26/11/11

Relawan 5,9 Skala Richter

kami temui wajah wajah bergurat duka
sebab kehilangan saudara tercinta
di antara puing puing rumah mereka
tenda tenda darurat memelihara harapan
kami temui jiwa jiwa nyaris roboh pula
seperti daun kering dibawa kemana laju angin
dengan sorot mata yang memandang kosong
duka ini memang sangatlah berat disangga
bahkan tak terdengar sapa kleneng andong
yang biasanya merayap di antara gelak tawa
membelah ruas ruas jalan imogiri
yang mengantar peziarah ke makam raja raja

gedung gedung sekolah, masjid masjid dan gereja gereja
tak mungkin bisa dipakai lagi
temboknya hancur, berdiri miring, atapnya ambrol
namun siswa siswa mesti harus terus belajar
adzan harus pasti berkumandang
nyanyian misa dan kebaktian harus pasti didengungkan
rasa syukur dan pasrah akan kehabesaran Tuhan
tak boleh lumpuh atau mati di antara puing berserakan
meski menelusup dari bawah tenda apa adanya
meski beralas tanah dan rumput kering berdebu,
ini saatnya untuk kita mengakui
betapa kita sungguh tiada berdaya adanya

kami hadir bukan sebagai turis domestik yang eksotik
bukan sebagai peziarah yang ingin tampil simpatik
kami hadir sebagai rekan dan saudara
yang ingin membantu apa yang kami bisa,
menyapa dengan hati agar bisa tersenyum kembali
karena luka akibat gempa itu bukan terasa di tubuh saja
tetapi juga tembus ke relung relung hati
dan kami ingin jadi sederhana saja
ialah pemantik api semangat hidup
yang tak boleh meredup.


Jogja, Juni 2006

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...