Jabatan, menurut Mahfud MD, Ketua MK, "tidak perlu diburu, tapi juga jangan dihindari".
Aku terhenyak ketika mendengar ungkapan Pak Mahfud MD pada sebuah wawancara khusus News Maker edisi Mei di METROTV tersebut, tapi sekaligus juga merasa seperti menerima kesejukan. Setelah 4 hari tidak masuk kerja karena banyak hal yang membuatku kecewa, hari ini aku menyegarkan diriku kembali dengan petuah itu. Dan mencoba bangkit kembali, dengan menerima semua kenyataan yang ada.
Seperti selama ini kita rasakan, bahwa semua yang kita perbuat seakan-akan merupakan perbuatan besar, kerja keras yang melelahkan, dan menumpukan pada satu harapan: orang akan menghargai jerih payahku dengan menghadiahiku kenaikan gaji atau jabatan.
Tetapi, kiranya hal itulah yang telah membuat kita lemah. Semangat yang bertumpu kepada harapan semu, yang kita ciptakan sendiri karena merasa lebih, telah menggerogoti semangat yang sesungguhnya, yakni melakukan semua pekerjaan dengan senang hati.
Ketika aku melakukan pekerjaan-pekerjaan yang aku anggap besar sehingga seolah-olah merasa pantas mendapatkan hadiah/reward, maka apa yang aku dapat setelah itu tiada lain kecuali kekecewaan yang akhirnya berujung pada pemberontakan diri. Dan itulah yang aku alami dan rasakan. Ketenangan dan semangat yang relatif stabil terjaga, menjadi sebuah fatamorgana yang sulit aku alami lagi.
Masih ingatkah, pada saat kita mendapat panggilan kerja dan masuk kerja pertama kali? Apa yang ada dalam benak kita hanyalah satu: bekerja dengan sebaik-baiknya, dan dengan suasana hati yang riang. Seperti itulah seharusnya kita menjalani pekerjaan kita, bahkan yang rutin sekalipun. Dan apa sebetulnya yang membuat pikiran baik dan hati riang itu muncul, tidak lain tidak bukan adalah ketulusan, tidak ada pamrih kecuali berusaha melakukan yang terbaik dari yang kita bisa lakukan. Apakah di saat ini, pikiran dan hati sudah tak bisa diarahkan kepada motivasi seperti itu?
Kita akan bisa melakukannya kembali, karena kita pernah bisa melakukannya. Sekarang persoalannya adalah apakah kita mau dengan rela meninggalkan pikiran-pikiran akan harapan, pamrih dan reward, sementara kita tetap melakukan pekerjaan dengan usaha terbaik kita? Karena, dengarlah apa kata Pak Mahfud yang menyejukkan ini, "tidak perlu diburu, tapi juga tidak perlu dihindari." Sebuah penerimaan diri yang pas dalam kondisi apapun. Sebuah pengungkapan diri yang anggun, tanpa menonjolkan diri lebih, sekaligus siap untuk dihadapkan pada situasi dan kondisi apapun.
-AsaJatmiko-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...
-
Oleh. Sutrimo Banyak orang mengenal Kudus sebagai Kota Wali, atau juga Kota Kretek. Namun bukan itu saja, di sisi lain, Kudus juga banya...
-
Mengenal Lebih Dekat dengan Kelompok Terbang Papat Assalafiyyah. Di sebuah dukuh yang bernama Karang Wetan yang menjadi bagian dari Desa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar