ranting patah
ranting kering
daun yang menguning
air bergemericik
tanah tanah terbelah
berdebu
menyampaikan proklamasi virus
proklamasi virus
di padang kuruksetra
di medan peperangan
di ladang pembantaian
mereka telah pancang bendera
perang akal sehat dan logika
perang cuaca di musim kemarau
perang batin di tengah budaya galau
perang nurani di hidup yang gamang
kita telah banyak kehilangan
telah banyak kehilangan
telah lama kehilangan
telah jauh kehilangan
hingga kita musti merayap, merangkak, melata
hingga kita bersimpuh di atas genangan airmata
hanya untuk sebuah nilai cinta
untuk sebuah cita cita
untuk sebuah harmoni hidup
engkau – aku – kita – semua
tumbuh di lahan persemaian yang semestinya
pulang
pulanglah
ranting patah
kembali
kembalilah
ranting kering
ke sini
ke kampung halaman kita sendiri
berkumpul dan bersendau gurau kembali
dengan barongan yang gairah
dengan saron yang nyaring
dengan tangan penari yang gemulai
dengan ekspresi teater dan sastra yang murni
dengan lirikan kekasih yang aduhai
tanpa rekayasa
tanpa keinginan dan pamrih dipuja
mengalir dan mengairi sawah kehidupan
menghijau dengan bulir bernas-berisi
menghampar di belakang rumah kita
adalah masa depan kebudayaan yang sesungguhnya.
Amin.
Gelar Budaya Kudus, 25 Agustus 2006.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...
-
Oleh. Sutrimo Banyak orang mengenal Kudus sebagai Kota Wali, atau juga Kota Kretek. Namun bukan itu saja, di sisi lain, Kudus juga banya...
-
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah. Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar