27/11/11

Aku yang Lain

Kini kau akan sedikit lebih mengerti
lagu ombak siang malam yang mengibarkan rambutmu
sayap patah merpati yang tersangkut ranting kering
menjadi tak berarti
seperti ribuan kata kata dari buku sajakku
yang menggelembung bagai balon busa yang ditiupkan anak anak kecil
lalu pecah di kebun belakang.

Aku meloncat keluar dari jiwamu,
karena aku ingin lihat dirimu yang sesungguhnya
saat kau membersihkan halaman rumah dari daun daun yang lelah
aku telah mengembara ke tempat-tempat yang tak kau pahami
bertamu dan bertanya kepada rumput hijau, tapi tak jua ketemu kau di siitu?!

Semua ini kesiasiaan, sayang
jika kau hanya menakar keringat
menimbang beban yang semakin memberat
dan di tikungan jalan kau rubuh
menikam nikam diri dengan seribu penyesalan

Jangan, sayang
dengarlah pengembaraan ini….
matahari yang tegar menyeret cakrawala
dimanakah rasa lelah ia timbang
pucuk-pucuk angin yang setia memimpin musim
dimanakah rasa bosan ia tanggalkan
dan kini lihatlah dirimu
pohon tak pernah menghitung berapa puluh ia akan berbuah
bunga tak pernah menjerat diri untuk sebuah keindahan
dan engkau, kenapa menangis di tepi jalan
sementara kau tahu angin perubahan melintas
bagai arus deras sungai mampu menghanyutkan siapa saja

masuki dirimu saat matahari miring 175 derajat ke cakrawala
dan hanya bila dirimu adalah jiwa yang merdeka
yang riap dengan irama bendhe perjuangan
yang gemuruh dengan angin tegar yang mengasuh musim
yang lapang seperti langit
menyediakan matahari bangkit
dengan penuh kemuliaan
dari ufuk timur jiwamu.

Kudus, 2006.

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...