Masih kuingat jalan mendaki itu, naik menuju puncak,
meniti ungu coklat kehidupan di puncak Muria; jiwaku
terhempas seperti serat kapuk randu yang terlepas, lalu aku
pun terbuai gelak daun tawa pohonan nyanyi rumput
menjemput sapi sapi di atas kepala petani, riang anak anak
kecil berlarian menggaris pematang. Begitulah aku
menziarahi hari lalu. Biru dan tenang seperti alur sungai
merayu batu batu, lalu gema dzikir melambung dari rumah
rumah santri mengumpulkan jiwa jiwa dalam satu bumi,
adzan meluncur dari kubah kubah masjid mengumpulkan
jiwa jiwa dalam satu langit, lalu sayup shalawat merayap
dari mulut ribuan peziarah yang tiada henti melawat
masa lalu untuk berbenah hari ini.
Kawan, betapa aku sungguh tak ingin segera bergegas
apalagi meninggalkan kehijauan ini dalam hiruk pikuk kota.
Ini sorga, dimana jiwaku terpuaskan oleh sebuah pesona.
Apa yang akan kukenang jika Kudus pun melindap dari
kenangan dan tersumbat di aorta generasi bisu? Ini sorga
dimana jiwa jiwa terpuaskan oleh sebuah pesona.
Kudus, 2005.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...
-
Oleh. Sutrimo Banyak orang mengenal Kudus sebagai Kota Wali, atau juga Kota Kretek. Namun bukan itu saja, di sisi lain, Kudus juga banya...
-
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah. Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar