke Depan
Pada salah satu kesempatan penutupan acara, Rudy Lewono selaku Dewan Redaksi WKD mengatakan bahwa sekarang yang paling penting kita lakukan setelah pelatihan ini adalah menulis dan menulis, agar tulisan kita semakin baik. Tunjukan dan buktikan dulu kemampuan kita semua itu. Angkatlah semua peristiwa dan potensi membangun yang ada di Djarum ini.
Rudy Lewono juga berharap pada waktu selanjutnya para penulis WKD tidak hanya 27 orang ini. Semakin banyak dan semakin menjangkau seluruh bagian dan DSO, sehingga semakin lengkap isinya. Sementara itu, Budi Darmawan juga mengatakan optimismenya jika WKD ke depan bisa terbit dua bulan sekali. “Melihat potensi dan banyaknya rekan-rekan bergabung untuk menulis di WKD, terbit dua bulan sekali bukan hal yang mustahil. Stock tulisan pasti akan lebih terjamin,” jelasnya.
----------------------------------------------------
Penutup: Pada penerbangan dari Jakarta ke Semarang setelah mengikuti pelatihan jurnalistik koresponden WKD, sebagaimana biasanya para penumpang lain yang sibuk membaca, tapi kali ini saya tidak ingin melakukannya. Karena tangan imajinasi saya telah membuka-buka halaman WKD. Tutur bahasa tulisnya baik, penataan foto dan gambar-gambar ilustrasinya menarik. Dan ketika saya membaca salah satu feature yang ditulis rekan dari DSO Palu pada salah satu halamannya, tiba-tiba saya rindu berkarya penuh semangat esok pagi di Djarum. Eh, saya lupa kalau saya sedang terbang di atas Pulau Jawa. Semoga.
----------------------------------------------------
Ditulis oleh:
Asa Jatmiko
Pengantar: Pada sebuah penerbangan dari Semarang ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan jurnalistik koresponden WKD (Warta Keluarga Djarum), sambil menunggu boarding, sebagaimana para penumpang lain yang sibuk membaca, seolah saya terpanggil juga untuk ikut sibuk membaca. Akhirnya saya ambil saja satu majalah yang terselip di belakang kursi penumpang di depan saya. Sebuah media internal milik sebuah BUMN. Media tersebut tersaji dalam dwi bahasa, Indonesia – Inggris. Keren. Tutur bahasa tulisnya baik, penataan foto dan gambar-gambar ilustrasinya menarik. Dan ketika saya membaca Bali pada salah satu halamannya, saya lupa sedang terbang di atas Pulau Jawa.
----------------------------------------------------
Bertempat di Summer Hills, Bandung, para jurnalis WKD yang selama ini aktif dan konsisten menjadi koresponden WKD dari seluruh site Djarum di Indonesia, berkumpul untuk pelatihan jurnalistik, 9 – 11 November 2011. Inilah pertemuan pertama semenjak lahirnya WKD 9 tahun ini, setelah melihat bagaimana meniscayakan WKD sebagai media komunikasi internal keluarga Djarum yang lebih baik dan lebih menarik ke depan.
Rudijanto Gunawan selaku pemimpin redaksi menuliskan tagline pada saat pembukaan acara “Pelatihan Jurnalistik Pertama WKD”. Pelatihan ini, harapan Rudijanto Gunawan dalam sambutannya di depan 27 peserta, akan menambah kemampuan jurnalis kita di WKD. Kata “pertama” yang dimaksudkan adalah konsistensi kita semua untuk terus mengembangkan WKD ini, berikutnya dan terus-menerus. Dari selorohan Warta Karepe Dhewe menjadi Warta keluarga Djarum yang benar-benar lebih baik. Syukur-syukur menjadi Warta Keluarga Dunia, ujarnya disambut tepuk tangan antusias peserta pelatihan. Itulah sekelumit perwujudan semangat untuk memajukan media kita tercinta.
Ruang Konferensi di Summer Hills Hotel pada malam pertama sungguh telah menampakkan gairahnya, ketika pelatihan sesi pertama dimulai. Tampil sebagai narasumber adalah Rudy Novriyanto, seorang wartawan senior Majalah TEMPO. Ia memaparkan bagaimana sebuah media internal bisa dibangun dan dikembangkan secara maksimal.
Bertolak dari pengalamannya di TEMPO, Rudy Novriyanto banyak menjelaskan tentang bagaimana sistem keredaksian disusun, peranan dan fungsi dewan redaksi, reporter hingga tahap yang paling krusial dan menentukan, yakni ketika redaksi mulai membuat perencanaan materi sampai pilihan-pilihan rubrikasi yang sesuai dengan potensi yang dimiliki keluarga Djarum.
Rekan-rekan yang datang dari penjuru Indonesia, secara antusias dan menggebu merespon setiap sesi diskusi. Bahkan, acapkali pertanyaan yang diajukan oleh peserta meluas dari topik pembicaraan, seperti soal teknik menulis dan ragam gaya penyajian berita, misalnya. Padahal sesi mengenai hal itu baru akan digelar besoknya.
Sekali lagi, peran serta aktif seluruh peserta telah membuktikan, bahwa memang ada kerinduan yang kuat untuk segera memperbaiki WKD. Baik dari tampilan, lay-out hingga kualitas penyampaian berita sehingga di tangan pembaca WKD juga akan menjadi media yang dinantikan kehadirannya. Tidak hanya sekedar hadir, sesaat dibaca kemudian ditinggalkan tergeletak di atas meja atau rak buku. WKD bisa menjadi sebuah media yang berisi jalinan komunikasi yang indah, informatif sekaligus manusiawi. Layaknya kita menantikan kedatangan suami atau istri kita setiap sore sehabis bekerja, dinantikan karena kehangatan dan keakrabannya, untuk kemudian bersama-sama membicarakan berbagai hal - merangkai masa depan lebih baik.
Ayo Menulis!
Semakin lengkaplah pelatihan jurnalistik koresponden WKD, dengan dihadirkannya Sigit Rahardjo, seorang wartawan Tabloid KONTAN dari Gramedia Group, sebagai narasumber pada keesokan harinya. Sigit Rahardjo banyak menguraikan lebih banyak mengenai teknik menulis, bagaimana memulai, mengusir ‘hantu-hantu’ yang membelenggu pikiran saat sedang menulis hingga ragam gaya penulisan dan praktek reportase kemudian menyajikannya ke dalam sebuah tulisan liputan.
Siapkan alat tulis apa saja, kertas, mesin tik, komputer, laptop atau tablet, dan jangan tunggu apa-apa lagi. Jangan berpikir terlalu lama ketika hendak menulis. Terlalu lama berpikir hanya akan memberi kesempatan pada Tuan Penyensor di dalam diri kita untuk menghakimi keinginan menulis.
Tak satu pun dari kita yang tidak bisa menulis, kata Sigit Rahardjo. Oleh karena itu, siapapun yang bisa menulis sebenarnya bisa menjadi seorang penulis. Menulis apa saja, mulai dari menulis surat, sms bahkan sekedar menulis pesan di secarik kertas. Mari kita buktikan, ajaknya. Lalu Sigit Rahardjo memberi tugas ringan untuk seluruh peserta, setiap peserta membuat sms ajakan makan malam kepada rekan di sebelah kirinya, dan kirimkan. Semua peserta melakukannya, karena menulis sms memang sudah menjadi kebutuhan dan kebiasaan kita semua selama ini. “Gampang, kan? Ternyata semua memang bisa menulis,” tegasnya.
Lebih dalam Sigit menjelaskan bagaimana teknik menulis yang baik dan enak dibaca. Susunan kalimat yang idealnya memenuhi unsur SPOK (Subyek – Predikat – Obyek – Keterangan), kecermatan penulisan kata dan kalimat dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Serta bagaimana sebuah berita dibangun dan dituangkan secara lengkap dengan memiliki unsur-unsur Apa – Siapa – Kapan – Dimana – Mengapa – Bagaimana atau lebih dikenal sebagai 5W + 1H.
WKD dan Pelatihan Jurnalistik
Pelatihan jurnalistik untuk para koresponden WKD ini diikuti oleh 27 peserta yang berasal dari Kantor HQ Jakarta (Andrianto Wibowo Nuswanto, Budi Erianto, Dhanny Winata Hoeniarto, Fredric Wijaya dan Vivi), Kudus (Soejatno, Endar Mardian Utama, Muh. Sholihin, Jumari HS dan Asa Jatmiko), DSO Pekanbaru (Singgih Wahyu Dewantoro), DSO Tangerang (Wawan Dwi Santosa), DSO Subang (Erick Riyanto), DSO Cirebon (Fransiskus Adityas), DSO Bandung Kabupaten (Rickardo Siagian), DSO Tasikmalaya (Willy Andriansyah), RSO Bandung (Yudhi Artanto dan Bambang Laksana), DSO Banjar (Yudi Syarif), DSO Purwokerto (Andrejas Barkah Sanjoto), DSO Tegal (Fahmi B. Kurniawan), RSO Semarang (Antonius Yudo Prihartono), DSO Jogjakarta (Haris Fujiari), DSO Malang (Eko Sulistiyo), DSO Palu (Pratiwindya Dewangga Putra), DSO Denpasar (I Putu Parnata), dan dari RSO Surabaya (Martan Arlianto).
Seakan menjawab apa yang selama ini dirindukan oleh semua peserta yang selama ini aktif mengisi lembaran WKD, bahwa pelatihan jurnalistik tersebut sangat penting bagi peningkatan kemampuan menulis untuk media dengan baik. Selain itu, dengan pertemuan tersebut juga akan memberikan gambaran lebih jelas tentang bagaimana WKD akan bergerak dan berkembang ke depan, menyatukan visi-misi dan konsep pengembangan media WKD sehingga langkahnya bisa berderap bersama dan berirama.
Kemampuan menulis memang memerlukan banyak latihan dan praktek. Sedikit ketrampilan saja, tetapi dibarengi dengan kemauan yang kuat untuk selalu berlatih, mengasah kepekaan dan kejelian dalam mengamati peristiwa, tetap akan banyak membantu keberhasilan untuk menuliskan berita dengan baik. Tidak harus menjadi “ahli”, karena tugas utama rekan-rekan tetaplah pekerjaan masing-masing di bagiannya, tetapi paling tidak para jurnalis WKD paham dan nantinya mampu menulis dengan kaidah jurnalistik yang baik.
Maka tak ubahnya ladang gersang, program pelatihan ini telah menjadi air hujan bagi WKD; menyegarkan kembali semangat menulis, menumbuhkan tunas-tunas kecintaan menulis dan diharapkan nantinya subur bersemi dan berbuah. WKD yang hadir dengan tulisan-tulisan bernas, berwawasan tetapi juga menarik akan dirindukan kehadirannya. Dari sinilah, WKD tidak hanya terbit untuk kemudian diletakkan begitu saja setelah membolak-balik halamannya sebentar, melainkan akan menjadi bahan pengembangan, pendokumentasian, sarana saling mengenal dan menyatukan, media yang berisi tulisan saling berbagi semangat, dan akhirnya WKD menjadi media yang mampu berkontribusi bagi Djarum. Sebagaimana diamini oleh para peserta pelatihan, seperti Soejatno dan A. Yudo Prihartono bahwa WKD juga niscaya dapat menjadi agen perubahan yang penting bagi kemajuan Djarum.
Fotografi Berperan Penting
Potensi dunia fotografi di kalangan karyawan Djarum selama tiga tahun terakhir menunjukan perkembangan yang sangat tajam. Dunia fotografi sudah bukan barang langka, bahkan sudah sangat akrab, ditandai dengan adanya wadah Djarum Photography Club (DPC), misalnya. Memang pada kenyataannya pula, makin banyak rekan-rekan Djarum yang sekarang sudah memiliki sendiri peralatan fotografi dari model lama dan termurah hingga model kamera yang digital, canggih dan berharga tinggi. Dari kamera pocket hingga DSLR. Hal ini menunjukan hobby dan kecintaan terhadap fotografi telah mewabah dan bahkan telah menjadi trend.
Bukankah ini juga merupakan potensi? Potensi inilah yang seyogyanya ditangkap oleh WKD, sebagai media ekspresi, pengembangan pengetahuan serta tidak kalah penting adalah mengkomunikasikan berbagai pernik dan perkembangan Djarum melalui gambar/foto.
Tetapi, menyitir kata-kata seorang fotografer senior Indonesia Arbain Rambey, bahwa tidak pernah ada kamera yang terbaik, yang ada hanya fotografer terbaik. Yang penting adalah manusianya, bukan alatnya. Maka pelatihan juga menghadirkan Hendra Suhara, seorang fotografer yang juga bekerja di KONTAN. Foto yang baik adalah foto yang jelas dan mudah dipahami oleh semua orang yang melihatnya, kata fotografer Hendra Suhara. Dengan demikian, foto seharusnya mampu ‘berbicara’ sendiri meskipun tidak disertai keterangan foto atau dijelaskan oleh fotografernya.
Pada foto jurnalistik, kaidah 5W + 1H tetap merupakan hal wajib dalam setiap melakukan pemotretan, tambahnya. Lalu lebih jauh Hendra menjelaskan banyak tentang teori fotografi serta tips-tips pemotretan agar menghasilkan foto yang baik. Dari sini kita semua bisa berharap, WKD ke depan akan tampil penuh warna dan menarik. Berita akan disajikan dengan bahasa yang enak dibaca, sementara foto-foto akan tampil dengan gambar yang tidak hanya indah, juga mampu ‘berbicara’ dan mudah dimengerti.
WKD ke Depan
Pada salah satu kesempatan penutupan acara, Rudy Lewono selaku Dewan Redaksi WKD mengatakan bahwa sekarang yang paling penting kita lakukan setelah pelatihan ini adalah menulis dan menulis, agar tulisan kita semakin baik. Tunjukan dan buktikan dulu kemampuan kita semua itu. Angkatlah semua peristiwa dan potensi membangun yang ada di Djarum ini.
Rudy Lewono juga berharap pada waktu selanjutnya para penulis WKD tidak hanya 27 orang ini. Semakin banyak dan semakin menjangkau seluruh bagian dan DSO, sehingga semakin lengkap isinya. Sementara itu, Budi Darmawan juga mengatakan optimismenya jika WKD ke depan bisa terbit dua bulan sekali. “Melihat potensi dan banyaknya rekan-rekan bergabung untuk menulis di WKD, terbit dua bulan sekali bukan hal yang mustahil. Stock tulisan pasti akan lebih terjamin,” jelasnya.
----------------------------------------------------
Penutup: Pada penerbangan dari Jakarta ke Semarang setelah mengikuti pelatihan jurnalistik koresponden WKD, sebagaimana biasanya para penumpang lain yang sibuk membaca, tapi kali ini saya tidak ingin melakukannya. Karena tangan imajinasi saya telah membuka-buka halaman WKD. Tutur bahasa tulisnya baik, penataan foto dan gambar-gambar ilustrasinya menarik. Dan ketika saya membaca salah satu feature yang ditulis rekan dari DSO Palu pada salah satu halamannya, tiba-tiba saya rindu berkarya penuh semangat esok pagi di Djarum. Eh, saya lupa kalau saya sedang terbang di atas Pulau Jawa. Semoga.
----------------------------------------------------
Ditulis oleh:
Asa Jatmiko
Habis Gelap Terbitlah Terang!
“Ancaman katarak adalah kebutaan permanen. Padahal, katarak bisa disembuhkan!”
------------------------------------------
“Harapan kami, nanti Bapak dan Ibu akan kembali melihat indahnya dunia,” kata Budi Darmawan, Corcomm Manager, kepada seluruh peserta operasi katarak. Lalu lanjutnya, “Bapak dan Ibu dapat kembali melihat Jupe (Julia Perez –red) dan Saiful Jamil, ya?” Pertanyaan itu disambut tawa penuh haru oleh semua yang ada di lantai 2 dan lantai 3 bangsal istirahat peserta operasi. “Singkatnya, kami sungguh berharap bapak dan Ibu dapat merasakan kembali terangnya dunia. Dapat kembali beraktivitas tanpa terganggu oleh katarak.”
-----------------------------------------
Sulasih, karyawan borong SKT Megawon II menyatakan rasa syukurnya kepada Tuhan, bahwa suaminya kini dapat melihat dengan normal kembali setelah beberapa tahun terserang katarak. Suaminya merupakan salah satu peserta operasi katarak mata gratis yang diadakan oleh Djarum Sumbangsih Sosial. “Operasi berjalan baik dan lancar kemarin,” katanya, “hari ini tinggal menunggu dokter melepas perban, dan diperbolehkan pulang.” Suaminya yang berbaring di sebelahnya tersenyum dan mengangguk-angguk. “Matur nuwun PT. Djarum,” ucapnya kepada WKD sembari mengajak WKD berjabat tangan.
Satu langkah nyata nan bermanfaat telah ditorehkan oleh Djarum Foundation melalui Djarum Sumbangsih Sosial bekerjasama dengan Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), yakni digelarnya kegiatan operasi katarak mata gratis bagi para penderita katarak. Pelaksanaan kegiatan tersebut untuk tahap pertama telah dilaksanakan pada 24 September 2011 di Rumah Sakit Mardi Rahayu - Kudus, kepada 54 orang penderita katarak dari lingkungan keluarga karyawan Djarum.
Pada Sabtu pagi yang cerah itu, satu persatu para peserta operasi katarak yang telah terdaftar, datang ke RS Mardi Rahayu. Dibantu para pengantar, dari keluarga masing-masing, mereka menempati kursi-kursi di ruang tunggu yang telah disediakan oleh rekan-rekan Djarum Sumbangsih Sosial. Tampak hadir Direktur Utama RS Mardi Rahayu, Dr. Pujianto, M.Kes., Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Cabang Jateng Dr. Fifian Luthfia Rahmi, Ms, SpM, Rudi Djauhari, kemudian Seno Djojo dan FX Supanji dari Djarum Kudus, serta Budi Darmawan dari Corcomm Jakarta. Sebanyak 54 orang peserta operasi katarak tersebut telah melewati tahap screaning sebelumnya. Screaning dilakukan terutama untuk menentukan apakah peserta memang positif katarak, kemudian pengukuran kenormalan tekanan darah dan kadar gula darah.
Katarak, Apakah Itu?
Menurut data dari Rumah Sakit Mata Dr. Yap di Solo menyebutkan bahwa prevalensi kebutaan katarak di Indonesia sebesar 1,47% pada tahun 1994, dan yang terbesar adalah katarak senilis/karena faktor usia tua. Sementara menurut badan kesehatan dunia WHO, katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggungjawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, itu berarti mewakili 18 juta jiwa terancam menderita kebutaan permanen bila tidak segera disembuhkan.
Di Indonesia sendiri, meskipun layanan operasi mata katarak telah ada di hampir setiap rumah sakit – rumah sakit, akan tetapi masih ada kendala untuk menekan angka kebutaan yang diakibatkan katarak. Diantaranya adalah minimnya informasi dan sosialisasi mengenai penyakit katarak sebagai salah satu cara preventif, hingga persoalan keterbatasan biaya untuk operasi katarak mata itu sendiri, yang bagi sebagian besar masyarakat kita masih mahal.
Operasi katarak mata sendiri, menurut Direktur Umum RS Mardi Rahayu, Dr. Pujianto, MKes, sebenarnya termasuk kategori operasi ringan. Artinya, faktor keberhasilan operasi bisa dikatakan 99,99%. Oleh karena itu, upaya untuk melakukan kegiatan sosial berupa operasi katarak mata gratis ini sangat penting. Di sisi lain, dengan operasi ini acaman kebutaan permanen bisa semakin diperkecil. Pada kegiatan bersama Djarum Sumbangsih Sosial ini, RS Mardi Rahayu berupaya memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Karena kami mengerti, lanjut Dr. Pujianto, MKes ketika ditemui WKD disela-sela acara, bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan penting. Oleh karenanya kami juga pernah melakukan operasi katarak mata gratis beberapa waktu lalu. Pada kesempatan tahap berikutnya, apabila memerlukan ruang operasi lebih banyak lagi dari sekarang maupun juga kebutuhan tenaga dokter, imbuhnya, RS Mardi Rahayu siap memenuhinya.
Lalu apa sebenarnya katarak itu sendiri? Katarak adalah proses kekeruhan lensa mata karena terganggunya metabolisme lensa. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan. Katarak dapat menimbulkan kebutaan, tetapi kebutaan oleh katarak dapat ditanggulangi. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Pengobatan Katarak dan Pengaruh Sosial
Pengobatan atau penyembuhan katarak satu-satunya adalah dengan cara pembedahan. Yaitu mengangkat lensa yang telah keruh, kemudian sekaligus ditanam lensa intra-okuler, sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia).
Rata-rata para peserta operasi katarak mata ini sudah berusia lanjut dan sekitar 40% di antaranya masih termasuk usia produktif. Seseorang yang menderita katarak, sebagian besar pola kehidupannya akan berubah, menjadi kurang produktif. Serta di sisi lain, apabila kataraknya bertambah parah akan menjadi beban bagi keluarganya, karena ia menjadi tidak bisa melihat dengan jelas. Maka satu orang penderita katarak akan menyebabkan satu orang lagi yang harus menjadi pendamping/penuntun. Seandainya ada 100 orang, maka paling tidak ada 200 orang yang akan menjadi terganggu atau berkurang produktivitasnya. Inilah pentingnya kita menyelamatkan mereka, dalam tahap pertama ini diperuntukkan untuk kelurga karyawan Djarum, dari katarak yang dapat menyebabkan kebutaan permanen itu.
Itulah mengapa Djarum Sumbahsih Sosial dalam kegiatan ini mengangkat katarak, seperti diakui oleh Petrus Eko Singgih sebagai salah satu koordinator pelaksanaan kegiatan operasi katarak mata gratis ini. Lebih lanjut Petrus Eko Singgih dalam sebuah wawancara khusus dengan WKD mengatakan bahwa kegiatan ini terlebih diperuntukkan bagi rekan-rekan kita yang kurang mampu untuk operasi secara swadana. Hari ini, kita akan melakukan operasi kepada 54 orang. Tetapi tentu saja, kita akan melakukan cek terakhir sebelum dilakukan operasi, karena ada beberapa kendala yang menyebabkan operasi bisa dibatalkan. Di antaranya adalah tekanan darah dan kadar gula. Apabila dua hal ini mengindikasikan di atas normal, maka sebaiknya operasinya ditunda sampai pada kondisi fit yang sebenarnya. Bisa di tahap kedua nantinya. Karena dua hal ini memang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah operasi katarak mata.
Ketika ditanya, kenapa pilihannya adalah katarak, Petrus Eko Singgih mengungkapkan, sebetulnya memang banyak pilihan, seperti: vaksin atau operasi bibir sumbing. Tetapi kita juga perlu melihat, apa yang paling dekat dengan kita dahulu, dan paling membutuhkan untuk kita bantu. Departemen Kesehatan sendiri telah memiliki program vaksinasi nasional, misalnya. Namun, pada intinya adalah kita ingin membantu sesama dan itu langsung bisa dirasakan manfaatnya. Djarum Sumbangsih Sosial pada kegiatannya kali ini memang memfokuskan diri pada kegiatan operasi katarak mata terlebih dahulu. Karena operasi katarak mata bagi sebagian orang masih terlalu mahal, di sisi lain keberhasilannya sangat dibutuhkan.
Seperti diungkapkan pula oleh Ketua PERDAMI Cabang Jawa Tengah, Dr. Fifian Luthfia Rahmi, Ms, SpM, bahwa operasi katarak mata gratis ini merupakan langkah penting dan bermanfaat bagi banyak orang. Selain PERDAMI sendiri memiliki tugas dan tanggungjawab khusus untuk penanganan masalah katarak di Indonesia, dengan bantuan dari DJARUM SUMBANGSIH ini tugas dan tanggungjawab tersebut terasa menjadi milik bersama. Saya berharap kegiatan mulia ini tidak berhenti hanya di sini saja, kata Dr. Fifian dalam sambutannya, tetapi berlanjut terus.
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran, bila tidak diobati, katarak dapat menyebabkan glaukoma.
Para peserta operasi katarak mata tahap I ini merupakan penderita katarak kisaran 8 tahun hingga 1 tahun terakhir. Sehingga dapat dibayangkan betapa rasa bahagianya ketika pada suatu hari, setelah 1 tahun atau 8 tahun lamanya melihat sekelilingnya buram dan gelap, dapat kembali melihat dengan jelas dan terang-benderang. Seperti tersirat pada makna yang terkandung pada judul buku karangan RA Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang. Akhirnya dapat kembali melihat betapa lucu cucu-cucunya, kata Elyta Handayani dari Public Affairs. “Pak Rusdi, gimana Pak?” tanya Elyta dari atas podium saat membawakan acara pelepasan peserta operasi katarak. “Kata Pak Rusdi, bersyukur akhirnya bisa melihat dengan terang benderang, betapa cantiknya istriku....” ujar Elyta disambut tepuk tangan di seluruh ruangan.
Mengenali Penyebabnya
Katarak terjadi dan kemudian berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultra violet, radiasi, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut atau trauma (dapat terjadi lebih awal). Mereka biasanya akibat denaturasi dari lensa protein.
Katarak dapat juga diakibatkan oleh cedera pada mata atau trauma fisik. Sebuah studi menunjukan katarak berkembang di antara pilot-pilot komersial tiga kali lebih besar daripada orang-orang dengan pekerjaan selain pilot. Hal ini diduga disebabkan oleh radiasi berlebihan yang berasal dari luar angkasa. Katarak juga biasanya sering terjadi pada orang yang terkena radiasi inframerah, seperti; tukang (meniup) kaca yang menderita indrom pengelupasan”. Eksposur terhadap radiasi gelombang mikro juga dapat menyebabkan katarak. Kondisi atopik atau alergi yang juga dikenal untuk mempercepat perkembangan katarak, terutama pada anak-anak.
Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan mata, disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banya mengandung vitamin C, A dan E, seperti: buah segar, wortel, mentimun, sayuran hijau, tomat, bayam, daging ayam, dan susu.
Beberapa Pembagian Katarak:
• Katarak Senilis/Ketuaan, yaitu katarak yang tibul setelah umur 40 tahun, proses pasti belum diketahui, diduga karena ketuaan/degenaasi.
• Katarak Kongenital, yaitu katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan, umumnya disebabkan karena adanya infeksi, dan kelainan metabolisme pada saat pembentukan janin. Katarak Kongenital yang sering timbul karena infeksi saat ibu mengandung, terutama kehamilan 3 bulan pertama. Penyakit yang dapat menyebabkan katarak: Toksoplasmosis, dan Rubella / German Measle.
• Katarak Traumatika, yaitu katarak yang dapat menyerang semua umur, biasanya pasca trauma, baik tajam maupun tumpul pada mata terutama mengenai lensa.
• Katarak Komplikata, adalah katarak yang timbul pasca infeksi mata.
Kembali Dapat Melihat Dunia
Setelah semalam menginap di bangsal istirahat lantai 2 dan 3 Rumah Sakit Mardi Rahayu, pada pagi harinya para peserta melakukan cek terakhir setelah lepas perban. Cek terakhir tersebut adalah visus, tes hitung jari dan membaca abjad, dipandu dan didamping oleh tim dari PERDAMI Cabang Jateng.
Pada kesempatan itu, Budi Darmawan kembali mengajak kita semua bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa operasi sudah berjalan dengan baik dan lancar. Dia juga berpesan untuk peduli terhadap kesehatan mata kita. Ia menambahkan, “jangan lupa, selain kita sekarang bisa melihat anak-cucu yang lucu-lucu, istri kita yang cantik atau suami kita yang ganteng, setelah kita sembuh harapan kami, kita juga dapat melihat lebih jelas lagi bagaimana bentuk dan warna logo Djarum itu, ya Pak.” Tentu saja ini sebuah tersirat bagi kita semua, bahwa bertambah besarnya Djarum bertambah juga manfaatnya bagi sesama dan lingkungan sekitar.
Management PT. Djarum sendiri sangat mengharapkan kegiatan ini dapat berhasil baik dan bermanfaat bagi banyak orang. Hal ini, seperti diungkapkan FX Supanji dalam sambutannya mewakili management, mudah-mudahan pula menjadi kegiatan yang berkelanjutan, sebagaimana yang diharapkan oleh PERDAMI, dan kita semua. ***
--------------------
Liputan: Asa Jatmiko
------------------------------------------
“Harapan kami, nanti Bapak dan Ibu akan kembali melihat indahnya dunia,” kata Budi Darmawan, Corcomm Manager, kepada seluruh peserta operasi katarak. Lalu lanjutnya, “Bapak dan Ibu dapat kembali melihat Jupe (Julia Perez –red) dan Saiful Jamil, ya?” Pertanyaan itu disambut tawa penuh haru oleh semua yang ada di lantai 2 dan lantai 3 bangsal istirahat peserta operasi. “Singkatnya, kami sungguh berharap bapak dan Ibu dapat merasakan kembali terangnya dunia. Dapat kembali beraktivitas tanpa terganggu oleh katarak.”
-----------------------------------------
Sulasih, karyawan borong SKT Megawon II menyatakan rasa syukurnya kepada Tuhan, bahwa suaminya kini dapat melihat dengan normal kembali setelah beberapa tahun terserang katarak. Suaminya merupakan salah satu peserta operasi katarak mata gratis yang diadakan oleh Djarum Sumbangsih Sosial. “Operasi berjalan baik dan lancar kemarin,” katanya, “hari ini tinggal menunggu dokter melepas perban, dan diperbolehkan pulang.” Suaminya yang berbaring di sebelahnya tersenyum dan mengangguk-angguk. “Matur nuwun PT. Djarum,” ucapnya kepada WKD sembari mengajak WKD berjabat tangan.
Satu langkah nyata nan bermanfaat telah ditorehkan oleh Djarum Foundation melalui Djarum Sumbangsih Sosial bekerjasama dengan Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), yakni digelarnya kegiatan operasi katarak mata gratis bagi para penderita katarak. Pelaksanaan kegiatan tersebut untuk tahap pertama telah dilaksanakan pada 24 September 2011 di Rumah Sakit Mardi Rahayu - Kudus, kepada 54 orang penderita katarak dari lingkungan keluarga karyawan Djarum.
Pada Sabtu pagi yang cerah itu, satu persatu para peserta operasi katarak yang telah terdaftar, datang ke RS Mardi Rahayu. Dibantu para pengantar, dari keluarga masing-masing, mereka menempati kursi-kursi di ruang tunggu yang telah disediakan oleh rekan-rekan Djarum Sumbangsih Sosial. Tampak hadir Direktur Utama RS Mardi Rahayu, Dr. Pujianto, M.Kes., Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Cabang Jateng Dr. Fifian Luthfia Rahmi, Ms, SpM, Rudi Djauhari, kemudian Seno Djojo dan FX Supanji dari Djarum Kudus, serta Budi Darmawan dari Corcomm Jakarta. Sebanyak 54 orang peserta operasi katarak tersebut telah melewati tahap screaning sebelumnya. Screaning dilakukan terutama untuk menentukan apakah peserta memang positif katarak, kemudian pengukuran kenormalan tekanan darah dan kadar gula darah.
Katarak, Apakah Itu?
Menurut data dari Rumah Sakit Mata Dr. Yap di Solo menyebutkan bahwa prevalensi kebutaan katarak di Indonesia sebesar 1,47% pada tahun 1994, dan yang terbesar adalah katarak senilis/karena faktor usia tua. Sementara menurut badan kesehatan dunia WHO, katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggungjawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, itu berarti mewakili 18 juta jiwa terancam menderita kebutaan permanen bila tidak segera disembuhkan.
Di Indonesia sendiri, meskipun layanan operasi mata katarak telah ada di hampir setiap rumah sakit – rumah sakit, akan tetapi masih ada kendala untuk menekan angka kebutaan yang diakibatkan katarak. Diantaranya adalah minimnya informasi dan sosialisasi mengenai penyakit katarak sebagai salah satu cara preventif, hingga persoalan keterbatasan biaya untuk operasi katarak mata itu sendiri, yang bagi sebagian besar masyarakat kita masih mahal.
Operasi katarak mata sendiri, menurut Direktur Umum RS Mardi Rahayu, Dr. Pujianto, MKes, sebenarnya termasuk kategori operasi ringan. Artinya, faktor keberhasilan operasi bisa dikatakan 99,99%. Oleh karena itu, upaya untuk melakukan kegiatan sosial berupa operasi katarak mata gratis ini sangat penting. Di sisi lain, dengan operasi ini acaman kebutaan permanen bisa semakin diperkecil. Pada kegiatan bersama Djarum Sumbangsih Sosial ini, RS Mardi Rahayu berupaya memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Karena kami mengerti, lanjut Dr. Pujianto, MKes ketika ditemui WKD disela-sela acara, bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan penting. Oleh karenanya kami juga pernah melakukan operasi katarak mata gratis beberapa waktu lalu. Pada kesempatan tahap berikutnya, apabila memerlukan ruang operasi lebih banyak lagi dari sekarang maupun juga kebutuhan tenaga dokter, imbuhnya, RS Mardi Rahayu siap memenuhinya.
Lalu apa sebenarnya katarak itu sendiri? Katarak adalah proses kekeruhan lensa mata karena terganggunya metabolisme lensa. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan. Katarak dapat menimbulkan kebutaan, tetapi kebutaan oleh katarak dapat ditanggulangi. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Pengobatan Katarak dan Pengaruh Sosial
Pengobatan atau penyembuhan katarak satu-satunya adalah dengan cara pembedahan. Yaitu mengangkat lensa yang telah keruh, kemudian sekaligus ditanam lensa intra-okuler, sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia).
Rata-rata para peserta operasi katarak mata ini sudah berusia lanjut dan sekitar 40% di antaranya masih termasuk usia produktif. Seseorang yang menderita katarak, sebagian besar pola kehidupannya akan berubah, menjadi kurang produktif. Serta di sisi lain, apabila kataraknya bertambah parah akan menjadi beban bagi keluarganya, karena ia menjadi tidak bisa melihat dengan jelas. Maka satu orang penderita katarak akan menyebabkan satu orang lagi yang harus menjadi pendamping/penuntun. Seandainya ada 100 orang, maka paling tidak ada 200 orang yang akan menjadi terganggu atau berkurang produktivitasnya. Inilah pentingnya kita menyelamatkan mereka, dalam tahap pertama ini diperuntukkan untuk kelurga karyawan Djarum, dari katarak yang dapat menyebabkan kebutaan permanen itu.
Itulah mengapa Djarum Sumbahsih Sosial dalam kegiatan ini mengangkat katarak, seperti diakui oleh Petrus Eko Singgih sebagai salah satu koordinator pelaksanaan kegiatan operasi katarak mata gratis ini. Lebih lanjut Petrus Eko Singgih dalam sebuah wawancara khusus dengan WKD mengatakan bahwa kegiatan ini terlebih diperuntukkan bagi rekan-rekan kita yang kurang mampu untuk operasi secara swadana. Hari ini, kita akan melakukan operasi kepada 54 orang. Tetapi tentu saja, kita akan melakukan cek terakhir sebelum dilakukan operasi, karena ada beberapa kendala yang menyebabkan operasi bisa dibatalkan. Di antaranya adalah tekanan darah dan kadar gula. Apabila dua hal ini mengindikasikan di atas normal, maka sebaiknya operasinya ditunda sampai pada kondisi fit yang sebenarnya. Bisa di tahap kedua nantinya. Karena dua hal ini memang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah operasi katarak mata.
Ketika ditanya, kenapa pilihannya adalah katarak, Petrus Eko Singgih mengungkapkan, sebetulnya memang banyak pilihan, seperti: vaksin atau operasi bibir sumbing. Tetapi kita juga perlu melihat, apa yang paling dekat dengan kita dahulu, dan paling membutuhkan untuk kita bantu. Departemen Kesehatan sendiri telah memiliki program vaksinasi nasional, misalnya. Namun, pada intinya adalah kita ingin membantu sesama dan itu langsung bisa dirasakan manfaatnya. Djarum Sumbangsih Sosial pada kegiatannya kali ini memang memfokuskan diri pada kegiatan operasi katarak mata terlebih dahulu. Karena operasi katarak mata bagi sebagian orang masih terlalu mahal, di sisi lain keberhasilannya sangat dibutuhkan.
Seperti diungkapkan pula oleh Ketua PERDAMI Cabang Jawa Tengah, Dr. Fifian Luthfia Rahmi, Ms, SpM, bahwa operasi katarak mata gratis ini merupakan langkah penting dan bermanfaat bagi banyak orang. Selain PERDAMI sendiri memiliki tugas dan tanggungjawab khusus untuk penanganan masalah katarak di Indonesia, dengan bantuan dari DJARUM SUMBANGSIH ini tugas dan tanggungjawab tersebut terasa menjadi milik bersama. Saya berharap kegiatan mulia ini tidak berhenti hanya di sini saja, kata Dr. Fifian dalam sambutannya, tetapi berlanjut terus.
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran, bila tidak diobati, katarak dapat menyebabkan glaukoma.
Para peserta operasi katarak mata tahap I ini merupakan penderita katarak kisaran 8 tahun hingga 1 tahun terakhir. Sehingga dapat dibayangkan betapa rasa bahagianya ketika pada suatu hari, setelah 1 tahun atau 8 tahun lamanya melihat sekelilingnya buram dan gelap, dapat kembali melihat dengan jelas dan terang-benderang. Seperti tersirat pada makna yang terkandung pada judul buku karangan RA Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang. Akhirnya dapat kembali melihat betapa lucu cucu-cucunya, kata Elyta Handayani dari Public Affairs. “Pak Rusdi, gimana Pak?” tanya Elyta dari atas podium saat membawakan acara pelepasan peserta operasi katarak. “Kata Pak Rusdi, bersyukur akhirnya bisa melihat dengan terang benderang, betapa cantiknya istriku....” ujar Elyta disambut tepuk tangan di seluruh ruangan.
Mengenali Penyebabnya
Katarak terjadi dan kemudian berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultra violet, radiasi, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut atau trauma (dapat terjadi lebih awal). Mereka biasanya akibat denaturasi dari lensa protein.
Katarak dapat juga diakibatkan oleh cedera pada mata atau trauma fisik. Sebuah studi menunjukan katarak berkembang di antara pilot-pilot komersial tiga kali lebih besar daripada orang-orang dengan pekerjaan selain pilot. Hal ini diduga disebabkan oleh radiasi berlebihan yang berasal dari luar angkasa. Katarak juga biasanya sering terjadi pada orang yang terkena radiasi inframerah, seperti; tukang (meniup) kaca yang menderita indrom pengelupasan”. Eksposur terhadap radiasi gelombang mikro juga dapat menyebabkan katarak. Kondisi atopik atau alergi yang juga dikenal untuk mempercepat perkembangan katarak, terutama pada anak-anak.
Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan mata, disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banya mengandung vitamin C, A dan E, seperti: buah segar, wortel, mentimun, sayuran hijau, tomat, bayam, daging ayam, dan susu.
Beberapa Pembagian Katarak:
• Katarak Senilis/Ketuaan, yaitu katarak yang tibul setelah umur 40 tahun, proses pasti belum diketahui, diduga karena ketuaan/degenaasi.
• Katarak Kongenital, yaitu katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan, umumnya disebabkan karena adanya infeksi, dan kelainan metabolisme pada saat pembentukan janin. Katarak Kongenital yang sering timbul karena infeksi saat ibu mengandung, terutama kehamilan 3 bulan pertama. Penyakit yang dapat menyebabkan katarak: Toksoplasmosis, dan Rubella / German Measle.
• Katarak Traumatika, yaitu katarak yang dapat menyerang semua umur, biasanya pasca trauma, baik tajam maupun tumpul pada mata terutama mengenai lensa.
• Katarak Komplikata, adalah katarak yang timbul pasca infeksi mata.
Kembali Dapat Melihat Dunia
Setelah semalam menginap di bangsal istirahat lantai 2 dan 3 Rumah Sakit Mardi Rahayu, pada pagi harinya para peserta melakukan cek terakhir setelah lepas perban. Cek terakhir tersebut adalah visus, tes hitung jari dan membaca abjad, dipandu dan didamping oleh tim dari PERDAMI Cabang Jateng.
Pada kesempatan itu, Budi Darmawan kembali mengajak kita semua bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa operasi sudah berjalan dengan baik dan lancar. Dia juga berpesan untuk peduli terhadap kesehatan mata kita. Ia menambahkan, “jangan lupa, selain kita sekarang bisa melihat anak-cucu yang lucu-lucu, istri kita yang cantik atau suami kita yang ganteng, setelah kita sembuh harapan kami, kita juga dapat melihat lebih jelas lagi bagaimana bentuk dan warna logo Djarum itu, ya Pak.” Tentu saja ini sebuah tersirat bagi kita semua, bahwa bertambah besarnya Djarum bertambah juga manfaatnya bagi sesama dan lingkungan sekitar.
Management PT. Djarum sendiri sangat mengharapkan kegiatan ini dapat berhasil baik dan bermanfaat bagi banyak orang. Hal ini, seperti diungkapkan FX Supanji dalam sambutannya mewakili management, mudah-mudahan pula menjadi kegiatan yang berkelanjutan, sebagaimana yang diharapkan oleh PERDAMI, dan kita semua. ***
--------------------
Liputan: Asa Jatmiko
Tetap Jadi 'Pemain' Penting bagi Indonesia
“Ayam Den Lapeh” bergema membuka acara. Lagu adat dari Sumatra Barat ini mengumandang dan membaur pas dengan panggung yang berlatar-belakang Rumah Gadang, yang berdiri gagah. Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak dijumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.
Tentu bukan kebetulan jika panitia memilih Rumah Gadang sebagai setting utama pada panggung PMK pada 08 Desember 2011 ini. Pada Rumah Gadang, ada tiga nilai fungsi yang seiring dengan pelaksanaan PMK menurut masyarakat adat Minangkabau. Pertama, ia adalah tempat tinggal bersama. Kedua, ia difungsikan juga sebagai tempat penyimpanan padi / lumbung. Dan ketiga, sebagai tempat penobatan kepala adat.
Seluruh keluarga Djarum pun menyadari bahwa Djarum telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia telah menjadi tempat tinggal bersama, di dalam memperjuangkan cita-cita bersama. Menjadi besar dan akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari kemajuan Indonesia. Sebagaimana disampaikan Victor R. Hartono dalam sambutannya, bahwa kerja keras seluruh keluarga Djarum telah membawa Djarum menjadi besar seperti sekarang ini. Telah banyak yang kita perbuat untuk membantu negara ini. Dan ini akan terus kita lakukan sampai kapan pun.
Djarum tetap akan menjadi salah satu ‘pemain’ penting dalam ikut memajukan Indonesia ke depan. Victor R. Hartono pun meyakini bahwa ke depan Indonesia akan menjadi negara adikuasa setara Amerika. Djarum, lanjutnya, akan tetap ikut berperan aktif menjadi salah satu pemain penting di dalam kemajuannya. “Dan untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak-bapak, telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan Djarum. Juga saya ingin berterimakasih kepada para ibu-ibu, atas pengertiannya selama ini menyertai dan mendukung suami berkarya di Djarum.”
Di sini pemaknaan Rumah Gadang sebagai lumbung padi, diwujudkan dalam berbagai bentuk kemajuan yang diperoleh Djarum. Sebuah investasi besar bagi masa depan dan kejayaan kita bersama sebagai masyarakat Indonesia, sebagaimana dinyatakan oleh Victor R. Hartono. Bahkan ditegaskannya, bahwa Djarum tidak hanya menjadi salah satu kekayaan Indonesia, tetapi juga menjadi ‘pemain penting’ dalam memajukan Indonesia tercinta ini. “Kita akan bisa menyamai Amerika, Cina dan negara-negara maju lainnya di dunia,” tegasnya.
Kental Nuansa Nusantara
Acara yang digelar di luar ruangan (outdoor) di Graha Padma Semarang ini, langsung diterangi sinar bulan yang menambah keakraban suasana. Sebagaimana penobatan kepala adat di tanah Minangkabau, malam itu Rumah Gadang dimaknai sebagai penobatan para keluarga Djarum yang telah berkarya selama 25 tahun di Djarum, yakni penerimaan penghargaan 25 Tahun dari Djarum.
Bagus Tiba sebagai Ketua Panitia PMK tahun 2011 ini menjelaskan bahwa acara tersebut telah dipersiapkan selama 4 bulan. Tema acara Penghargaan Masa Kerja (PMK) 25 Tahun tahun ini memang sengaja mengangkat kebudayaan nusantara. Seluruh ornamen, aksesoris dan stand-stand yang ada kental berwarna nusantara. Paling tidak ada 4 jenis masakan dan minuman khas dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa. Ditambah lagi satu stand khusus menghadirkan demo membatik dari batik khas Kudus.
Tidak hanya itu, seluruh panitia malam itu mengenakan pakaian adat dari seluruh nusantara. Indonesia yang memiliki variasi pakaian tradisional diangkat sebagai ‘pakaian wajib’ para panitia. Dari adat Jawa ada yang mengenakan blangkon, kebaya, dan dodotan. Ada juga yang berpakaian punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang merupakan tokoh di dunia pewayangan. Dari adat Sumatera ada yang memakai baju kurung, minang roki, ulos. Dari adat Sulawesi ada baju bodo, kondi limanan, kalando limanan, wuyang, pasalongan rinegetan, baju kurai, baju banjang, hingga Tonaas Wangko. Ada juga yang mengenakan pakaian adat khas Nusa Tenggara, seperti dikenakan oleh Endar Mardian Utama, salah satu panitia.
“Kita berusaha mengemas acara ini semenarik mungkin,” jelas Bagus Tiba. Oleh karena kita ingin secara sungguh-sungguh menghargai kerja keras dan kesetiaan karyawan Djarum yang telah bekerja selama 25 tahun. Kami ingin melayani para penerima PMK dengan sebaik mungkin, sebagaimana prestasi yang baik telah mereka torehkan buat kemajuan Djarum. Mereka adalah putra-putra terbaik yang kita miliki, ungkapnya.
Dimana-mana saya merasa bahwa kita diikatkan perasaan yang kuat, yakni one family, kata Yoppy Rosimin saat berbincang dengan WKD. Itu ikatan rasa yang baik dan sangat bernilai. Bapak-bapak pendiri Djarum telah dengan tepat menyematkan nilai tersebut di dalam organisasi kita. Oleh karena itu, setiap tugas dimanapun, saya tidak merasa asing karena saya merasa semua yang ada di sekitar saya adalah keluarga saya, lanjutnya.
Ada 107 karyawan penerima PMK malam itu, yang terdiri dari para manager 9 orang, dari Business Development 3 orang, Supply Chain Management 7 orang, Sekretariat HQ 1 orang, ada 16 orang dari HRD Departement, 15 orang dari Production Departement. Kemudian dari Marketing Departement: dari site Jakarta ada 13 orang, Semarang 4 orang, Surabaya 8 orang. Dari bagian Finance ada 3 orang, R & D Departement 1 orang, yakni Edhie Harjono Widodo, dan ada 6 orang dari Purchasing Departement.
Kesan Pertama dan Prestasi 988
Sutariyono, yang saat ini bertugas di RSO Semarang mulai bergabung di Djarum sejak 25 tahun silam sebagai seorang petugas pemadam kebakaran. Malam ini saya merasa bahagia sekali, katanya. Berkat Djarum, saya memiliki rumah, menghidupi anak-istri secara layak. “Dan alhamdulillah sekarang saya dan keluarga kalau mau kemana-mana tidak takut kehujanan. Berkat Djarum, saya sudah punya mobil,” lanjutnya disambut tepuk tangan selurh hadirin.
Perjalanannya selama 25 tahun di Djarum ia jalani sesuai dengan pesan orangtuanya. Sebagaimana diungkapkannya, orangtuanya dulu berpesan bahwa kalau bekerja harus jujur, disiplin, tekun dan sabar. “Itulah yang membuat saya dapat bertahan di Djarum sampai hari ini,” kata pehobi badminton ini.
Sampai saat ini Sutariyono yang juga aktif sebagai vokalis di LA Band milik RSO Semarang tersebut, terus berusaha untuk memberikan yang terbaik di dalam pekerjaannya di Djarum. Ia kini bertugas sebagai operator telepon, dan apa yang selalu ingin diupayakan adalah pelayanan yang terbaik. Menurutnya, saya menjadi orang terdepan ketika para relasi menghubungi kantor lewat telepon. Oleh karena itu, saya merasa bertanggungjawab untuk memberikan citra “kesan pertama” yang baik. Ini memotivasi saya dari waktu ke waktu.
Pergeseran dan perubahan selama 25 tahun di Djarum, seperti mutasi atau rotasi, merupakan hal yang biasa. Beberapa orang mungkin menyikapi hal ini sebagai momok, tetapi bagi Yoppy Rosimin, tidak sama sekali. Justru menganggapnya sebagai tantangan baru, area belajar lagi mengenai hal-hal baru. Dan pada akhirnya, kita menjadi berkembang karenanya.
Yoppy Rosimin yang saat ini menjadi Head of Badminton di Djarum Foundation, mengungkapkan rasa bangga dan kebahagiaannya telah 25 tahun bergabung dengan Djarum. Satu hal yang ia suka di Djarum adalah selalu ada tantangan-tantangan baru, katanya. Seperti yang ia alami ketika ditugasi untuk membawa tim bulutangkis Djarum maju. Setelah prestasi 988 (maksudnya pada kejuaraan di sirkuit Jakarta berhasil merebut 9 gelar juara, 8 runner up dan 8 semifinalis), kemudian keberhasilan menjuarai ganda campuran world junior di Taipeh beberapa saat lalu, dimana sebelumnya belum pernah tercapai, saat ini kita masih punya mimpi untuk menjuarai bulutangkis di kejuaraan dunia Olympic.
Dalam kesempatan memberikan kesan dan pesan di podium malam itu, Yoppy Rosimin juga berpesan kepada rekan-rekan seangkatannya, bahwa ini adalah saatnya kita melakukan persiapan-persiapan menjelang akhir masa kerja kita. Ia juga berterimakasih kepada panitia dan management, atas jerih payah penyelenggaraan acara malam penghargaan masa kerja 25 tahun ini.***
-------------------
Asa Jatmiko, Kudus.
Tentu bukan kebetulan jika panitia memilih Rumah Gadang sebagai setting utama pada panggung PMK pada 08 Desember 2011 ini. Pada Rumah Gadang, ada tiga nilai fungsi yang seiring dengan pelaksanaan PMK menurut masyarakat adat Minangkabau. Pertama, ia adalah tempat tinggal bersama. Kedua, ia difungsikan juga sebagai tempat penyimpanan padi / lumbung. Dan ketiga, sebagai tempat penobatan kepala adat.
Seluruh keluarga Djarum pun menyadari bahwa Djarum telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia telah menjadi tempat tinggal bersama, di dalam memperjuangkan cita-cita bersama. Menjadi besar dan akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari kemajuan Indonesia. Sebagaimana disampaikan Victor R. Hartono dalam sambutannya, bahwa kerja keras seluruh keluarga Djarum telah membawa Djarum menjadi besar seperti sekarang ini. Telah banyak yang kita perbuat untuk membantu negara ini. Dan ini akan terus kita lakukan sampai kapan pun.
Djarum tetap akan menjadi salah satu ‘pemain’ penting dalam ikut memajukan Indonesia ke depan. Victor R. Hartono pun meyakini bahwa ke depan Indonesia akan menjadi negara adikuasa setara Amerika. Djarum, lanjutnya, akan tetap ikut berperan aktif menjadi salah satu pemain penting di dalam kemajuannya. “Dan untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak-bapak, telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan Djarum. Juga saya ingin berterimakasih kepada para ibu-ibu, atas pengertiannya selama ini menyertai dan mendukung suami berkarya di Djarum.”
Di sini pemaknaan Rumah Gadang sebagai lumbung padi, diwujudkan dalam berbagai bentuk kemajuan yang diperoleh Djarum. Sebuah investasi besar bagi masa depan dan kejayaan kita bersama sebagai masyarakat Indonesia, sebagaimana dinyatakan oleh Victor R. Hartono. Bahkan ditegaskannya, bahwa Djarum tidak hanya menjadi salah satu kekayaan Indonesia, tetapi juga menjadi ‘pemain penting’ dalam memajukan Indonesia tercinta ini. “Kita akan bisa menyamai Amerika, Cina dan negara-negara maju lainnya di dunia,” tegasnya.
Kental Nuansa Nusantara
Acara yang digelar di luar ruangan (outdoor) di Graha Padma Semarang ini, langsung diterangi sinar bulan yang menambah keakraban suasana. Sebagaimana penobatan kepala adat di tanah Minangkabau, malam itu Rumah Gadang dimaknai sebagai penobatan para keluarga Djarum yang telah berkarya selama 25 tahun di Djarum, yakni penerimaan penghargaan 25 Tahun dari Djarum.
Bagus Tiba sebagai Ketua Panitia PMK tahun 2011 ini menjelaskan bahwa acara tersebut telah dipersiapkan selama 4 bulan. Tema acara Penghargaan Masa Kerja (PMK) 25 Tahun tahun ini memang sengaja mengangkat kebudayaan nusantara. Seluruh ornamen, aksesoris dan stand-stand yang ada kental berwarna nusantara. Paling tidak ada 4 jenis masakan dan minuman khas dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa. Ditambah lagi satu stand khusus menghadirkan demo membatik dari batik khas Kudus.
Tidak hanya itu, seluruh panitia malam itu mengenakan pakaian adat dari seluruh nusantara. Indonesia yang memiliki variasi pakaian tradisional diangkat sebagai ‘pakaian wajib’ para panitia. Dari adat Jawa ada yang mengenakan blangkon, kebaya, dan dodotan. Ada juga yang berpakaian punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang merupakan tokoh di dunia pewayangan. Dari adat Sumatera ada yang memakai baju kurung, minang roki, ulos. Dari adat Sulawesi ada baju bodo, kondi limanan, kalando limanan, wuyang, pasalongan rinegetan, baju kurai, baju banjang, hingga Tonaas Wangko. Ada juga yang mengenakan pakaian adat khas Nusa Tenggara, seperti dikenakan oleh Endar Mardian Utama, salah satu panitia.
“Kita berusaha mengemas acara ini semenarik mungkin,” jelas Bagus Tiba. Oleh karena kita ingin secara sungguh-sungguh menghargai kerja keras dan kesetiaan karyawan Djarum yang telah bekerja selama 25 tahun. Kami ingin melayani para penerima PMK dengan sebaik mungkin, sebagaimana prestasi yang baik telah mereka torehkan buat kemajuan Djarum. Mereka adalah putra-putra terbaik yang kita miliki, ungkapnya.
Dimana-mana saya merasa bahwa kita diikatkan perasaan yang kuat, yakni one family, kata Yoppy Rosimin saat berbincang dengan WKD. Itu ikatan rasa yang baik dan sangat bernilai. Bapak-bapak pendiri Djarum telah dengan tepat menyematkan nilai tersebut di dalam organisasi kita. Oleh karena itu, setiap tugas dimanapun, saya tidak merasa asing karena saya merasa semua yang ada di sekitar saya adalah keluarga saya, lanjutnya.
Ada 107 karyawan penerima PMK malam itu, yang terdiri dari para manager 9 orang, dari Business Development 3 orang, Supply Chain Management 7 orang, Sekretariat HQ 1 orang, ada 16 orang dari HRD Departement, 15 orang dari Production Departement. Kemudian dari Marketing Departement: dari site Jakarta ada 13 orang, Semarang 4 orang, Surabaya 8 orang. Dari bagian Finance ada 3 orang, R & D Departement 1 orang, yakni Edhie Harjono Widodo, dan ada 6 orang dari Purchasing Departement.
Kesan Pertama dan Prestasi 988
Sutariyono, yang saat ini bertugas di RSO Semarang mulai bergabung di Djarum sejak 25 tahun silam sebagai seorang petugas pemadam kebakaran. Malam ini saya merasa bahagia sekali, katanya. Berkat Djarum, saya memiliki rumah, menghidupi anak-istri secara layak. “Dan alhamdulillah sekarang saya dan keluarga kalau mau kemana-mana tidak takut kehujanan. Berkat Djarum, saya sudah punya mobil,” lanjutnya disambut tepuk tangan selurh hadirin.
Perjalanannya selama 25 tahun di Djarum ia jalani sesuai dengan pesan orangtuanya. Sebagaimana diungkapkannya, orangtuanya dulu berpesan bahwa kalau bekerja harus jujur, disiplin, tekun dan sabar. “Itulah yang membuat saya dapat bertahan di Djarum sampai hari ini,” kata pehobi badminton ini.
Sampai saat ini Sutariyono yang juga aktif sebagai vokalis di LA Band milik RSO Semarang tersebut, terus berusaha untuk memberikan yang terbaik di dalam pekerjaannya di Djarum. Ia kini bertugas sebagai operator telepon, dan apa yang selalu ingin diupayakan adalah pelayanan yang terbaik. Menurutnya, saya menjadi orang terdepan ketika para relasi menghubungi kantor lewat telepon. Oleh karena itu, saya merasa bertanggungjawab untuk memberikan citra “kesan pertama” yang baik. Ini memotivasi saya dari waktu ke waktu.
Pergeseran dan perubahan selama 25 tahun di Djarum, seperti mutasi atau rotasi, merupakan hal yang biasa. Beberapa orang mungkin menyikapi hal ini sebagai momok, tetapi bagi Yoppy Rosimin, tidak sama sekali. Justru menganggapnya sebagai tantangan baru, area belajar lagi mengenai hal-hal baru. Dan pada akhirnya, kita menjadi berkembang karenanya.
Yoppy Rosimin yang saat ini menjadi Head of Badminton di Djarum Foundation, mengungkapkan rasa bangga dan kebahagiaannya telah 25 tahun bergabung dengan Djarum. Satu hal yang ia suka di Djarum adalah selalu ada tantangan-tantangan baru, katanya. Seperti yang ia alami ketika ditugasi untuk membawa tim bulutangkis Djarum maju. Setelah prestasi 988 (maksudnya pada kejuaraan di sirkuit Jakarta berhasil merebut 9 gelar juara, 8 runner up dan 8 semifinalis), kemudian keberhasilan menjuarai ganda campuran world junior di Taipeh beberapa saat lalu, dimana sebelumnya belum pernah tercapai, saat ini kita masih punya mimpi untuk menjuarai bulutangkis di kejuaraan dunia Olympic.
Dalam kesempatan memberikan kesan dan pesan di podium malam itu, Yoppy Rosimin juga berpesan kepada rekan-rekan seangkatannya, bahwa ini adalah saatnya kita melakukan persiapan-persiapan menjelang akhir masa kerja kita. Ia juga berterimakasih kepada panitia dan management, atas jerih payah penyelenggaraan acara malam penghargaan masa kerja 25 tahun ini.***
-------------------
Asa Jatmiko, Kudus.
40 Tahun Teater Mandiri Pentaskan “Aduh”
Auditorium Universitas Muria Kudus telah berjubel penonton. Tidak kurang dari 500-an penikmat teater dari Kudus dan sekitarnya menjadi saksi atas aksi Teater Mandiri yang tahun ini menembus usis ke-40. Tampil hampir sepanjang 2 jam, Teater Mandiri memuaskan kerinduan penonton.
Teater Mandiri kembali mempersembahkan pergelaran berkelas dengan menghadirkan lakon “Aduh”. Setelah pada 15-16 Juli 2011 mereka mementaskan lakon tersebut di Graha Bhakti – Taman Ismail Marzuki Jakarta, pada 05 November 2011 Djarum Foundation Bakti Budaya mengusung Teater Mandiri ke Kudus.
Mengangkat lakon Ah, Teater Djarum menjadi tuan rumah pergelaran Aduh Teater Mandiri di Kudus sekaligus tampil sebagai pembuka. Penampilan Teater Djarum didukung oleh sekitar 15 pemain, di bawah arahan sutradara Eko Kodok, sementara konsep naskah disusun oleh Jumari HS. Tampilan berdurasi 10 menit Teater Djarum memikat penonton yang sudah mulai memenuhi auditorium Universitas Muria Kudus, dengan konsep panggung teater arena.
40 Tahun Teater Mandiri
Putu Wijaya, selain juga sebagai penulis naskah dan sutaradara Teater Mandiri, pada kesempatan kehadirannya di Kudus sekaligus menghadirkan pementasan monolog berjudul Sejarah kemudian mengakhiri seluruh pergelaran malam itu dengan monolog berjudul Bom. Limabelas awak Teater Mandiri yang rata-rata telah berumur, terlihat masih sigap dan cekatan memainkan Aduh, lakon pertama yang mereka mainkan pada tahun 1973 lalu.
Anggota Teater Mandiri yang pada awalnya adalah karyawan TEMPO dan TIM pada tahun 1971 tersebut, antara lain: Yanto Kribo, Alung Seroja, Ucok Hutagaol, Wendy Nasution, Gandung Bondowoso, Buddy Setiawan, Fien Herman, Cak Winarso, Chandra, Bung Kardi, Bei Alias, Bambang Ismantoro, Agung Anom Wibisono, Sulasmoro, Eno Bening Suara, Fahmi Alatas, Taksu Wijaya, Dewi Pramunawati.
Semangat Teater Mandiri
Semangat kreatif Teater Mandiri yang telah puluhan tahun hidup dan menghidupi teater modern Indonesia telah menginspirasi banyak kelompok-kelompok teater. Keterbatasan, kemiskinan, ketakberdayaan, mereka terima sebagai sebuah kenyataan dan modal kerja. Dengan mulai menerima apa adanya itu, tak pernah merasa dibatasi oleh apapun. Langkah selanjutnya adalah mengerahkan daya kreatif untuk mengoptimalkan apa yang ada, agar mencapai apa yang diinginkan. Pengalaman kerja ini kemudian mengantar mereka kepada konsep kerja Bertolak dari yang Ada yang sampai usia ke-40 ini tetap menjadi senjata mereka untuk melawan apa saja yang menghalangi, menjegal dan mencoba memasung langkah-langkah kreatif.
Menjalani proses kreatif, menurut teater Mandiri, mengandaikan sebagai hantu yang tak terlihat, karenanya juga mungkin tidak akan bisa menikmati kemuliaan yang disediakan industri kesenian, tetapi sebagai bonusnya mereka tak pernah dibatasi oleh apapun. Dalam keadaan tak terlihat, tak ada yang tak bisa kami lakukan. Di situ kemiskinan menjadi indah.
Teater Mandiri menciptakan apa yang mereka sebut sebagai Teror Mental. Sebuah kebangkitan di dalam batin, untuk keluar dan mempertimbangkan sekali lagi apa yang sudah menjadi kesimpulan. Bukan untuk mengkhianati keputusan, tetapi untuk kembali mempertanyakan setiap titik, setiap detik, sehingga proses kelahiran terus terjadi secara berkesinambungan, agar jiwa-jiwa senantiasa segar, baru dan tak menyalahi keseimbangan/harmoni. Kearifan lokal menyebut inti kebijakan ini sebagai desa-kala-patra (tempat-waktu-keadaan).
Semoga bermanfaat.***
-------------------------------------------------------------------
Asa Jatmiko, penggagas acara dan penikmat teater
Teater Mandiri kembali mempersembahkan pergelaran berkelas dengan menghadirkan lakon “Aduh”. Setelah pada 15-16 Juli 2011 mereka mementaskan lakon tersebut di Graha Bhakti – Taman Ismail Marzuki Jakarta, pada 05 November 2011 Djarum Foundation Bakti Budaya mengusung Teater Mandiri ke Kudus.
Mengangkat lakon Ah, Teater Djarum menjadi tuan rumah pergelaran Aduh Teater Mandiri di Kudus sekaligus tampil sebagai pembuka. Penampilan Teater Djarum didukung oleh sekitar 15 pemain, di bawah arahan sutradara Eko Kodok, sementara konsep naskah disusun oleh Jumari HS. Tampilan berdurasi 10 menit Teater Djarum memikat penonton yang sudah mulai memenuhi auditorium Universitas Muria Kudus, dengan konsep panggung teater arena.
40 Tahun Teater Mandiri
Putu Wijaya, selain juga sebagai penulis naskah dan sutaradara Teater Mandiri, pada kesempatan kehadirannya di Kudus sekaligus menghadirkan pementasan monolog berjudul Sejarah kemudian mengakhiri seluruh pergelaran malam itu dengan monolog berjudul Bom. Limabelas awak Teater Mandiri yang rata-rata telah berumur, terlihat masih sigap dan cekatan memainkan Aduh, lakon pertama yang mereka mainkan pada tahun 1973 lalu.
Anggota Teater Mandiri yang pada awalnya adalah karyawan TEMPO dan TIM pada tahun 1971 tersebut, antara lain: Yanto Kribo, Alung Seroja, Ucok Hutagaol, Wendy Nasution, Gandung Bondowoso, Buddy Setiawan, Fien Herman, Cak Winarso, Chandra, Bung Kardi, Bei Alias, Bambang Ismantoro, Agung Anom Wibisono, Sulasmoro, Eno Bening Suara, Fahmi Alatas, Taksu Wijaya, Dewi Pramunawati.
Semangat Teater Mandiri
Semangat kreatif Teater Mandiri yang telah puluhan tahun hidup dan menghidupi teater modern Indonesia telah menginspirasi banyak kelompok-kelompok teater. Keterbatasan, kemiskinan, ketakberdayaan, mereka terima sebagai sebuah kenyataan dan modal kerja. Dengan mulai menerima apa adanya itu, tak pernah merasa dibatasi oleh apapun. Langkah selanjutnya adalah mengerahkan daya kreatif untuk mengoptimalkan apa yang ada, agar mencapai apa yang diinginkan. Pengalaman kerja ini kemudian mengantar mereka kepada konsep kerja Bertolak dari yang Ada yang sampai usia ke-40 ini tetap menjadi senjata mereka untuk melawan apa saja yang menghalangi, menjegal dan mencoba memasung langkah-langkah kreatif.
Menjalani proses kreatif, menurut teater Mandiri, mengandaikan sebagai hantu yang tak terlihat, karenanya juga mungkin tidak akan bisa menikmati kemuliaan yang disediakan industri kesenian, tetapi sebagai bonusnya mereka tak pernah dibatasi oleh apapun. Dalam keadaan tak terlihat, tak ada yang tak bisa kami lakukan. Di situ kemiskinan menjadi indah.
Teater Mandiri menciptakan apa yang mereka sebut sebagai Teror Mental. Sebuah kebangkitan di dalam batin, untuk keluar dan mempertimbangkan sekali lagi apa yang sudah menjadi kesimpulan. Bukan untuk mengkhianati keputusan, tetapi untuk kembali mempertanyakan setiap titik, setiap detik, sehingga proses kelahiran terus terjadi secara berkesinambungan, agar jiwa-jiwa senantiasa segar, baru dan tak menyalahi keseimbangan/harmoni. Kearifan lokal menyebut inti kebijakan ini sebagai desa-kala-patra (tempat-waktu-keadaan).
Semoga bermanfaat.***
-------------------------------------------------------------------
Asa Jatmiko, penggagas acara dan penikmat teater
Langganan:
Postingan (Atom)
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...
-
Oleh. Sutrimo Banyak orang mengenal Kudus sebagai Kota Wali, atau juga Kota Kretek. Namun bukan itu saja, di sisi lain, Kudus juga banya...
-
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah. Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa ...