26/11/11

Dunia Lacur

pernah, dan mungkin masih
di rembang petang kerlap kerlip lampu disko
diiringi irama dangdut dari tape recorder jangkrikan
bagai berpasang pasang mata
memanggil manggil, “hai asa, mampir dong! kita ngobrol
bersama sebotol oplosan bir dan congyang
kacang dan tahu susur milikku
ketrampilan kecil hasil warisan ibuku.
ibuku mewarisinya dari ibunya.
jangan remehkan nenekku
ia selir seorang mantan bupati pesisir.”

begitulah aku terjerat
entah karena ia seorang perempuan
yang punya bibir merah dan bersusu montok
atau karena ia cucu seorang selir
tapi nyatanya aku kini tertawan
apalagi siang yang aku maki maki
telah membakar tubuhku
menyayat nyayat kulitku hingga berdarah
bernanah
bau amis kenyataan hidupku
tak bisa kututupi meski dengan cendana
atau kasturi
meski pula dengan tata bahasa sekelas puisi
karena bahasaku telah kacau
hingga aku hanya mengenal engkau, lacur
sebagai puisi terindah yang pernah kubaca.


“hai asa, mampir dong!
kita lanjutkan minum berdua!”
dan aku menatap matanya
betapa mengejutkan
semalam kulihat bercahaya
kini kulihat redup berjelaga
semalam engkau begitu muda
kini kulihat engkau begitu renta

aku pun mampir
dan mabuk
ide ide di batok kepala
meluber dan ndledek
membasahi celana
ah, betapa dunia begitu indah
begitu sederhana
aku pun tersampir di atas tubuhmu
dan menyerahkan ide ide besarku
ke dalam sebuah sumur yang gelap.

ketika aku menjamahmu
engkau seolah bernama cinta
kini saat aku berjarak denganmu
engkau seolah tak bernama apa apa
dan entah, aku seperti tersadar
ada yang telah hilang dari diriku
entahlah….


Kudus, 2006.

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...