08/05/12

Mengeong

Sampai tadi subuh, aku masih mendengar suara itu, mengeong.
Mengeong hingga benakku.

Aku berangkat tidur selepas tengah malam. Seusai membalas beberapa sms, beberapa komentar di status FB-ku dan membuat beberapa tulisan untuk blog-ku. Samar aku mendengar suara, anak kucing yang mengeong. Seperti memanggil-manggil mamanya, yang entah dimana.

Mataku yang sudah terasa berat, memaksaku membiarkan suara anak kucing itu mengeong semaunya. Dari yang awalnya seperti mengeong di belakang rumah, kemudian bergeser ke samping kanan rumah, dan mungkin di saat aku hampir lelap, ia mengeong seperti di teras depan rumahku. Mengganggu saja, pikirku.

Suara ngeongnya begitu memilukan. Sekaligus terasa begitu dekat di telinga. "Tolong aku...," sepertinya ia mengiba begitu. Tapi kutepis saja pikiran itu. Itu pikiran seorang platonik, kalau kuteruskan, aku bisa-bisa bangun terlambat esok pagi. Mengeong ya mengeong saja. Nggak ada makna apa-apa, mestinya kan begitu, sebagaimana naluri binatang pada umunya ketika lapar.

Oh, baru aku sadar, jangan-jangan ia mengeong pilu karena kelaparan. Ah, aku kurang tanggap kalau begini, itu kesimpulanku saat bangun di subuh. Ya, anak kucing yang lapar. Kenapa mesti kusangkut-sangkutkan dengan perasaan? Tapi mestinya ia tinggal mencuri saja makanan di dapur rumahku, toh dapur rumahku selalu terbuka (karena memang tak berpintu). Ia bisa bebas keluar-masuk, dan memakan apa yang ada yang ia suka.

Tapi itu semua kesimpukan pikiranku, subuh ini, menjelang berangkat kerja. Dan rasanya tak memuaskanku. Rasa-rasanya ada kesimpulanku yang masing kurang. Karena bangun-ku tadi juga karena suaranya, mengeong di depan wajahku!! Siang ini, bahkan ia masih mengeong hingga benakku.

(Selasa, 07 April 2012, aj)

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...