Adalah manusiawi bahwa setiap diri kita pernah melakukan kesalahan. Tetapi jatuh pada kesalahan yang sama, yang saat itu sudah termaafkan, mungkin jadi soal kita yang lain.
Aku diajari bagaimana aku harus memaafkan orang lain. Tidak terhitung salahnya. Tidak terhitung berapa kali maaf harus dilunaskan. Memaafkan, buatku memang obat penyembuh atas lukanya hubungan kita. Dengan memaafkan, aku tak bernafsu lagi untuk menuntutnya.
Aku pun pernah merasa dimaafkan. Seolah, kesalahanku yang besar, tiba-tiba dilenyapkan oleh penerimaan maaf. Dari yang sebelumnya merasa terbelenggu, tak bebas, tak berani keluar, mengunci diri...tiba-tiba padang, benderang, semua terbuka menerimaku kembali, dan melihat kembali ketulusan sebuah senyum. Maka, untuk kesalahan sama, aku ingin tidak mengulanginya. Agar orang lain juga percaya, bahwa maafku benar-benar sungguh, bukan rekayasa, bukan taktik, tetapi murni keinginan dari hati untuk berubah.
Disitu, kita akan berusaha adil kepada orang lain dan diri kita sendiri. Tetapi berbeda dengan apa yang aku lihat akhir-akhir ini. Setelah beberapa kali mengulang kesalahan yang sama dan kami memaafkan, nyatanya ia berbuat kesalahan lagi. Tentu aku harus memaafkannya lagi, to? Aku setuju. Tetapi bagaimana kalau akibat kesalahannya telah merenggut korban, orang lain?!
Aku memaafkan, atau membela korban? Aku ingin keadilan!!!-aj-
09/05/12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...
-
Oleh. Sutrimo Banyak orang mengenal Kudus sebagai Kota Wali, atau juga Kota Kretek. Namun bukan itu saja, di sisi lain, Kudus juga banya...
-
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah. Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar