27/11/11

Jogja

-satu-
Kangen. Melihat kotamu. Melihat lampu lampu jalan.
Melihat dirimu. Masihkah seperti yang kukenal dahulu.
Issana, tiga tahun tak sua. Kotamu tambah kumal bagai istal.
Jejak telapak kaki kuda menyusup, lalu hilang di tikungan.

Katamu, aku jangan kau tinggalkan. Kota lama temaram.
Ia kini bagai gua batu yang kaku. Tak ada kompromi.
Jangan aku kau tinggalkan, sekali lagi katamu.
Jogja telah kau curi. Kau sembunyikan dalam hatimu.
Kata katamu mengingatkan aku pada pertemuan itu.
Dimana aku bisa jujur, saat menangis saat tertawa.
Saat mengenang semua dosa direngkuh ampunan cinta.

Jogja, Oktober 2003.




-dua-
Melewatkan satu malam dalam gerimis. Kucari cari
apa sebetulnya yang membuat berat bagiku untuk pergi.
Sebait puisi telah kujual di malioboro, pena pun telah
aku gadaikan dalam pertemuan rahasia di belakang gereja.
Lalu apa yang aku banggakan ketika nanti kau bertanya,
dimana cinta sejati yang pernah kutitipkan padamu.
Bukankah sudah tak layak jika aku tetap bertahan disini,
meski deru kerinduan menyergap dari semua penjuru.

Jogja, Oktober 2003.






-tiga-
sudahi saja petualanganmu, malam berulang purnama
dan satu persatu apa yang kau punya bertanggalan
kecuali whiskey vodka telah berbotol botol jadi pena
itu pun masih bersuara, serak parau untuk jadi kau saja
Greg, Jogja yang kau puja telah bermetamorfosa
dalam setiap benak ningrat para pemerkosa
dalam paradigma pengemis dan pengamen
dalam kanvas para pelukis yang onani
dalam setiap jiwa penyair yang mabuk kenangan
Greg, apa lagi yang mesti kutunjukan padamu?
masa depan kita di tangan penjual balon di taman kota.

Jogja, Oktober 2003.

Tidak ada komentar:

SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA

  SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA Kau terlebih dulu ada Sebagai saudara tua yang setia Kau terlebih dulu berada di sini Siang malam diam-diam ...